Kamis, 11 Oktober 2012

STRANGER


Annyeong^^
Maaf ganggu lagi dengan note yang super geje ini. Saya sedang insomnia dan akhirnya membuat FF ini, selamat membaca..maaf kalau geje sekali lagi ^^ Selamat membaca^^

STRANGER’S

Cast : Liat aja sendiri deh ya hahahaha

Genre : Thriller (?) Romance (?)

Author Kim Ri Yuan a.k.a Miranti Rizkika

Yuan Ri P.O.V

“Ri~ah ada kiriman lagi untukmu!” teriak eomma dari ruang tamu.
“Aissh, apa lagi sih eomma? Kali ini siapa pengirimnya?”
“Bunga, dari Lee Taemin.”
“Taruh saja disitu eomma, terimakasih.” Jawabku pelan sambil belum berhenti mengetik novel yang belum juga rampung.
“Kau tidak berniat untuk membalasnya Ri~ah?” ujar eomma pelan sambil berjalan mendekatiku yang sedang sibuk.
“Tidak mau ah, itu semua kan dari orang yang tidak kukenal. Untuk apa aku membalasnya?”
“Hmmm...Kim Ri Yuan, kau memang tidak pernah berubah. Kau selalu menutup diri pada orang lain.” Ucap eomma sambil mengelus pundakku dari belakang. Mendengar itu semua aku pun menghentikan aktifitasku dan berbalik ke arahnya.
“Eomma, tapi aku tidak mengenal mereka. Wajar kan kalau aku tidak mau membalasnya.”
“Tapi Ri~ah tidak ada salahnya kan kau membalas mereka, satu kali saja. Pasti mereka akan senang sekali.”
“Eomma, kalau aku membalas semua hadiah mereka walaupun satu kali mereka pasti akan meminta balasan lagi. Pokoknya mereka itu orang lain, aku tidak mengenal mereka. Aku tidak mau membalasnya.” Ucapku tegas tanpa memperdulikan wajah eomma yang cemas akan sikapku yant terlalu tertutup pada orang lain.
“Hmmm...yasudah eomma masak dulu ya.”
“Ne.”

Eomma pun kembali ke dapur dan melanjutkan memasak untuk makan malam. Aku juga langsung melanjutkan aktifitasku yang tadi tertunda. Tiba – tiba...

*BIP

Notification sound dari situs jejaring sosialku pun berbunyi. Kubuka kotak masuk dan seperti biasa itu dari Cherry, teman lamaku. Teman lama? Sebenarnya bukan begitu sih, tapi sudah lama kami selalu mengobrol lewat chat. Aku selalu menceritakan semua yang aku rasakan padanya, entah kenapa aku sangat mempercayainya. Padahal kami belum pernah bertemu, sms atau telpon saja tidak pernah dan bukan karena ga punya pulsa ! *krik

Cherry
Yuan Ri?
Ri
Ne?
Cherry
Kau masih online rupanya
Ri
Iya memang masih, haha. Mian tadi eomma memanggilku jadi tiba – tiba off
Cherry
Kenapa lagi? Ada kiriman lagi kah? Kekeke
Gwenchana
Ri
Haha iya seperti biasa
Cherry
Kau masih tidak membalasnya?
Ri
Ne, untuk apa? Aku tidak mengenal satupun dari mereka.
Cherry
Aigoo, kasihan sekali mereka
Ri
Kenapa? Mereka kan Cuma orang lain, tidak berpengaruh apapun untukku..
Cherry
Hey aku juga orang lain kan? Lalu knp kau masih membalas chat-ku? Kkk
Ri
Entahlah, kau...berbeda
Cherry
Waeyo?
Ri
Aku percaya padamu. Aku juga tidak tau kenapa bisa begitu hahaha. Aku off ya, annyeong
Cherry
Hmm, ne annyeong

Kututup laptopku dan segera berjalan menuju tempat tidur badanku rasanya pegal sekali setelah seharian berada di depan layar laptop.  Awalnya aku hanya bertujuan untuk meluruskan (?) badanku saja diatas tempat tidur itu, tapi ternyata aku malah terlelap hingga pagi menjelang.

~~~Di Kampus~~~

“Ri~ah!” panggil salah satu chinguku Sie Na, dia sahabatku sejak kecil. Aku menoleh dan melambaikan tanganku lalu berlari ke arahnya.
“Kau tidak ada mata kuliah lagi kan hari ini?” tanyanya yang sedang duduk diatas motor.
“Ani, waeyo Sie~ah?”
“Bagaimana kalau kita hari ini jalan – jalan ? Lagipula besok tidak ada kuliah kan?” tanyanya sambil menenteng satu helm berwarna hitam ke arahku.
“Hmm, ne kajja!” ucapku sambil memakai helm dan menaikki motornya. Sie~ah langsung menancap gas dan melajukan motornya dengan sangat cepat sampai kami tiba di sebuah kafe. Kami pun duduk di sana dan mulai memesan minuman. Tiba – tiba salah seorang pelayan menghampiri kami sambil membawa sebuah buku, buku yang sangat kukenal.
“Hmm, permisi apa kau Kim Ri Yuan penulis novel If You Come Into My Heart ?” tanya pelayan itu dengan wajah berseri – seri.
“Ne, waeyo?” tanyaku langsung ke inti. Aissh, kenapa harus ada penggemar di sini -_-
“Bolehkah aku meminta tanda tanganmu disini?” tanyanya padaku sambil meletakkan buku itu diatas meja dengan sangat pelan.
“Hmm boleh.” Ucapku sambil mengeluarkan pulpen dari saku jaketku dan mulai menandatangani sampul buku itu.
“Jeongmal kamshamnida.” Ucap pelayan itu sopan sambil membungkuk.
“Cheonmayo.” Ucapku singkat sambil tersenyum tipis pada pelayan itu, Sie~ah tersenyum melihat peristiwa itu.
“Kau...tumben kau ramah pada fans.” Ucapnya dengan nada mengejek sambil tersenyum evil.
“Habis dia menemuiku langsung, kan tidak enak kalau aku harus menolak permintaannya.” Ucapku sambil memalingkan muka ke arah jendela.
“Hahahaha, sudahlah Ri~ah aku kan hanya bercanda. Tidak usah cemberut begitu.” Ucapnya sambil tertawa dan menyenggol lenganku. Aku hanya tersenyum sekilas dan kembali menengok ke arah jendela. Aku jarang sekali tersenyum, pantas saja orang – orang menyebutku sombong, jutek atau apalah aku tidak peduli. Ini diriku, jadi terserah padaku mau bagaimana.
“Mian membuatmu lama menunggu.” Ucap seorang namja yang tidak kukenal bersama salah seorang temannya.
“Eh, tidak kok. Kami juga baru sampai, ayo duduk.” Ucap Sie~ah sambil mempersilahkan namja itu duduk.
“May i sit here?” tanya teman dari namja itu padaku.
“Sure.” Jawabku singkat. Kenapa harus memakai bahasa inggris sih? Padahal kelihatannya dia juga orang korea, kenapa tidak pakai bahasa korea -_-
“Emmm, oh iya Ri~ah kenalkan ini temanku Cho Kyuhyun.” Ucap Sie~ah sambil menyenggol lengan Kyuhyun. Sedangkan Kyuhyun membalas tatapan Sie~ah dengan tatapan membunuh.
“Kyuhyun imnida.” Ucapnya sambil tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya padaku.
“Yuan Ri imnida.” Balasku sambil menyambut uluran tangannya.
“Eh iya, Eunhyuk imnida.” Ucap seorang namja disebelahku yang temannya Kyuhyun itu.
“Yuan Ri imnida.” Ucapku sambil tersenyum tipis dan kembali memasang muka datar.
Pesanan kami pun datang bersama pesanan Kyuhyun dan Eunhyuk. Ternyata Sie~ah sepertinya sudah mempersiapkan semua ini. Aiish mau apa lagi kau Sie~ah.
“Kau...penulis kan?” tanya Eunhyuk sambil memasang gummy smile. Aigooo lucu sekali x3
“Ne, waeyo?” tanyaku yang kemudian menyeruput milshake strawberry yang ada di hadapanku. Aku melakukannya supaya tidak tertangkap basah karena tersenyum melihat gummy smile nya.
“Ani, aku...sudah membaca bukumu dan aku suka ceritanya.” Ucapnya yang kemudian menggarpukan (?)
*aduh author mana ada menggarpukan?*
*tapi kan makannya pake garpu!*
*udah menyendokkan aja! Aneh!*
* iyadeh iyaa -_-*
*author mengibarkan bendera putih tanda menyerah* apasih *plak* ayo lanjuuuuuut..
menyendokkan spageti ke mulutnya. Kyuhyun dan Sie~ah kemudian saling pandang dan tersenyum mengejek. Aku hanya bisa menundukkan kepala, mereka apa – apaan sih -_-. Kyuhyun tiba – tiba menyenggol lengan Sie~ah.
“Oh iya Ri~ah, aku ada urusan dengan Kyuhyun. Kau bisa menemani Eunhyuk hari ini kan?” tanya Sie~ah tiba – tiba dengan wajah berseri.
“Mwo? Tapi aku kan...”
“Annyeong.” Ucap Sie~ah yang telah ditarik oleh Kyuhyun dan meninggalkan kafe. Kini hanya aku dan Eunhyuk disini...berdua...aigoo apa yang harus kulakukan. Sie~ah benar – benar mengerjaikku. Kami berdua hanya makan dalam diam sampai kurang lebih satu jam. Aduuh aku tidak bisa begini dengan orang yang baru kukenal satu jam yang lalu. Sepertinya Eunhyuk juga bingung bagaimana memulai pembicaraan dengan orang yang dingin sepertiku.
“Uhuk..uhuk.” Eunhyuk tiba – tiba tersedak, aku yang panik segera memberikan milkshake strawberry ku padanya.
“Gwenchana?” tanyaku padanya dengan wajah cemas.
“Aku...tidak bisa bernapas.” Ucapnya terbata dan diselingi oleh batuk. Aku langsung menepuk punggungnya pelan seperti bayi yang sedang tersedak. Aku tau ini bodoh tapi bagaimana kalau dia sesak napas  lalu mati mendadak? *author kejam*
Tiba – tiba ia terdiam sambil menutup mulut dengan tangannya. Matanya memandangku lekat – lekat seperti mengamati sesuatu. Ya Tuhaan kenapa dia?
“Eunhyuk...kau...tidak apa – apa?” tanyaku sambil menepuk – nepuk pipinya. Aku harap dia baik – baik saja. Atau jangan – jangan dia kemasukan setan? Hiiii...
“Hahahahahahahhahahahaha...” tawa Eunhyuk meledak seketika aku yang melihat itu semakin merinding. Tuh kan, dia beneran kemasukan.
“Lucu sekali kalau wajahmu cemas begitu, hahahahhahahahha..” ucapnya yang kemudian kembali tertawa lepas bahkan matanya sampai berair. Aigoo...segitu lucunya kah? Menyebalkan -_-
“Eunhyuk-ah jadi kau mengerjaikku?” tanyaku sambil mencubit lengannya tanpa henti.
“Hahahahaha, mian yaa..aku hanya mengujimu. Sampai kapan kau akan mencoba untuk tidak perduli pada orang lain. Ternyata kau tak seburuk yang kau kira.” Ucapnya berhenti tertawa dan tersenyum memamerkan sederet gigi putihnya. Aku saat itu hanya bisa mengerucutkan bibirku dan memasang muka cemberut layaknya anak kecil.
“Ri~ah waeyo?” tanyanya dengan wajah menyesal
“Omoo, mianhae. Kau marah padaku?” tanyanya sambil memegang kedua belah pipiku. Aku segera melepaskan tangannya dan membuang muka ke jendela. *untung jendelanya ketutup, kalo kebuka? Muka gue jatoh dong! Apasih -_-*
“Ri~ah, maaf...” ucapnya yang kemudian menunduk kecewa. Wajahnya terlihat jelas dari kaca jendela, kucoba sekuat mungkin untuk menahan tawaku tapi ternyata pertahananku (?) runtuh.
“Hahahahahahaha...” tawaku meledak begitu saja disebelah Eunhyuk.  Dia yang melihat itu langsung menarik bahuku agar aku menghadap ke arahnya.
“Ya! Yuan Ri kenapa kau tertawa?” tanyanya sambil tersenyum manis.
“Wajahmu...hahahahahhahaha.” aku tidak bisa melanjutkan kalimatku saking ngakaknya. Eunhyuk yang melihat itu langsung tersipu malu dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sesaat kemudian kami sudah menjadi layaknya teman akrab. Tidak terasa sudah sore, pengunjung pun sudah banyak yang berganti karena kami sudah sangat lama duduk di kafe itu. Ini saatnya bagiku untuk pulang. Kami berjalan bersama menuju pintu keluar dari kafe itu.  Aku pun menunggu taksi di pinggir jalan depan kafe itu tapi ternyata taksi itu tak kunjung datang. Tiba – tiba sebuah mobil berhenti tepat didepanku, kaca di pintu bagian supir pun perlahan – lahan terbuka.
“Kau pulang sendiri?” tanya Eunhyuk dari dalam mobil
“Ne.” Jawabku singkat sambil membentuk seulas senyum.
“Mau kuantar pulang?” tanyanya sambil memamerkan gummy smile miliknya.
“Hmm, boleh. Tapi rumahku jauh, tidak apa – apa?”
“Tidak apa – apa, sebagai balasan telah menemaniku tadi. Naiklah, kajja!” ucapnya sambil menepuk jok mobil disebelahnya. Aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobilnya Eunhyuk. Sepanjang jalan Eunhyuk hanya diam tapi sesekali senyum kepadaku. Aku hanya bisa membalas senyumnya dengan senyum tipis.
“Kau selalu pulang sendiri?”
“Ani, kadang – kadang aku bersama Sie~ah.”
“Jangan pernah pulang sendirian ya. Apalagi malam – malam begini.”
“oh, hmm iya.”
Kenapa Eunhyuk perhatian sekali padaku? Padahal kami baru bertemu tadi siang, tapi aku merasa nyaman di dekatnya. Tak lama setelah itu kami telah sampai di depan rumahku, rumahku terlihat gelap sepertinya eomma sedang pergi.
“Gomawo telah mengantarku Hyuk.” Ucapku sambil tersenyum dan mencoba membuka pintu mobil.
“Tunggu, biar aku yang melakukannya untukmu.” Ucapnya sambil keluar dari mobil dan membukakan pintuku dari luar. Aku pun keluar dari mobil sambil mengucapkan terimakasih padanya namun baru beberapa langkah aku hendak menuju kerumah, Eunhyuk menangkap tanganku.
“Tunggu...aku...”
“Apa?”
“Aku ingin meralat ucapanku yang tadi ?”
“Mwo? Yang mana.”
“Soal kau tidak boleh pulang sendirian, maksudku...jangan pernah pulang tanpa aku.” Ucapnya sambil tersenyum manis. Pipiku mulai merah, aku benar – benar terkejut akan ucapannya. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan pelan sambil tersenyum.
“annyeonghi jumuseyo my girl.” Ucapnya dari jauh. Aku hanya tersenyum tanpa menoleh ke arahnya, aku tidak mau blushing di depannya. Aku pun masuk ke rumahku dan kembali menemukan sebuket mawar merah dan sekotak coklat di meja. Mungkin eomma meletakannya sejak tadi, diatasnya juga ada kertas bertuliskan
Ri~ah, eomma ke rumah Tantemu dulu ya. Jam 8 nanti pulang, ada sisa kare di kulkas.”
Hmm, baiklah berarti aku harus menghangatkan kare dulu. Gumamku dalam hati sambil membuka kulkas dan memindahkan kare kedalam panci. Kunyalakan api kecil dan menutup panci berisi kare itu. Aku masuk kedalam kamarku dan menyalakan laptop kesayanganku.

*BIP

Cherry
Kau baru pulang Ri~ah?
Ri
Ne, tadi aku pergi dengan temanku.
Cherry
Oh ya? Dengan siapa? Sie Na?
Ri
Ani, dengan teman baruku.
Cherry
Mwo? Teman baru? Namja atau yeoja?
Ri
Aduh banyak sekali pertanyaanmu hahaha. Namja
Cherry
Namja? Siapa namanya ? Kenal darimana?
Ri
Omoo, pelan – pelanlah kalau bertanya. Namanya Eunhyuk, aku mengenalnya karena dia teman Sie Na.
Cherry
Oooh, bagaimana sikapnya? Dia baik?
Ri
Baik, waeyo? Kau cemburu ya? Hahahahaha
Cherry
Ha? Terserah saja, menurutmu aku bagaimana? kkk
Ri
Bagaimana apanya?
Cherry
Kelihatannya aku cemburu atau tidak?
Ri
Sepertinya iya hahaha.
Cherry
Kau benar Ri~ah, aku cemburu. Sangat cemburu.
Ri
Hahaha, bisa saja kau. Tapi Eunhyuk baik sekali padaku loh. :p
Cherry
Sepertinya kau sangat menikmati waktu dengannya ya ? :p
Ri
Iya, entah mengapa aku merasa nyaman didekatnya
Cherry
Sadarkah kau daritadi hanya membahas dirinya?
Ri
Oh benarkah ? Maaf
Cherry
Gwenchana, lupakan saja. Eh kau sudah makan Ri~ah?
Ri
Belum, Oh iyaa aku belum mematikan kompor. Sebentar ya...
Cherry
Makanlah Ri~ah, aku juga harus off sekarang. Mianhae
Saranghae  
ͦ Offline

*DEG

Aku tertegun membaca chat terakhir dari Cherry. Kenapa dia? Aneh sekali, tiba – tiba dia menyatakan cintanya padaku. Padahal aku belum pernah bertemu dengannya, berkomunikasi dengannya pun hanya lewat dunia maya. Arrggh pusing! Lebih baik aku mematikan kompor dan segera makan! Aku pun pergi ke dapur dan mematikan kompor lalu memutuskan untuk makan.

~~Beberapa Bulan Kemudian~~

“Senang sekali bisa melihatmu tersenyum waktu itu. Aku harap aku bisa melihatnya lagi.”
Pesan itu tertulis di sebuah kertas berwarna pink di dalam sekotak coklat yang aku temukan di depan pintu. Senyum ? Melihatnya lagi ? Sepertinya ini dari orang yang kukenal, karena aku jarang bahkan hampir tidak pernah tersenyum kepada orang yang tidak kukenal. Baru saja aku hendak membawa coklat itu kedalam rumah, sepasang tangan sudah menutup mataku.
“Annyeonghaseyo chagi~ah.”
“Aiish Hyukkie oppa hentikan itu. Kau selalu membuatku terkejut.” Ucapku sambil melepaskan kedua belah tangannya dari mataku dan berbalik ke arahnya. Eunhyuk tersenyum dan membelai wajahku dengan tangannya lalu tersenyum. Tapi raut mukanya berubah seketika saat melihat sesuatu yang kupegang.
“Apa itu?”
“Oh ini? Coklat kan.”
“Dari siapa?”
“Aku tidak tau, kukira ini darimu.”
“Bukan, coba buka. Bungkusnya mencurigakan.” Ucap Eunhyuk langsung merebut kotak itu dari tanganku dan membukanya secara kasar. Setelah melihat isi kotak itu Eunhyuk langsung melemparnya ke tanah dan memelukku erat.
“Waeyo oppa?”
“Ani, kau tidak apa – apa kan Ri~ah? Kau tidak terluka ?” tanyanya sambil meraba wajahku dan memastikan bahwa aku baik – baik saja.
“Aku tidak apa – apa oppa. Waeyo?”
“Tetaplah disampingku. Jangan pergi tanpa aku.” Ucapnya sambil mengecup keningku dan memelukku lebih erat. Aku hanya bisa diam dan bingung menanggapi sikapnya yang begitu aneh. Namun aku tidak memusingkan semua itu, mungkin Eunhyuk oppa hanya takut kehilanganku.

~~Seminggu Kemudian~~
“Chagi, aku diterimaaa!” ucapnya sambil melambaikan tangan sambil keluar dari mobil. Aku yang baru keluar dari kampus langsung tersenyum dan berlari ke arahnya. Eunhyuk juga berlari dari tempatnya ke arahku lalu memeluku erat.
“Aku diterima chagi. Aku bekerja mulai hari ini.” Ucapnya dengan wajah berseri – seri.
“Chukkae chagi~ah. Selamat ya.” Ucapku sambil kembali memeluknya erat. Tapi tiba – tiba ia mengendurkan pelukannya.
“Tapi mianhae chagi, artinya hari ini kau harus pulang sendirian.” Ucapnya dengan wajah sedih dan meraba wajahku dengan tangannya.
“Gwenchana oppa. Aku bisa sendiri, mungkin bisa bersama Sie~ah.” Ucapku sambil tersenyum manis padanya. Kelihatannya dia sangat menghawatirkanku.
“Jeongmal mianhae chagi, atau aku bisa menunda kerjaku hari ini jadi...”
“Oppa, tidak perlu. Ini hari pertamamu kan? Aku tidak mau aku merusak harimu jadi...pergilah, aku tidak apa – apa.” Ucapku sambil menggenggam tangannya erat, berusaha meyakinkannya kalau aku akan baik – baik saja. Dia mulai tersenyum dan mengecup pipiku sekilas lalu memelukku lagi.
“Saranghae Kim Ri Yuan.” Ucapnya sambil memelukku.
“Nado sarangahae Lee Hyuk Jae.” Jawabku sambil tersenyum dan memeluknya erat.
“Aku pergi dulu ya. Annyeong.” Ucapnya sambil melepas pelukannya dan berlari ke arah mobilnya. Aku melihatnya sampai ia menaikki mobil dan  melambaikan tangan lewat jendela mobilnya. Aku membalas lambaian tangannya dan melihat mobil itu pergi menjauh. Hmmm, pulang sendiri? Tidak masalah. Ucapku sambil pergi ke pinggir jalan dan mencari angkutan umum. Aku menemukan sebuah bis umum dan menaikkinya. Dan ternyata bis itu cukup penuh, sehingga aku harus berdiri karena tak ada satupun tempat duduk yang tersisa. Seorang penumpang hendak turun dan menyenggolku sampai aku hampir terjatuh, tapi seorang namja menangkapku.
“Kamshamnida.” Ucapku sopan sambil berusaha melihat wajahnya tapi sulit sekali karena bis itu sangat penuh.
“Hati – hati nona, kau bisa terluka.” Ucapnya dengan nada datar tapi menyeramkan. Aku pun kembali menghadap kedepan dan berusaha tidak melihat wajah orang itu. Menyeramkan...
Bis itu berhenti di depan komplek rumahku, setelah membayar ongkos aku pun berjalan kaki menuju rumahku. Kulihat satu kotak berwarna pink sudah terpajang di depan pintu rumahku. Kupercepat langkahku menuju rumah dan mengambil kotak itu. Aku masih penasaran apa yang Eunhyuk lihat minggu kemarin sampai ia sangat takut kehilanganku.
Aku ingin melihatmu tersenyum lagi, tapi kali ini tanpa dia disisimu!” tulisan itu tertulis di secarik kertas berwarna pink percis seperti minggu kemarin. Karena penasaran aku membuka kotak itu dan...
“AAAAAAAAAAAA...” aku berteriak saat melihat isi kotak itu dan langsung melemparnya ke tanah. Kulihat foto Eunhyuk berdua denganku yang entah kapan dan dimana foto itu diambil. Sebuah pisau tertancap tepat di bagian dada namja chinguku itu. Karena panik aku langsung merogoh ponselku di saku dan menelponnya.
“Yoboseyo?”
“Chagi, kau tidak apa – apa kan ?” tanyaku dengan suara terisak.
“Aku tidak apa – apa chagi. Waeyo? Kenapa kau menangis?” tanyanya dengan nada sangat cemas. Aku jadi merasa bersalah telah mengganggu jam kerjanya.
“Ani, hanya bertanya chagi. Kau masih bekerja?” ucapku mengalihkan pembicaraan agar tidak cemas padaku.
“Masih chagi, aku pulang sekitar jam 5 sore nanti. Aku akan mengunjungimu sehabis pulang dari sini. Tidak apa – apa kan ?”
“Tidak apa – apa chagi. Mian, sudah mengganggumu.”
“Gwenchana chagi, aku bekerja lagi ya. Annyeong.”
“Ne, annyeong.”
“Tunggu chagi!”
“Ne, apa?”
“Sarangahae.”
“Nado saranghae.” Aku menutup teleponku dan masuk ke rumah. Aku langsung menyalakan laptopku dan seperi biasa aku online. Lalu kuputuskan untuk meneruskan novelku yang sudah tertunda selama beberapa bulan. Sekitar dua jam aku mengetik novelku tiba – tiba aku memikirkan Cherry teman lamaku itu. Sejak aku menjalin hubungan dengan Eunhyuk dan dia menyatakan perasaannya padaku aku jarang berkomunikasi dengannya. Apalagi akhir – akhir ini...

*BIP

Cherry
Kim Ri Yuan!

Omoo, aku kira dia sudah melupakanku dan tidak mau berkomunikasi denganku. Ternyata diluar dugaanku dia masih mau mengirim pesan padaku.

Ri
Ne ?
Cherry
Kau masih ingat padaku?
Ri
Tentu saja babo! Kalau tidak untuk apa aku membalasmu? Hahahaha
Cherry
Oh aku kira kau sudah melupakanku hahahaha. Eh, bagaimana kabarmu dengan Eunhyuk?
Ri
Baik, dia sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan. Dia kelihatan bahagia sekali tadi.
Cherry
Oh ya? Aku turut bahagia untukmu.
Ri
Kamshamnida cherry
Cherry
Cheonmayo, jaga dirimu Ri~ah.
Ri
Ne Cherry, aku akan menjaga dirimu.
Cherry
Bagus kalau begitu, aku off dulu ya aku harus mengerjakan tugas dulu
Ri
Oh Ne, annyeong.
ͦOffline

Aku senang sekali karena bisa berhubungan kembali dengan teman lamaku itu, walaupun aku tau dia menganggapku lebih dari itu. Tapi aku sudah memiliki Eunhyuk, hanya dia namja selain appaku yang kucintai saat ini.

Geu nooga nooga mweorado
naneun sanggwan eobdago
Geu nooga nooga yokhaedo
neoman barabondago

“Yoboseyo chagi~ah?”
“Permisi, apa ini kerabat Lee Hyuk Jae ?” ucap seorang namja yang lebih tua dan kupastikan bahwa dia bukanlah namja chinguku.
“Ne, aku yeoja chingunya. Maaf siapa ini?”
“Maaf, kami hanya menghubungi dua nomor telepon terakhir yang menelepon ke ponsel ini. Kami dari pihak kepolisian melaporkan bahwa telah terjadi pembunuhan di lokasi kerja tuan Lee. Korban telah meninggal dunia di tempat sekitar satu jam yang lalu. Ditemukan sekitar tujuh luka bekas tusukan pisau di tubuhnya dan salah satunya mengenai jantungnya sehingga korban meninggal seketika.”
Kurasakan tubuhku mendadak lemas, lututku gemetar, lidahku kelu. Aku benar – benar tidak percaya ini semua terjadi. Semuanya kurasa seperti mimpi...
“Yoboseyo nona Kim? Anda masih disana?” suara namja itu membuyarkan lamunanku tentang namja chinguku.
“Ne, ya mianhae. Aku masih disini.”
“Sekarang korban sudah ada di Incheon Hospital’s. Saya hanya menginformasikan bahwa korban sudah berada di rumah duka.”
“Oh...ne...jeongmal gomawo.” Ucapku sambi menutup teleponku dan menangis sejadi – jadinya. Baru saja satu jam yang lalu aku berbicara dengannya lewat telepon tapi kini dia telah tiada. Semuanya benar – benar seperti mimpi, mimpi yang benar – benar buruk sehingga aku tidak bisa terbangun. Tubuhku lemas dan langsung terduduk di lantai lalu bersandar pada dinding. Berbagai pikiran buruk meracuni otakku. Kucoba berfikir sekeras mungkin dan mencoba mencari siapa dalang dibalik semua ini. Tiba – tiba sebuah nama terlintas di kepalaku, semua tuduhan dan dendam hanya tertuju padanya seorang. Aku membencinya, benar – benar membencinya, aku yang saat itu masih lemas hanya bisa menangis dan terdiam. Ragaku sudah seperti orang yang sakit jiwa, air mata sudah membasahi kedua belah pipiku. Mengalir begitu saja dari mataku yang masih menatap kosong. Tiba – tiba kudengar suara dari laptopku dan sudah kupastikan itu pesan dari Cherry.

*BIP

Cherry
Ri~ah! Kunci rumahmu sekarang, atau sebaiknya pergilah dari situ!
Ri
Untuk apa? Aku tidak mempercayaimu! Kau pembunuh!
Cherry
Apa? Ri~ah dengarkan aku! Cepat kunci pintu rumahmu!
Ri
Tidak mau. Aku tidak percaya pada seorang pembunuh!
Cherry
Terserah kau mau mengataiku apa saja tapi kumohon percayalah padaku! Kunci pintu rumahmu! Jebal!
Ri
Cukup! Aku muak denganmu!

Aku pun langsung menutup laptopku dan mengambil jaket tebal di lemari lalu memakainya dan bersiap pergi ke rumah sakit. Tidak kupedulikan suara yang berulang kali muncul dari laptopku. Yang ada dipikiranku adalah Cherry lah pembunuh Eunhyuk dan dialah dalang dibalik semua ini. Kemarahanku sudah memuncak, semua kebaikan dan perhatian Cherry padaku luntur seketika. Setelah dipikir lagi keputusanku sejak dulu memang tidak salah, tidak mempercayai orang yang benar – benar kukenal. Saat aku hendak keluar rumah kuraih gagang pintu depan dan ternyata tidak bisa terbuka. Pintunya terkunci! Aku langsung panik dan mencoba mendobrak pintu itu tapi tetap tidak bisa.

“Mau kemana Yuan Ri?” sebuah suara namja muncul dari belakangku menggunakan topeng yang hanya menutupi  seluruh mukanya. Aku hanya terdiam dan gemetar, tanganku mendadak lemas dan berusaha mencari benda disekitarku yang mungkin bisa kupakai untuk melindungiku.
“Yuan Ri, kenapa kau tidak membalas semua kirimanku?”
Tanya namja itu dengan nada datar, aku hanya bisa berjalan mundur menjauhi namja itu yang mulai mendekatiku.
“Pergi kau Kim Cherry! Aku tau kau penyebab semua ini!” ucapku sambil tetap berusaha mencari benda di sekitarku yang bisa melindungiku tapi hasilnya nihil.
“Hahahahahaha. Siapa itu Kim Cherry? Apa dia pacar barumu.” Ucapnya sambil terus mendekat ke tempatku berdiri, semakin jelas kulihat sesuatu yang berkilau di tangannya.
“Ri~ah...Ri~ah...ckckck banyak sekali namja yang terpikat denganmu. Dan mungkin aku salah satu yang beruntung bisa sedekat ini.” Ucapnya yang kira – kira satu meter dari tempatku berdiri, aku terjebak karena di belakangku tinggal dinding, tak ada lagi jalan keluar.
“Saranghaeyo Kim Ri Yuan!” ucapnya sambil berteriak dan menodongkan pisaunya ke arahku.
*PRANG
Dengan cepat kuambil bingkai foto yang tergantung di dindingku dan menghalangi pisaunya yang hampir saja menusuk jantungku. Aku berlari sekencang mungkin menuju kamarku di lantai atas. Kunaikki tangga itu sekencang mungkin.
“Aku senang sekali bisa melihat senyumu waktu itu.” Ucapnya sambil terus mengejarku dan menodongkan pisaunya ke arahku. Tiba – tiba dia menangkap kakiku dan membuatku tersandung di tangga, aku berbalik dan kini aku tepat berada di bawahnya yang sedang berdiri.
“Mau kemana Ri~ah ?” tanyanya sambil menghalangi tubuhku agar aku tidak bisa kemana – mana. Kulihat sepasang matanya yang berbinar – binar, mengerikan. Sepertinya aku pernah melihat sepasang mata itu, tapi dimana?

*FLASHBACK*

“Hmm, permisi apa kau Kim Ri Yuan penulis novel If You Come Into My Heart ?” tanya pelayan itu dengan wajah berseri – seri.
“Ne, waeyo?” tanyaku langsung ke inti. Aissh, kenapa harus ada penggemar di sini -_-
“Bolehkah aku meminta tanda tanganmu disini?” tanyanya padaku sambil meletakkan buku itu diatas meja dengan sangat pelan.
“Hmm boleh.” Ucapku sambil mengeluarkan pulpen dari saku jaketku dan mulai menandatangani sampul buku itu.
“Jeongmal kamshamnida.” Ucap pelayan itu sopan sambil membungkuk.
“Cheonmayo.” Ucapku singkat sambil tersenyum tipis pada pelayan itu.

*FLASHBACK END*

“Kau!!!!” ucapku sambil menarik topeng di wajahnya dan akhirnya kini wajahnya terlihat jelas. Wajah pelayan itu berseri – seri beberapa bulan kemarin, sama seperti sekarang. Namun kali ini berbeda, wajah itu terlihat berseri karena dendamnya hampir terbalaskan.
“Ya! Aku Han Kyung! Pelayan di kafe itu! Kau pikir aku tidak terluka melihatmu bercanda bersama si Hyuk Jae itu?” ucapnya sambil menancapkan pisau ke sebelah kananku, dan pipi kananku tergores pisau itu.  Tapi aku berhasil menghindar dan menendangnya agar menjauh  dariku. Aku berlari kekamar dan mengunci pintunya. Aku menjauh dari pintu kamarku dan berjalan mundur, aku bingung harus bagaimana lagi aku sudah pasrah apapun yang terjadi.
“Buka pintunya Ri~ah aku ingin melihat senyum itu lagi!” ucapnya dengan nada yang menyeramkan sambil terus mencoba membuka pintu kamarku. Tiba – tiba gerakan pada gagang pintu itu berhenti. Aku masih menangis kencang saat itu dan menunggu beberapa kemungkinan yang akan terjadi.

*BRUUUUK

Kudengar sesuatu yang terjatuh dan terbanting keras sekali. Aku benar – benar semakin takut. Apa akhir semua ini? Kenapa dunia ini begitu menyiksaku? Kali ini aku hanya bisa menunggu sesuatu yang muncul dari balik pintu itu. Entah apa yang akan terjadi setelah ini, aku hanya bisa diam tak bisa berbuat apa – apa.

*BRAAAAAAAK

Tiba – tiba pintu didobrak oleh seorang namja yang menggunakan jas berwarna hitam dengan pistol di tangannya.
“RI~AH!” ucapnya sambil mendekatiku dan memeluk tubuhku erat. Aku hanya bisa menangis sampai tubuhku terasa lemas. Aku tidak peduli siapa namja yang menolongku, semuanya mendadak menjadi gelap.

~~Di Rumah Sakit~~

“Kau sudah makan inspektur Kim? Sebaiknya kau makan siang dulu, sejak tadi kau belum pergi dari sisi yeoja itu.”
“Nanti saja, aku harus menunggunya sampai bangun.”
“Cherry, cherry mau sampai kapan kau begini? Kau benar – benar mencintainya?”

“Aissh sudah kau pergi sana! Aku tidak mau dia terbangun mendengar suaramu itu!”
“Ne..ne...galak sekali.”

Aku membuka mataku dan mencoba mencerna semua yang baru saja masuk ke indra pendengaranku. Kim Cherry? Jadi dia...

“Kau sudah sadar?” tanyanya sambil membelai rambutku. Kucoba membuka mataku dan mencoba memfokuskan mataku pada wajahnya. Wajah ini, aku juga pernah melihatnya.

*FLASHBACK*

Seorang penumpang hendak turun dan menyenggolku sampai aku hampir terjatuh, tapi seorang namja menangkapku.
“Kamshamnida.” Ucapku sopan sambil berusaha melihat wajahnya tapi sulit sekali karena bis itu sangat penuh.
“Hati – hati nona, kau bisa terluka.” Ucapnya dengan nada datar tapi menyeramkan. Aku pun kembali menghadap kedepan dan berusaha tidak melihat wajah orang itu. Menyeramkan...

*FLASHBACK END*

“Kau? Apa aku mengenalmu?” tanyaku sambil mengerjap – ngerjapkan mataku berulang kali.
“Tidak kau tidak mengenalku.” Ucap namja itu sambil tersenyum manis.
“Boleh aku tau siapa namamu?”
“Aku? Apa jika aku memberitau namaku kau akan percaya padaku?”
Aku hanya bisa mengangguk pelan sebagai jawaban iya.
“Namaku Kim Heechul.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Jadi kau bukan...” ucapku memotong kalimatnya.
“Panggil aku Kim Cherry.” Ucapnya sambil mengelus keningku dengan tangannya lalu mencium keningku. Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya lalu aku mencoba duduk dan memeluknya erat. Ternyata orang yang kuduga adalah seorang pembunuh malah menyelamatkanku dari pembunuh itu. Dan yang lebih luar biasa lagi, dia adalah orang yang menyayangiku sejak dulu. Orang yang tidak pernah aku kenal secara langsung tapi sangat menyayangiku.

~~12 Tahun Kemudian~~
“Kau yakin berani berdua saja?”
“Aku berani kok, sudah tenang saja.”
“Aku tugas keluar kota loh, kau yakin bisa?”
“Aku bisa chagi, sudah tenanglah.” Ucapku sambil mengancingkan seragam kerjanya.
“Kau benar – benar yakin? Aku tidak tega meninggalkan kalian berdua.” Ucapnya dengan nada cemas sambil membelai rambutku.
“Aku tidak apa – apa. Hyuk Jae akan melindungiku.” Ucapku sambil memegang wajahku.
“Appa, sudahlah pergi saja. Aku pasti bisa menjaga Eomma.” Ucap seorang anak berumur 5 tahun sambil memelukku dari belakang.
“Iya aku percaya kau akan melindungi Eomma dengan baik.” Ucap Cherry sambil menggendong anak itu dan menciumnya gemas lalu menurunkannya dari gendongannya.
“Kau sudah yakin kan meninggalkan aku ?” tanyaku sambil merapikan seragamnya dan tersenyum.
“Aku...yakin kok.” Ucapnya sambil memelukku erat seakan – akan tidak mau melepaskanku lagi. Dia mengecup keningku lalu tersenyum manis setelahnya.
“Jaga eommamu ya. Jangan biarkan ia pulang atau pergi sendirian tanpamu!” ucap Cherry sambil menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan Hyuk Jae.
“Iya appa tenang saja. Aku akan selalu menjaganya.” Ucap Hyuk Jae sambil menempelkan tangan di ujung pelipis kepalanya seolah – olah sedang hormat pada komandannya.
“Aku pergi dulu ya chagi.” Ucapnya sambil berdiri lalu mencium pipiku dan berbisik di telingaku.
“Kalau ada apa – apa jangan lupa hubungi aku. Jangan lupa mengunci pintu rumah dan mematikkan kompor dan yang paling penting jangan lupa makan! Aku tidak mau istri dan anakku dalam keadaan kurang gizi saat aku pulang nanti.” Ucapnya dengan nada mengancam sambil tersenyum manis.
“Hahahahahaha ne chagi, sekarang pergilah.” Ucapku sambil menepuk kedua pundaknya dari depan dan melepas kepergiannya sebelum menaikki pesawat. Saat dia sampai di pintu pesawat, sempat – sempatnya ia melakukan sikap hormat padaku sambil tersenyum. Kubalas hormatnya sambil tersenyum semanis mungkin juga anakku yang melakukan hal sama hingga ia benar – benar masuk ke dalam pesawat dan tidak terlihat lagi. Tiba – tiba ponselku berdering...


Geu nooga nooga mweorado
naneun sanggwan eobdago
Geu nooga nooga yokhaedo
neoman barabondago

“Yoboseyo chagi?”
“Aku melupakan sesuatu.”
“Apa itu?”
“Saranghaeyo Kim Ri Yuan.”
“Ne, nado saranghaeyo.”
“Maaf pak tolong matikan ponsel anda, sinyalnya akan mengganggu penerbangan kami.” Ucap seorang yeoja yang aku yakini adalah pramugari.
“Mmm, ya sebentar. Aku pergi dulu ya chagi, annyeong.” Ucapnya dari seberang telepon lalu mematikan ponselnya. Kulihat pesawat itu terbang lepas landas di udara. Aku benar – benar banyak belajar dari Heechul mmm maksudku Cherry. Belajar arti percaya, tulus, menghargai, dan mencintai.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~THE END~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

0 komentar:

Posting Komentar