KEEP YOUR HEART FOR ME
Cast :
-
Kim Kibum
-
Lee Hye Mi
-
Choi Sie Na
-
Kim Ri Yuan
-
Lee Soon Kyu
Genre :
Romance
Author Miranti Rizkika a.k.a Kim Ri Yuan
NO COPAS! :D
Annyeong chingudeul^^
Aku muncul lagi dengan FF Oneshoot hehe. Sebenernya ini request dari Asahi Asry Larasati. Gatau kenapa tiba – tiba kepikiran buat bikin ini FF. Mian kalau geje yaa...
Selamat membaca~
Hye Mi P.O.V
Yeeaay! Akhirnya ujian pun selesai
dan artinya ini saat untuk liburan! Segera kulihat jadwal kegiatan yang sudah
kubuat jauh hari untuk mengisi liburan. Kubayangkan semua yang akan kulakukan
bersama teman – temanku. Berbelanja, main ke pantai, keliling Seoul. Ah pasti
menyenangkan! Kulangkahkan kakiku keluar ruangan dan menemukan kedua chingku
yang sepertinya menungguku dari tadi.
“Aissh, lama sekali kau Hye~ra.”
Ucap seorang sahabatku yang bernama Yuan Ri sambil melirik jam yang melingkar
di tangan kirinya.
“Hehe, mianhae. Tadi aku kebanyakan
melamun.” Ucapku sambil menjulurkan lidah ke arah mereka.
“Dasar! Kebiasaan nih melamun terus,
kita pulang kajja.” Ucap seorang sahabatku yang lain yaitu Sie Na. Kami pun
menaikki mobil berwarna putih milik Sie Na dan memutuskan untuk mampir ke
sebuah Mall di pusat kota. Namun tiba – tiba ponselku berdering.
Oh
day by day day by day naema eumdo
Ni mamcheoreom sarangeuro chaewo neoheul ge
Cream cheoreom pogeun hage seoro wihae barabwayo
Hangsang joheun ilman saenggak haeyo
Ni mamcheoreom sarangeuro chaewo neoheul ge
Cream cheoreom pogeun hage seoro wihae barabwayo
Hangsang joheun ilman saenggak haeyo
“Yoboseyo eomma?” ucapku
malas setelah mengetahui kalau yang menelponku itu adalah eommaku.
“Kau? Sedang dimana kau
saat ini?” ups, sepertinya akan terjadi masalah besar kalau eomma sudah marah –
marah begini.
“Aku? Di Mall bersama
chinguku, wae?”
“Cepat pulang!”
“Aissh eomma...”
“Cepat pulang ini penting!
Kajja!”
“Arasseo, baiklah aku
pulang.” Eomma apa – apaan sih? Ini kan liburanku? Kenapa harus cepat pulang
kerumah -_-.
“Hye~ra kenapa mukamu
kusut begitu?”
“Iya kenapa? Kau mau pergi
ke tempat lain?” tanya kedua sahabatku itu bertubi – tubi, aku hanya bisa
menggelengkan kepalaku.
“Aniyo, aku harus pulang.”
Jawabku dengan nada kecewa kemudian meniup poniku keatas.
“Mwo? Waeyo?”
“Entahlah, eomma
menyuruhku pulang.”
“Lalu bagaimana dengan
acara belanja kita hari ini?”
“Mianhae, aku tidak bisa
ikut dengan kalian. Aku pulang dulu ya, annyeong.” Ucapku bernada final dan
memasang senyum selebar mungkin. Kedua chinguku itu hanya bisa melambaikan
tangan padaku yang mulai menjauh. Kulangkahkan kakiku ke depan Mall dan
menunggu taksi. Setelah kudapatkan taksi itu segera kusebutkan alamat rumahku
dan taksi itu mulai melaju. Namun ketika aku sampai di depan rumah, kulihat
eomma dan appaku sudah berdiri di depan rumah dengan tangan terlipat di dada.
Ada apa lagi sih? Huh...
Kubayar taksi itu dan
melangkah ke tempat eomma berdiri.
“Ada apa sih eomma?”
tanyaku dengan nada manja kemudian mengerucutkan bibirku.
“Sudah, ayo masuk! Kita
harus bicara.” Ucap Appaku dengan nada datar namun menyeramkan. Aigoo, ada apa
sih? -_-
Akhirnya kami sampai di
ruang keluarga dan duduk diatas sofa berwarna putih lalu memulai pembicaraan.
“Berapa lama liburanmu?”
Appa bertanya dan memecahkan keheningan.
“2 minggu appa.” Ucapku
takut – takut, sepertinya aku akan dimarahi.
“Hmm begini Lee Hye Mi,
sebenarnya kami...” ucapan appa menggantung, membuat jantungku semakin
berdebar. Tuh kan...dimarahi kan...
“Kami harus pergi ke
Jepang, dan itu bertepatan dengan waktu liburan sekolahmu.”
“Mwo? Berarti kita liburan
di Jepang begitu?” tanyaku dengan polosnya. Huh aku kira akan dimarahi,
ternyata malah diajak liburan. Asiik.
“Bukan begitu sayang,
maksud Appa pergi ke Jepang itu untuk bekerja. Tapi eomma harus menemaninya
karena kau tau kan...”
“Oh, ne aku tau eomma harus
bekerja sebagai editor komik disana kan?”
“Akhirnya kau mengerti.”
Jawab eomma sambil membelai pipiku dengan sayang. Raut wajahku berubah seketika
menjadi kelabu.
“Berarti aku liburan
sendirian begitu?” tanyaku pada eomma yang tangannya masih menempel di kedua
belah pipiku.
“Kami tidak mau
meninggalkanmu sendirian, nah makanya kami sudah bilang kalau kau bisa tinggal
rumah Halmeoni selama liburan nanti.”
“Mwo???”
“Disana menyenangkan kok,
ada air terjun, hutan, bahkan Harabeoji mu itu punya usaha pembuatan baju
boneka disana. Kau pasti senang.”
Apaaaaa? Berlibur di rumah
Halmeoni ? Aisshhh, kalau tau begini lebih baik aku sendiri dirumah.
“Eomma, tapi aku sudah
merencanakan akan berlibur dengan chinguku.” Ucapku lemah sambil memasang wajah
sedih. Namun rasanya eomma tidak mau mendengar protesku itu, ia malah asik
bercerita dengan appaku tentang keindahan desa Hanok , kampung Halmeoni ku itu.
“Oh iya, satu lagi. Kami
harus berangkat sekarang sayang. Mian tidak bisa mengantarmu kesana.” Ucap
eomma tiba – tiba mencium keningku lalu melangkah pergi. Appa menyeret koper
dan melangkah menuju pintu depan. Aku hanya bisa diam dan mematung dengan
mulutku yang setengah terbuka. `eomma, appa, kenapa tega sekali? Aku kan tidak
mau berlibur di sana’ namun sayang sekali kata – kata itu tidak bisa keluar
dari mulutku. Mereka pun memasukki mobil dan membuka kaca jendelanya.
“Kami pergi dulu sayang,
baik – baik ya disana. Annyeong.” Ucap Appa dari dalam mobil dan eomma yang
melambaikan tangannya ke arahku.
“Annyeonghi gaseyo.” Hanya
itu kata – kata yang keluar dari mulutku. Aissh babo! Kenapa susah sekali
menolak keputusan eomma tadi? Itulah kebiasaanku, kalau sudah terkejut aku
tidak bisa mengatakan apapun. Nah, sekarang begini keadaannya. Aku hanya bisa
menghempaskan diriku ke atas kasur lalu menelpon chinguku Yuan Ri.
“Yoboseyo Hye~ra! Ayo
kesini, Sie Na punya film yang bagus untuk ditonton malam ini.”
“Ne, Kajja kerumahku!
Popcorn juga sudah siap, kita tidak perlu keluar untuk membelinya.”
Chinguku itu berkata
dengan penuh semangat, dan aku sangat yakin kalau kali ini panggilanku di
loudspeaker oleh mereka.
“Huaa, aku tidak bisa.”
“Waeyo Hye~ra? Apa kami
perlu menjemputmu?”
“Aniyo, aku harus berlibur
dirumah Halmeoniku.” Ucapku sedikit tercekat, suasana tiba – tiba hening di
seberang telepon.
“Hei, kalian masih
disana?”
“HAHAHAHAHAHHAHAHA.” Tawa
keras pun terdengar, aku pun menjauhkan ponsel dari telingaku untuk menghindari
kerusakan pada indera pendengaranku. Lalu mendekatkannya kembali setelah tawa
mereka selesai.
“Aigo Hye~ra, kau seperti
anak SD saja. Masa berlibur ke rumah Halmeoni. Hahaha.” Ucap Sie~ah dengan nada
menyindir. Anak SD hmm, memang iya sih. Kalian tau kan cerita anak SD setelah
berlibur? Pasti judulnya berlibur ke rumah nenek. Dan sepertinya itu sama dengan
judul liburanku kali ini.
“Aku disuruh oleh eomma
dan appaku. Aku tidak bisa menolak, makanya terpaksa aku berlibur disana.”
“Hahahahahaha, sabar ya
Hye~ra. Omo, tapi di desa Hanok kan? Itu desa yang cukup tenang dan bersih.
Tidak terlalu buruk.” Ucap Yuan Ri dari seberang telepon, aissh seperti eommaku
saja.
“Ne, tapiii...”
“Wow, filmnya sudah mau
dimulai. Sudah dulu ya Hye~ra. Jangan lupa hubungi kami disana, annyeong.” Ucap
mereka bergantian kemudian menutup telepon. Huaaa menyebalkan, kini aku hanya
bisa memukul – mukul kepalaku frustasi kemudian aku...meninggal. *ralat author
kejem amat huahhahaha*
Kemudian aku
menenggelamkan wajah ke bantal dan tanpa terasa semua menjadi gelap.
~~Besoknya~~
“Hye~ra. Apa kau sudah
siap?” tanya Park ahjussi dari depan rumah. Dia adalah orang yang menjemputku
lalu mengantarku untuk sampai ke rumah Halmeoni ku.
“Ne, aku siap.” Ucapku
sambil mengenakan jaket jeans ku yang berwarna putih dan menuju ke mobil Park
ahjussi. Sepanjang perjalanan aku hanya melamun, yaa itu memang
kebiasaanku. Sampai akhirnya aku melihat
gapura yang membentang dengan bacaan Eoseo Osipsio E Hanok Maeul (Selamat
datang di desa hanok). Huaah akhirnya kami sampai juga, ini sih bukan desa
malah masih aura kota. Karena sudah tenang kalau kota ini `tidak terlalu desa’
aku memilih untuk tidur hingga sampai di rumah Halmeoni. Namun saat aku bangun
aku terkejut melihat hanya ada pohon di sekelilingku, dan hanya ada beberapa
rumah di sekitar sini. Mwo? Bukannya tadi...
“Kau pasti terkejut karena
mengira kalau kita akan sampai dan menemukan rumah Halmeoni di dekat desa itu
kan?” tanya Park ahjussi tepat sasaran. Aku hanya bisa mengangguk pelan sambil
terus mengamati `pemandangan’ yang ada di sekitarku. Sebenarnya ini lebih ke
hutan daripada desa. Tapi suasananya tenang, kulihat banyak anak kecil sedang
memainkan Janggu (alat musik perkusi tradisional korea). Penduduk disini juga
ramah – ramah. Aku pun mulai merasa nyaman di desa ini, eh maksudku hutan ini,
tapi tetap saja namanya desa. Yasudah sebut saja ini desa *apasih Hye~ra bikin
pusing author -_-*
“Hye~ra, kau sudah
remaja ternyata. Bagaimana kabarmu.”
Ucap Halmeoni sambil membawa tubuhku kedalam pelukannya.
“Aku baik Halmeoni.”
Jawabku sambil membalas pelukannya.
“Ayo masuk, kau pasti
lelah saat perjalanan tadi.” Ucap
Halmaeoni merangkulku dan membawaku masuk kedalam rumahnya. Rumah ini besar
sekali, padahal berada di desa. Aku pun duduk di ruang tamu dan percakapan
dimulaaiii. Seperti biasa kalau kita berkunjung ke rumah salah satu anggota
keluarga pasti pertanyaan yang selalu dilontarkan adalah sudah besar ya!
sekolah dimana? Kelas berapa? Sudah punya namja chingu? Dan bla bla bla...
Hingga akhirnya kami di rumah lelah dan ke kamar tidur masing – masing. Oh iya
aku punya eonni disini, namanya Sunny. Usianya sama sepertiku jadi aku hanya
bisa mengobrol dengannya. Walaupun obrolan kami tidak akan terlalu nyambung
karena dia adalah penduduk desa. Kuputuskan memejamkan mataku dan semuanya
menjadi gelap.
~~Pagi itu di desa Hanok~~
Jam 6 tepat aku sudah bangun
dan sudah bergelut dengan keran air di kamar mandi. Heran masa sudah ratusan
kali aku putar tapi masih belum menyala juga.
“Kerannya mati lagi ya?”
tanya Halmeoni dengan santainya sambil memilih cucian.
“Lagi? Berarti sudah
sering ya?” ucapku dengan nada kecewa, lalu bagaimana caranya aku mandi -_-.
“Kau pergi saja ke bawah
desa, disana ada kamar mandi umum kok.” Kamar mandi umum? Pasti jorok sekali
disana. Seumur hidupku belum pernah aku jumpai kamar mandi umum yang bersih, di
Seoul saja tidak ada apalagi di sini. Tapi daripada aku tidak mandi?
“Hmm baiklah aku akan
kesana.” Ucapku sambil merapikan alat mandiku dan memasukannya ke dalam tas
plastik. Kulangkahkan kakiku keluar rumah, aku masih memakai baju tidur
dilengkapi dengan sandal jepit di kakiku. 15 menit aku berjalan dan menemukan
kamar mandi umum yang sepi. Kamar mandi itu sangat banyak dan terdiri dari
sekat – sekat yaa seperti kamar mandi di kolam renang. Hmm, sepi ya. Bagus! Aku
tidak perlu mengantri. Akupun masuk kedalam kamar mandi itu dan mulai mandi
(yaiyalaah...). Setelah selesai akupun telah memakai baju gantiku dan bersiap
keluar dari kamar mandi namun suara seorang namja menghentikanku.
“Hei kamar mandi sebelah,
bisakah kau mengambilkan shampoku di bawah?” tanya seorang namja dari kamar
mandi sebelah. Aku pun melihat ke bawah dan benar saja ternyata sebuah botol
shampo tergeletak dibawah sepertinya terbawa arus. Begini, jadi di dinding
kamar mandi itu bagian bawahnya sedikit terbuka sehingga kalau ada barang yang
jatuh bisa saja hanyut ke kamar mandi sebelahnya karena air yang mengalir.
(Ngerti ngga?)
“Oh, ini.” Ucapku sambil
melempar shampo itu lewat bagian atas kamar mandi yang ternyata juga bolong
-_-.
*PLETAK
“Aww..” ucap namja itu memekik kesakitan, omoo
sepertinya botol shampo itu mengenai kepalanya.
“Ups. Mian.”
“Serahkan baik – baik kan
bisa! Kenapa harus dilempar?”
“Mian, aku kan tidak tau.
Kenapa kau harus marah – marah!”
“Kenapa? Kau masih bisa
bertanya kenapa? Kalau kepalaku gagar otak bagaimana?”
“Apasih? Masa Cuma gara –
gara shampo kau gagar otak? Jangan terlalu berlebihan!”
“Dasar yeoja tidak tau
diri!”
“Mwo? Apa maksudmu mengataiku seperti itu? Kalau mau berkelahi kita selesaikan diluar!”
“Mwo? Apa maksudmu mengataiku seperti itu? Kalau mau berkelahi kita selesaikan diluar!”
“Oke siapa takut!”
Kami pun keluar dari kamar
mandi masing – masing dan memasang wajah berapi – api. Kulihat namja itu
mengenakan kaos abu – abu dan celana pendek berwarna hitam.
“Oh ternyata kau yang
membuat kepalaku sakit begini? Sekarang ganti rugi!” ucap namja itu sambil
menadahkan tangannya.
“Mwo? Ganti rugi? Untuk
apa? Kepalamu kan tidak gagar otak!” ucapku dengan nada mengejek.
“Heh yeoja centil! Liat
sekarang kepalaku seperti ikan lohan! Setidaknya kau harus ganti rugi agar aku
bisa membeli yeongo (salep) untuk mengobatinya!”
“Cih, enak saja! Aku tidak
bawa uang! Wlee!” ucapku sambil menjulurkan lidah kemudian berlari menjauhinya.
Kuacuhkan teriakan namja itu dan terus melesat jauh menuju rumah. Sampai
dirumah aku langsung mengelap peluh yang menetes dari dahiku. Aissh Sial! Gara
– gara namja itu habis mandi aku sudah harus berkeringat. Kusandarkan bahuku di sebuah kursi dan mengambil ponselku yang
berada di dalam tas. Kucari nama Sie Na dan menekan tombol hijau. Namun...
“Nomor
yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan service area. Silahkan hubungi
beberapa saat lagi.” Arrrrghhh, sial! Kenapa disini tidak ada
sinyal sih! Oh iya inikan desa, huuuh. Aku bosan! Aku hanya bisa mendengus
kesal dan melamun di kursi teras rumah. Hingga suara seorang yeoja membuyarkan
lamunanku.
“Hye~ra eonni! Mau ikut
aku ke pasar?” tanya Sunny yang terlihat manis dengan dua pita yang mengikat
rambutnya menjadi dua bagian.
“Hmm ne, kajja.” Ucapku
sambil menyambut uluran tangannya. Daripada bosan dirumah?
Sesampainya disana Sunny
menerangkan semua yang kami lewati layaknya seorang Tour Guide. Aku pun melihat
semua yang ditunjukkan Sunny. Desa ini memang indah dan bersih. Hingga akhirnya
Sunny menarikku ke sebuah pabrik boneka.
“Nah kalo ini Pabrik
Boneka milik Appa.” Ucap Sunny sambil menunjukkan pabriknya. Terlihat Park
ahjussi sedang men-design baju boneka dari kertas hanji. Wuaah aku jadi ingin
belajar membuat boneka. Kuhampiri Park
ahjussi yang sedang bekerja, mungkin aku bisa minta ajarkan cara membuat boneka
padanya.
“Ahjussi.” Sapaku pelan
yang kemudian disambut senyum dari Park ahjussi.
“Hye~ra! Sedang apa kau
disini?” tanya Park ahjussi dengan pandangan bertanya.
“Aku yang membawanya
kesini appa.” Ucap Sunny yang muncul dari balik tubuhku, ya Sunny memang lebih
pendek dari aku memang tidak terlihat kalau berdiri dibelakangku *siap2
digantung fans Sunny*.
“Ahjussi, boleh aku coba
membuat boneka?” tanyaku pelan – pelan karena sepertinya Park ahjussi sedang
sangat serius dalam pekerjaannya.
“Hmm boleh tapi...”
“Omoo, aku lupa kalau aku
membawa obat Halmeoni.” Ucap Sunny tiba – tiba sambil menepuk jidatnya. Kulihat
satu kantung plastik yang berisi obat.
“Aku boleh pulang duluan
eonni? Halmeoni tidak boleh terlambat minum obat.” ucap Sunny sambil menatap ke
arahku dengan wajah childistnya.
“Oh, hmm ne gwenchana.”
Ucapku sambil tersenyum dan mengacak rambutnya.
“Annyeong.” Sunny pun
berjalan keluar pabrik dan melambaikan tangannya dari jauh.
“Oh iya kau mau belajar
membuat boneka kan Hye~ra?” tanya ahjussi membuyarkan pandanganku pada Sunny
yang baru saja pergi.
“Hmm ne ahjussi.” Jawabku
yang sedikit terkejut, maklum kebiasaan melamunku belum hilang.
“Tapi aku sedang
menyelesaikan ini, bagaimana kalau kau diajari oleh salah satu pekerja disini?”
tanya ahjussi tanpa memalingkan pandangan dari bonekanya. Hmm, sepertinya ia
sedang sibuk aku jadi merasa bersalah sudah mengganggunya.
“Gwenchana ahjussi.”
“Kibum ! Kesini sebentar.”
Panggil ahjussi pada salah seorang pekerjanya. Namja itu berjalan mendekat
dan...Aigo! Itukan namja yang tadi kutemui, eh maksudnya berkelahi denganku di
wc umum. Aduh bagaimana ini. Aku pun
menundukkan wajahku, omoo bagaimana ini -_-.
“Kenalkan ini Kim Kibum,
dia salah satu pekerja di sini.” Ucap ahjussi yang kemudian disambut oleh
bungkukan dari Kibum.
“Kim Kibum imnida.” Namun
aku masih saja tetap menunduk, aku takuut.
“Lee Hye Mi imnida.”
Ucapku sambil membungkuk sopan tapi tetap menunduk. Sepertinya Kibum mulai
curiga dan berusaha menunduk untuk melihat wajahku.
“Kau ajarkan dia membuat
boneka ya. Dia keponakanku dari Seoul. Aku harus kembali menyelesaikan desain
yang baru. Tidak apa – apa kan Kibum?”
“Ne ahjussi. Gwenchanayo.”
“Hye~ra kau bersama Kibum
dulu ya. Kalau ada apa – apa kau bisa datang ke tempatku, arra?”
“Ne, ahjussi.” Jawabku
sambil tetap menunduk. Park ahjussi pun mulai menjauh dari posisi kami.
“Ayo ikut aku.” Ucap Kibum
ramah sambil menuntun tanganku. Dan aku tetap menunduk sampai
*BUG
“Aissh...aww.” kepalaku
terbentur tiang yang ternyata berada di depanku aku pun mengusap kepalaku
dengan jemariku. Huaah sakiit T.T
“Gwenchana?” tanya Kibum
sambil menarik daguku ke arahnya sehingga dia dapat melihat wajahku dengan
jelas.
“Kau? Kau
kan...hahaahahahahahahahaa.” tawa Kibum meledak begitu saja saat melihat
wajahku.
“Ya! Kenapa kau tertawa!
Ini sakit tau.”
“Hahahaha, ternyata hukum
karma memang ada ya! Hahaha.” Kibum pun terus menertawaiku, sepertinya ia puas
sekali. Menyebalkan -_-.
“Jadi mengajariku tidak?”
tanyaku ketus ditengah – tengah tawanya.
“Oh iya hehehe. Mianhae,
ayo sini.” Ucapnya menarik tanganku ke sebuah tempat yang penuh dengan kertas
Hanji. Kertas yang biasa dibuat sebagai baju untuk boneka Hanji. Kibum
memberikanku sebuah boneka plastik yang sudah jadi lalu memberiku cat khusus
untuk boneka.
“Begini caranya, pertama
gambari dulu wajah bonekanya. Ingat ekspresi wajahnya harus normal.” Ucap Kibum
layaknya seorang guru dan mulai menggambari boneka yang dipegangnya sendiri.
Karena aku memang sudah terbiasa menggambar jadi gambarku tidak terlalu buruk.
Kubentuk mata, hidung, dan mulutnya dengan lentur dan tidak kaku.
“Begini?” tanyaku dan
menunjukkan bonekaku pada Kibum.
“Wow! Kau sudah terbiasa
menggambar ya?” tanyanya yang seakan takjub akan gambaranku pada wajah boneka
itu.
“Hehe iya.” Ucapku sambil
menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“Hmm, tapi ekspresi wajah
boneka ini kelihatan aneh.”
“Mwo? Apanya yang aneh?”
“Ini...kelihatan seperti
wajahmu. Kelihatan babo.” Ucap Kibum dengan wajah sok serius.
“Apa kau bilang?” ucapku
sambil mencubit lengannya.
“Aww...hahahahhaa. Aku kan
Cuma bercanda, sensitif sekali kau.”
“Habis, enak saja aku
dibilang babo!”
“Hahahahahaha sudah sudah.
Sekarang kita buat bajunya.” Kibum lalu mengambil beberapa kertas Hanji lalu
melipatnya seperti serbet dan menempelkannya ke boneka itu. Dia mengambil
sebuah pita lalu mengikatkan baju itu tepat di pinggang boneka. Kuulangi yang
Kibum lakukan pada bonekaku dan berhasil. Kami pun terus membuat boneka dan
tanpa sadar kami mulai mengobrol. Dia adalah keponakan dari teman Park ahjussi.
Dia sebenarnya masih sekolah, tapi karena sekarang libur dia lebih memilih
mengisi waktunya dengan menjadi pekerja di Pabrik boneka ini. Dan ternyata umur
kami sama, kami sama – sama sedang mendudukki bangku kelas dua SMA. Hmm, tidak
buruk ternyata dia orang yang cukup menyenangkan. Ternyata hari sudah mulai
petang dan aku harus pulang Halmeoni pasti mencemaskanku.
“Mmm, Kibum-sshi?”
“Ne?”
“Aku harus pulang, ini
sudah malam.” Ucapku dengan nada takut, dia sedang serius bekerja.
“Oh, ne aku antarkan ke
Park ahjussi ya?” ucapnya sambil menaruh boneka yang telah selesai ia kerjakan lalu menuntun tanganku.
Jantungku berdegup kencang. Aneh, padahal sebelumnya dia juga memegang tanganku
tapi kenapa sekarang aku malah jadi gugup begini.
“Ahjussi aku mau pulang.”
Ucapku sambil menatap ahjussi yang ternyata sedang menggambar beberapa desain
untuk baju boneka Hanji.
“Aigoo, sudah malam
ternyata. Tapi desainku belum selesai hmm...Kibum?” Omoo ahjussi mau apa lagi
sih dengan Kibum? Jangan bilang kalau...
“Bisa antarkan Hye~ra ke
rumah Hyun Halmeoni?” tuh kan benar dugaanku -_-. Jantungku semakin berdegup
kencang dan pipiku mulai memerah.
“Oh, bisa ahjussi
kebetulan pekerjaanku sudah selesai.” Jawab Kibum. Yeay! Eh maksudku, andwaee
kenapa aku harus diantarkan olehnya? Huaaa... Akhirnya aku berjalan keluar dan
menunggu Kibum yang sedang mengeluarkan motornya dari garasi. Aku berusaha
menenangkan jantungku sebelum menaikki motornya.
“Kau mau pulang tidak?”
tanya Kibum tiba – tiba dan membuat jantungku kembali berdegup kencang.
“Eh, ii..ii..iya.” ucapku
dengan wajah yang memerah huaa kenapa jadi begini >.<
“Kenapa wajahmu merah
begitu? Kau sakit?” tanya Kibum sambil meletakkan punggung tangannya ke
keningku. Bagus, sepertinya aku sudah meleleh sekarang.
“Gwenchana. Kita pulang
kajja.” Ucapku sambil menaikki motornya dengan terburu – buru kami pun
menyusuri jalan naik turun karena rumah Halmeoni berada di dataran yang lebih
tinggi hingga akhirnya motor Kibum berhenti. Aissh kenapa lagi ini?
“Wah motornya harus
didorong. Bensinnya habis.” Ucap Kibum yang kemudian mengisyaratkanku untuk
turun dari motornya. Kami pun mulai mendorong motor itu naik ke atas. Aigo
berat sekali! Baru saja kami mendorong motor itu selama 5 menit namun peluh
sudah mengalir deras dari dahi kami. Sesekali kuseka keringatku itu dengan
punggung tangan.
“Kita istirahat saja dulu.
Huffh.” Ucap Kibum dengan nafas tersengal – sengal. Aku dan Kibum memarkirkan
motor itu di pinggir jalan lalu aku sendiri duduk diatas motor sedangkan Kibum
duduk disebelahku. Kupandang wajahnya dari samping yang ternyata tampan sekali.
Aissh apa – apaan kau Hye~ra.
“Kau tidak apa – apa
sampai jam segini belum pulang?” tanyanya sambil mengadap ke arahku yang
membuatku gugup.
“Tidak apa – apa. Lagipula
motornya mogok kan?” jawabku sambil memalingkan wajahku darinya. Tapi tiba –
tiba dia menarik daguku ke arahnya. Ya ampun dekat sekali wajahnya, sepertinya
aku mau pingsan.
“Jangan bergerak.” Ucap
Kibum tiba – tiba yang kemudian jemarinya menyusuri poniku.
“Ada apa?”
“Ada binatang.”
“Kyaaa!”
“Ssst diam, nanti dia
kabur!” tiba – tiba Kibum mengatupkan kedua tangannya sepertinya binatang itu
ada di dalam genggamannya.
“Nah lihat!” ucapnya pelan
kemudian membuka kedua tangannya itu. Dua ekor kunang – kunang pun terbang
dengan pelan tak jauh dari pandanganku. Ini...indah sekali.
“Masih banyak lagi
dibelakangmu.” Ucapnya sambil tersenyum dan menunjuk ke arah belakangku. Aku
berbalik dan menemukan mungkin puluhan ekor kunang – kunang yang sedang terbang
didekatku. Ini benar – benar indah sekali aku...
“Eh ayo kita dorong motor
lagi.” Ucap Kibum membuyarkan lamunanku. Aku pun menggembungkan pipiku sebal.
Huh, motor ini kan berat ditambah lagi jalan yang menanjak.
“Kau boleh duduk diatas
motor kalo mau.” Ucap Kibum tiba – tiba sambil menepuk jok motornya.
“Jinjja?”
“Kalau kau tega padaku
tentu saja.”
“Huh, aku kira serius aku
boleh duduk disini.” Ucapku sambil kembali mendorong motor bersamanya.
“Loh? Aku serius kok, kan
aku bilang kalau tega.” Ucapnya tidak mau kalah dengan nada sinis.
“Hmm, ne...ne...terserah
kau. Kajja!” jawabku dengan nada malas yang disambut tawa kecil Kibum. Setelah
kurang lebih 15 menit (lama amat –“) kami mendorong motor itu akhirnya kami
sampai di depan rumah Halmeoni. Halmeoni dan Sunny sudah duduk di depan rumah,
sepertinya mereka menungguku sejak lama. Omoo, Halmeoni pasti akan memarahi
aku. Kibum mengangguk pelan sambil mengotak – ngatik mesin pada motornya.
“Halmeoni, mianhae aku...”
“Kau sudah kenal dengan
Kibum rupanya.” Ucap halmeoni lembut sambil tersenyum, sedangkan Sunny hanya
cekikikan melihat wajahku yang sudah ketakutan takut dimarahi.
“Annyeong halmeoni.” Ucap
Kibum sambil membungkuk sopan.
“Annyeong, ada apa dengan
motormu Kibum?” tanya halmeoni sambil mengamati Kibum yang sibuk mengotak –
atik motornya.
“Bensinnya habis jadi
tidak bisa jalan.”
“Oh, hmm coba ke gudang.
Mungkin masih ada bensin di gudang.” Jawab halmeoni santai, sedangkan aku dan
Kibum hanya bisa mengerjap – ngerjapan mata. Untuk apa seorang halmeoni berumur
lebih dari 60 tahun ini menyimpan
bensin? -_-“
“Aigoo, kalian ini. Aku
menyimpan bensin karena dulu aku sempat berjualan bensin disini. Ini kan lereng
gunung, ada saja yang kehabisan bensin saat perjalanan.”
“Ooooh.” Aku dan Kibum pun
mengangguk pelan. Haduh, aku kira buat apa -_-“. Setelah Kibum mengisi bensin,
aku mengambilkan air minum untuk Kibum. Kemudian ia memutuskan untuk pulang ke
rumah eonni nya. Setelah itu, aku langsung menuju ke kamarku dan menghempaskan
tubuhku diatas kasur. Dan anehnya wajah Kibum masih terbayang di mataku. Aissh
kenapa kau ini Hye~ra! Aku pun menutup wajahku dengan bantal sampai akhirnya
semua menjadi gelap.
~~8 hari kemudian~~
Selamadisini,
aku jadi sering mampir ke pabrik boneka milik Park ahjussi hahahaha, karena
Kibum? Aku rasa bukan, sepertinya takdir yang membuatku begini. Kibum juga
namja yang baik, jadi aku tidak khawatir jika bersama dengannya walaupun kami
baru saja saling mengenal. Selain itu disini ternyata cukup menyenangkan
daripada jalan – jalan atau berbelanja dengan chinguku seperti biasa. Aku pun
mulai menyukai desa Hanok dan isinya. Disini aku juga mendapatkan banyak
pengetahuan tentang hal – hal tradisional di Korea. Aku harap aku bisa kesini
lagi suatu saat nanti.
Hanok, 28.12.2011
Lee Hye Mi ♥
Kututup buku diaryku dan
memasukkannya ke dalam tas kesayanganku. Aku langsung pergi ke depan cermin dan
merapikan rambutku. Aku ingin jalan – jalan keluar hari ini, sebelum besok aku
harus kembali ke Seoul. Tapi baru saja aku membuka pintu depan, seorang namja
sedang berdiri membelakangiku.
“Kibum?”
“Emm...Hye~ra, kau pulang
besok kan?” tanya Kibum sambil menggaruk kepalanya.
“Ne, waeyo?” omoo, tuh kan
jantungku berdebar lagi.
“Bolehkah aku mengajakmu,
berjalan – jalan hari ini? Mungkin untuk terakhir kali.”
“Mwo? Kenapa terakhir
kali? Bisa saja libur sekolah tahun depan aku kan kesini lagi.”
“Mmm, sebenarnya
aku...nanti kujelaskan.” Aneh, Kibum kenapa sih?
Aku pun mengangguk pelan
kemudian menaikki motornya dan kami pun berjalan keliling desa. Kibum
menurunkanku di tepi danau, danau yang benar – benar sepi. Tapi indah, tapi
bagaimana ya entah mengapa aku merasa sedih. Kusandarkan kepalaku di bahunya
dan menatap kosong ke arah danau.
“Hye~ra?”
“Ne?”
“Apa kau pernah merasakan
hal yang sama denganku?”
“Maksudmu?”
“Ya itu..mmm...dimana
jantungmu berdetak lebih cepat ketika dekat dengan orang – orang tertentu.
Namun detak jantung itu menandakan adanya perasaan yang berbeda. Yang membuatmu
yakin kalau kau takut kehilangan orang itu, nyaman berada dekat dengannya, dan
membutuhkannya.”
“Oh, mmm aku pernah
merasakannya.”
“Aku juga sedang
merasakannya.”
“Oh ya? Siapa gadis itu?”
“Seseorang di luar kota
ini, aku yakin dia akan setia menjaga hatinya untukku.”
*DEG
Jadi...Kibum...sudah
mempunyai yeoja chingu? Aku...aku...aku tidak tau. Hatiku hancur seketika
mendengar perkataannya itu. Mataku memanas, kurasakan buliran air hampir jatuh
dari pelupuk mataku. Kutahan sebisa mungkin agar Kibum tidak melilhatku.
“Mmm, beruntung sekali
gadis itu.” Ucapku lirih sambil terus menatap danau, aku tidak berani menatap
matanya secara langsung. Aku tidak mau menunjukan kalau aku merasa
kehilangannya.
“Mungkin? Tapi aku tidak
tau gadis itu merasa beruntung atau tidak dicintai namja seperti aku.”
“Tapi aku yakin kok dia
merasa sangat beruntung.” Ucapku sambil berusaha sekuat mungkin menahan air
mata. Kami hanya saling diam sejak percakapan itu, entah kenapa
aku...aku...sudahlah Hye~ra jangan berharap lebih.
“Oh ya? Kalau begitu aku
berjanji akan menikahinya sepulang wajib militer nanti.” Ucap Kibum dengan nada
yang tegas dan menerawang ke langit lalu aku hanya bisa diam.
“Ini sudah sore, aku
harus...”
“Pulang?” tanya Kibum
sambil menatapku lekat – lekat. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan pelan dan
senyum yang dipaksakan.
“Baiklah ayo pulang.” Ucap
Kibum kemudian duduk diatas motornya dan aku duduk dibelakangnya. Aku merasa
hampa, mungkin lebih tepatnya patah hati. Sebenarnya air mataku mengalir begitu
saja saat perjalanan pulang. Tapi dengan cepat kuseka air mata dengan punggung
tanganku. Hingga akhirnya kami sampai di depan rumah halmeoni. Setelah
berterimakasih pada Kibum rasanya aku ingin secepat mungkin masuk ke rumah dan
menangis sekencang – kencangnya tapi tangan seorang namja menahanku.
“Aku punya sesuatu
untukmu.” Ucap Kibum tiba – tiba sambil merogoh saku jaketnya. Terlihat sebuah
boneka hanji dengan baju berwarna merah muda. Lucu sekali, tapi ukurannya lebih
kecil dari boneka hanji biasa jadi bisa muat kedalam saku.
“Ini...”
“Iya itu untukmu, mungkin
saja kita tidak akan bertemu lagi kan? Setidaknya kau punya sesuatu untuk
disimpan yang mengingatkanmu tentang aku.” Ucapnya yang seolah – olah akan
pergi jauh sekali.
“Kamshamnida.” Jawabku
singkat, aku hanya takut menangis lagi.
“Cheonmayo, kau mmm...hati
– hati ya. Semoga selamat sampai tujuan. Maaf aku tidak bisa mengantarmu
besok.”
“Gwenchana, aku masuk ya.
Annyeong Kim Kibum.” Jawabku yang langsung berbalik karena takut air mataku
mengalir secara tidak sengaja di depannya. Aku masuk ke kamarku dan menangis
sekencang – kencangnya. Lalu memejamkan mataku dan semuanya menjadi gelap.
~~Besoknya~~
Aku hanya diam sepanjang
perjalanan pulang kerumah. Boneka dari Kibum masih berada tepat dalam
genggamanku. Desa ini benar – benar tidak dapat kulupakan, termasuk Kibum. Aku
berjanji akan kembali ke desa ini suatu saat nanti.
~~10 tahun kemudian~~
“Hye~ra, ayo cepat kita
akan terlambat.” Ucap eomma dari ruang depan.
“Ne, sebentar!” hari ini
adalah hari pertunanganku dengan seorang namja pilihan eommaku. Sebenarnya aku
tidak mau, tapi...mau bagaimana? Aku belum pernah menjalin hubungan dengan
namja manapun setelah bertemu dengan Kibum. Yap! Aku memang masih mencintainya,
mungkin aku yeoja terbodoh di dunia ini. Sudah jelas sejak pertemuan terkahirku
dengan Kibum di desa itu kalau dia sudah mempunyai kekasih tamatan hatinya,
bahkan dia terlihat sangat mencintai yeoja itu. Kutatap lekat – lekat boneka
dari Kibum di rak, lalu mengambilnya. Namun, sepertinya boneka ini belum pernah
dibersihkan. Kubuka baju boneka itu dan menemukan sebuah gulungan kertas kecil
disana. Kubuka kertas itu dan...
Untuk
Hye~ra...
Hmm,
aku yakin sekali kau tidak akan langsung melihat kertas ini sejak menerima
boneka dariku. Kau kan orang yang pelupa! Haha.. Oh iya kau kan pernah bilang
kalau yeoja yang aku cintai itu akan merasa sangat beruntung dicintai namja
sepertiku. Aku juga bilang kalau yeoja itu akan setia menjaga hatinya untukku,
karena dia berada diluar kota . Sangat
jauh dari sisiku. Jadi sebaiknya aku menanyakan langsung pada orangnya haha..
Hye~ra,
apakah kau merasa beruntung dicintai namja seperti aku? Akankah kau menjaga
hatimu untukku? Aku akan berjanji untuk melamarmu sepulang wajib militer nanti.
Oh iya aku pergi wajib militer tanggal 01 Januari 2022. Lama sekali kan?
Hahaha...tapi aku harap kau bisa menjaga hatimu untukku sampai aku pulang
nanti.
♥Saranghae
Kim Kibum, 29.12.2011
Aigooo dasar yeoja babo! Kenapa kau
baru membuka boneka itu sekarang? Arrghh...! Segera kulirik kalender di kamarku
dan melihat tanggal sekarang. Tunggu dulu! 01 Januari 2022? Itu kan hari ini!
Aku segera melesat keluar rumah dan mencari taksi untuk pergi ke KATC (Korea
Army Training Center). Tidak kupedulikan teriakan eomma yang memanggilku. Di
otakku hanya ada nama Kibum dan berharap kalau dia belum mulai wamil hari ini.
Setelah aku sampai di depan kantor KATC banyak sekali orang disana, sepertinya
mereka mengantarkan kerabatnya yang juga hendak pergi wajib militer hari ini.
Kucari – cari Kibum dan sampai akhirnya aku melihat seseorang yang beralis
tebal dan berambut pendek. Aku berlari ke arah namja itu dan...
“Kibum!” Teriakanku dijawab oleh
tengokan kepala namja itu yang berlari ke arahku. Kupeluk namja itu erat –
erat.
“Kibum mianhae aku terlambat, bahkan
sangat terlambat.”
“Gwenchana, sekarang boleh aku tau
jawaban dari yeoja yang kucintai?”
“Ya, yeoja itu bilang dia sangat
beruntung dicintai oleh namja sepertimu dan dia akan setia menjaga hatinya
untukmu, dia juga bersedia untuk dilamar sepulangnya kau dari wajib militer.”
Jawabku dengan nada tanpa ragu. Aku benar – benar mencintainya lebih dari
apapun. Kibum pun mencium keningku dan memelukku untuk terakhir kalinya sebelum
ia menjalani wajib militer.
“Gomawo telah menerimaku. Aku akan
menepati janjiku.” Ucap Kibum sambil memelukku lebih erat. Aku hanya tersenyum
bahagia, dan merasakan air mata mulai membasahi pipiku.
“Sampai jumpa 2 tahun lagi Nyonya Kim.”
Ucapnya sebelum berpisah denganku di pintu masuk.
“Sampai jumpa Kim Kibum.” Ucapku pelan
sambil melambaikan tangan ke a rahnya hingga punggungnya mulai menghilang
dibalik pintu masuk KATC. Aku bahagia sekali hari ini, aku sudah menemukan
tamatan hatiku meskipun aku harus menunggunya selama 2 tahun untuk bersama
dengannya seumur hidupku. Penantianku selama 10 tahun pun tidak sia – sia. Aku
akan menjaga hatiku untukmu Kim Kibum. Aku janji.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~THE END~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
0 komentar:
Posting Komentar