Rabu, 10 Oktober 2012

KEEP YOUR HEART FOR ME


KEEP YOUR HEART FOR ME


Cast       :
-        Kim Kibum
-        Lee Hye Mi
-        Choi Sie Na
-        Kim Ri Yuan
-        Lee Soon Kyu
     
     Genre :
     Romance
     
     Author Miranti Rizkika a.k.a Kim Ri Yuan
     NO COPAS! :D

Annyeong chingudeul^^
Aku muncul lagi dengan FF Oneshoot hehe. Sebenernya ini request dari Asahi Asry Larasati. Gatau kenapa tiba – tiba kepikiran buat bikin ini FF. Mian kalau geje yaa...
Selamat membaca~




Hye Mi P.O.V
Yeeaay! Akhirnya ujian pun selesai dan artinya ini saat untuk liburan! Segera kulihat jadwal kegiatan yang sudah kubuat jauh hari untuk mengisi liburan. Kubayangkan semua yang akan kulakukan bersama teman – temanku. Berbelanja, main ke pantai, keliling Seoul. Ah pasti menyenangkan! Kulangkahkan kakiku keluar ruangan dan menemukan kedua chingku yang sepertinya menungguku dari tadi.
“Aissh, lama sekali kau Hye~ra.” Ucap seorang sahabatku yang bernama Yuan Ri sambil melirik jam yang melingkar di tangan kirinya.
“Hehe, mianhae. Tadi aku kebanyakan melamun.” Ucapku sambil menjulurkan lidah ke arah mereka.
“Dasar! Kebiasaan nih melamun terus, kita pulang kajja.” Ucap seorang sahabatku yang lain yaitu Sie Na. Kami pun menaikki mobil berwarna putih milik Sie Na dan memutuskan untuk mampir ke sebuah Mall di pusat kota. Namun tiba – tiba ponselku berdering.

Oh day by day day by day naema eumdo
Ni mamcheoreom sarangeuro chaewo neoheul ge
Cream cheoreom pogeun hage seoro wihae barabwayo
Hangsang joheun ilman saenggak haeyo

“Yoboseyo eomma?” ucapku malas setelah mengetahui kalau yang menelponku itu adalah eommaku.
“Kau? Sedang dimana kau saat ini?” ups, sepertinya akan terjadi masalah besar kalau eomma sudah marah – marah begini.
“Aku? Di Mall bersama chinguku, wae?”
“Cepat pulang!”
“Aissh eomma...”
“Cepat pulang ini penting! Kajja!”
“Arasseo, baiklah aku pulang.” Eomma apa – apaan sih? Ini kan liburanku? Kenapa harus cepat pulang kerumah -_-.
“Hye~ra kenapa mukamu kusut begitu?”
“Iya kenapa? Kau mau pergi ke tempat lain?” tanya kedua sahabatku itu bertubi – tubi, aku hanya bisa menggelengkan kepalaku.
“Aniyo, aku harus pulang.” Jawabku dengan nada kecewa kemudian meniup poniku keatas.
“Mwo? Waeyo?”
“Entahlah, eomma menyuruhku pulang.”
“Lalu bagaimana dengan acara belanja kita hari ini?”
“Mianhae, aku tidak bisa ikut dengan kalian. Aku pulang dulu ya, annyeong.” Ucapku bernada final dan memasang senyum selebar mungkin. Kedua chinguku itu hanya bisa melambaikan tangan padaku yang mulai menjauh. Kulangkahkan kakiku ke depan Mall dan menunggu taksi. Setelah kudapatkan taksi itu segera kusebutkan alamat rumahku dan taksi itu mulai melaju. Namun ketika aku sampai di depan rumah, kulihat eomma dan appaku sudah berdiri di depan rumah dengan tangan terlipat di dada. Ada apa lagi sih? Huh...
Kubayar taksi itu dan melangkah ke tempat eomma berdiri.
“Ada apa sih eomma?” tanyaku dengan nada manja kemudian mengerucutkan bibirku.
“Sudah, ayo masuk! Kita harus bicara.” Ucap Appaku dengan nada datar namun menyeramkan. Aigoo, ada apa sih? -_-
Akhirnya kami sampai di ruang keluarga dan duduk diatas sofa berwarna putih lalu memulai pembicaraan.
“Berapa lama liburanmu?” Appa bertanya dan memecahkan keheningan.
“2 minggu appa.” Ucapku takut – takut, sepertinya aku akan dimarahi.
“Hmm begini Lee Hye Mi, sebenarnya kami...” ucapan appa menggantung, membuat jantungku semakin berdebar. Tuh kan...dimarahi kan...
“Kami harus pergi ke Jepang, dan itu bertepatan dengan waktu liburan sekolahmu.”
“Mwo? Berarti kita liburan di Jepang begitu?” tanyaku dengan polosnya. Huh aku kira akan dimarahi, ternyata malah diajak liburan. Asiik.
“Bukan begitu sayang, maksud Appa pergi ke Jepang itu untuk bekerja. Tapi eomma harus menemaninya karena kau tau kan...”
“Oh, ne aku tau eomma harus bekerja sebagai editor komik disana kan?”
“Akhirnya kau mengerti.” Jawab eomma sambil membelai pipiku dengan sayang. Raut wajahku berubah seketika menjadi kelabu.
“Berarti aku liburan sendirian begitu?” tanyaku pada eomma yang tangannya masih menempel di kedua belah pipiku.
“Kami tidak mau meninggalkanmu sendirian, nah makanya kami sudah bilang kalau kau bisa tinggal rumah Halmeoni selama liburan nanti.”
“Mwo???”
“Disana menyenangkan kok, ada air terjun, hutan, bahkan Harabeoji mu itu punya usaha pembuatan baju boneka disana. Kau pasti senang.”
Apaaaaa? Berlibur di rumah Halmeoni ? Aisshhh, kalau tau begini lebih baik aku sendiri dirumah.
“Eomma, tapi aku sudah merencanakan akan berlibur dengan chinguku.” Ucapku lemah sambil memasang wajah sedih. Namun rasanya eomma tidak mau mendengar protesku itu, ia malah asik bercerita dengan appaku tentang keindahan desa Hanok , kampung Halmeoni ku itu.
“Oh iya, satu lagi. Kami harus berangkat sekarang sayang. Mian tidak bisa mengantarmu kesana.” Ucap eomma tiba – tiba mencium keningku lalu melangkah pergi. Appa menyeret koper dan melangkah menuju pintu depan. Aku hanya bisa diam dan mematung dengan mulutku yang setengah terbuka. `eomma, appa, kenapa tega sekali? Aku kan tidak mau berlibur di sana’ namun sayang sekali kata – kata itu tidak bisa keluar dari mulutku. Mereka pun memasukki mobil dan membuka kaca jendelanya.
“Kami pergi dulu sayang, baik – baik ya disana. Annyeong.” Ucap Appa dari dalam mobil dan eomma yang melambaikan tangannya ke arahku.
“Annyeonghi gaseyo.” Hanya itu kata – kata yang keluar dari mulutku. Aissh babo! Kenapa susah sekali menolak keputusan eomma tadi? Itulah kebiasaanku, kalau sudah terkejut aku tidak bisa mengatakan apapun. Nah, sekarang begini keadaannya. Aku hanya bisa menghempaskan diriku ke atas kasur lalu menelpon chinguku Yuan Ri.
“Yoboseyo Hye~ra! Ayo kesini, Sie Na punya film yang bagus untuk ditonton malam ini.”
“Ne, Kajja kerumahku! Popcorn juga sudah siap, kita tidak perlu keluar untuk membelinya.”
Chinguku itu berkata dengan penuh semangat, dan aku sangat yakin kalau kali ini panggilanku di loudspeaker oleh mereka.
“Huaa, aku tidak bisa.”
“Waeyo Hye~ra? Apa kami perlu menjemputmu?”
“Aniyo, aku harus berlibur dirumah Halmeoniku.” Ucapku sedikit tercekat, suasana tiba – tiba hening di seberang telepon.
“Hei, kalian masih disana?”
“HAHAHAHAHAHHAHAHA.” Tawa keras pun terdengar, aku pun menjauhkan ponsel dari telingaku untuk menghindari kerusakan pada indera pendengaranku. Lalu mendekatkannya kembali setelah tawa mereka selesai.
“Aigo Hye~ra, kau seperti anak SD saja. Masa berlibur ke rumah Halmeoni. Hahaha.” Ucap Sie~ah dengan nada menyindir. Anak SD hmm, memang iya sih. Kalian tau kan cerita anak SD setelah berlibur? Pasti judulnya berlibur ke rumah nenek. Dan sepertinya itu sama dengan judul liburanku kali ini.
“Aku disuruh oleh eomma dan appaku. Aku tidak bisa menolak, makanya terpaksa aku berlibur disana.”
“Hahahahahaha, sabar ya Hye~ra. Omo, tapi di desa Hanok kan? Itu desa yang cukup tenang dan bersih. Tidak terlalu buruk.” Ucap Yuan Ri dari seberang telepon, aissh seperti eommaku saja.
“Ne, tapiii...”
“Wow, filmnya sudah mau dimulai. Sudah dulu ya Hye~ra. Jangan lupa hubungi kami disana, annyeong.” Ucap mereka bergantian kemudian menutup telepon. Huaaa menyebalkan, kini aku hanya bisa memukul – mukul kepalaku frustasi kemudian aku...meninggal. *ralat author kejem amat huahhahaha*
Kemudian aku menenggelamkan wajah ke bantal dan tanpa terasa semua menjadi gelap.

~~Besoknya~~
“Hye~ra. Apa kau sudah siap?” tanya Park ahjussi dari depan rumah. Dia adalah orang yang menjemputku lalu mengantarku untuk sampai ke rumah Halmeoni ku.
“Ne, aku siap.” Ucapku sambil mengenakan jaket jeans ku yang berwarna putih dan menuju ke mobil Park ahjussi. Sepanjang perjalanan aku hanya melamun, yaa itu memang kebiasaanku.  Sampai akhirnya aku melihat gapura yang membentang dengan bacaan Eoseo Osipsio E Hanok Maeul (Selamat datang di desa hanok). Huaah akhirnya kami sampai juga, ini sih bukan desa malah masih aura kota. Karena sudah tenang kalau kota ini `tidak terlalu desa’ aku memilih untuk tidur hingga sampai di rumah Halmeoni. Namun saat aku bangun aku terkejut melihat hanya ada pohon di sekelilingku, dan hanya ada beberapa rumah di sekitar sini. Mwo? Bukannya tadi...
“Kau pasti terkejut karena mengira kalau kita akan sampai dan menemukan rumah Halmeoni di dekat desa itu kan?” tanya Park ahjussi tepat sasaran. Aku hanya bisa mengangguk pelan sambil terus mengamati `pemandangan’ yang ada di sekitarku. Sebenarnya ini lebih ke hutan daripada desa. Tapi suasananya tenang, kulihat banyak anak kecil sedang memainkan Janggu (alat musik perkusi tradisional korea). Penduduk disini juga ramah – ramah. Aku pun mulai merasa nyaman di desa ini, eh maksudku hutan ini, tapi tetap saja namanya desa. Yasudah sebut saja ini desa *apasih Hye~ra bikin pusing author -_-*
“Hye~ra, kau sudah remaja  ternyata. Bagaimana kabarmu.” Ucap Halmeoni sambil membawa tubuhku kedalam pelukannya.
“Aku baik Halmeoni.” Jawabku sambil membalas pelukannya.
“Ayo masuk, kau pasti lelah saat perjalanan tadi.”  Ucap Halmaeoni merangkulku dan membawaku masuk kedalam rumahnya. Rumah ini besar sekali, padahal berada di desa. Aku pun duduk di ruang tamu dan percakapan dimulaaiii. Seperti biasa kalau kita berkunjung ke rumah salah satu anggota keluarga pasti pertanyaan yang selalu dilontarkan adalah sudah besar ya! sekolah dimana? Kelas berapa? Sudah punya namja chingu? Dan bla bla bla... Hingga akhirnya kami di rumah lelah dan ke kamar tidur masing – masing. Oh iya aku punya eonni disini, namanya Sunny. Usianya sama sepertiku jadi aku hanya bisa mengobrol dengannya. Walaupun obrolan kami tidak akan terlalu nyambung karena dia adalah penduduk desa. Kuputuskan memejamkan mataku dan semuanya menjadi gelap.

~~Pagi itu di desa Hanok~~
Jam 6 tepat aku sudah bangun dan sudah bergelut dengan keran air di kamar mandi. Heran masa sudah ratusan kali aku putar tapi masih belum menyala juga.
“Kerannya mati lagi ya?” tanya Halmeoni dengan santainya sambil memilih cucian.
“Lagi? Berarti sudah sering ya?” ucapku dengan nada kecewa, lalu bagaimana caranya aku mandi -_-.
“Kau pergi saja ke bawah desa, disana ada kamar mandi umum kok.” Kamar mandi umum? Pasti jorok sekali disana. Seumur hidupku belum pernah aku jumpai kamar mandi umum yang bersih, di Seoul saja tidak ada apalagi di sini. Tapi daripada aku tidak mandi?
“Hmm baiklah aku akan kesana.” Ucapku sambil merapikan alat mandiku dan memasukannya ke dalam tas plastik. Kulangkahkan kakiku keluar rumah, aku masih memakai baju tidur dilengkapi dengan sandal jepit di kakiku. 15 menit aku berjalan dan menemukan kamar mandi umum yang sepi. Kamar mandi itu sangat banyak dan terdiri dari sekat – sekat yaa seperti kamar mandi di kolam renang. Hmm, sepi ya. Bagus! Aku tidak perlu mengantri. Akupun masuk kedalam kamar mandi itu dan mulai mandi (yaiyalaah...). Setelah selesai akupun telah memakai baju gantiku dan bersiap keluar dari kamar mandi namun suara seorang namja menghentikanku.
“Hei kamar mandi sebelah, bisakah kau mengambilkan shampoku di bawah?” tanya seorang namja dari kamar mandi sebelah. Aku pun melihat ke bawah dan benar saja ternyata sebuah botol shampo tergeletak dibawah sepertinya terbawa arus. Begini, jadi di dinding kamar mandi itu bagian bawahnya sedikit terbuka sehingga kalau ada barang yang jatuh bisa saja hanyut ke kamar mandi sebelahnya karena air yang mengalir. (Ngerti ngga?)
“Oh, ini.” Ucapku sambil melempar shampo itu lewat bagian atas kamar mandi yang ternyata juga bolong -_-.
*PLETAK
“Aww..”  ucap namja itu memekik kesakitan, omoo sepertinya botol shampo itu mengenai kepalanya.
“Ups. Mian.”
“Serahkan baik – baik kan bisa! Kenapa harus dilempar?”
“Mian, aku kan tidak tau. Kenapa kau harus marah – marah!”
“Kenapa? Kau masih bisa bertanya kenapa? Kalau kepalaku gagar otak bagaimana?”
“Apasih? Masa Cuma gara – gara shampo kau gagar otak? Jangan terlalu berlebihan!”
“Dasar yeoja tidak tau diri!”
Mwo? Apa maksudmu mengataiku seperti itu? Kalau mau berkelahi kita selesaikan diluar!”
“Oke siapa takut!”
Kami pun keluar dari kamar mandi masing – masing dan memasang wajah berapi – api. Kulihat namja itu mengenakan kaos abu – abu dan celana pendek berwarna hitam.
“Oh ternyata kau yang membuat kepalaku sakit begini? Sekarang ganti rugi!” ucap namja itu sambil menadahkan tangannya.
“Mwo? Ganti rugi? Untuk apa? Kepalamu kan tidak gagar otak!” ucapku dengan nada mengejek.
“Heh yeoja centil! Liat sekarang kepalaku seperti ikan lohan! Setidaknya kau harus ganti rugi agar aku bisa membeli yeongo (salep) untuk mengobatinya!”
“Cih, enak saja! Aku tidak bawa uang! Wlee!” ucapku sambil menjulurkan lidah kemudian berlari menjauhinya. Kuacuhkan teriakan namja itu dan terus melesat jauh menuju rumah. Sampai dirumah aku langsung mengelap peluh yang menetes dari dahiku. Aissh Sial! Gara – gara namja itu habis mandi aku sudah harus berkeringat. Kusandarkan bahuku di sebuah kursi dan mengambil ponselku yang berada di dalam tas. Kucari nama Sie Na dan menekan tombol hijau. Namun...
“Nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan service area. Silahkan hubungi beberapa saat lagi.”  Arrrrghhh, sial! Kenapa disini tidak ada sinyal sih! Oh iya inikan desa, huuuh. Aku bosan! Aku hanya bisa mendengus kesal dan melamun di kursi teras rumah. Hingga suara seorang yeoja membuyarkan lamunanku.
“Hye~ra eonni! Mau ikut aku ke pasar?” tanya Sunny yang terlihat manis dengan dua pita yang mengikat rambutnya menjadi dua bagian.
“Hmm ne, kajja.” Ucapku sambil menyambut uluran tangannya. Daripada bosan dirumah?
Sesampainya disana Sunny menerangkan semua yang kami lewati layaknya seorang Tour Guide. Aku pun melihat semua yang ditunjukkan Sunny. Desa ini memang indah dan bersih. Hingga akhirnya Sunny menarikku ke sebuah pabrik boneka.
“Nah kalo ini Pabrik Boneka milik Appa.” Ucap Sunny sambil menunjukkan pabriknya. Terlihat Park ahjussi sedang men-design baju boneka dari kertas hanji. Wuaah aku jadi ingin belajar membuat boneka. Kuhampiri  Park ahjussi yang sedang bekerja, mungkin aku bisa minta ajarkan cara membuat boneka padanya.
“Ahjussi.” Sapaku pelan yang kemudian disambut senyum dari Park ahjussi.
“Hye~ra! Sedang apa kau disini?” tanya Park ahjussi dengan pandangan bertanya.
“Aku yang membawanya kesini appa.” Ucap Sunny yang muncul dari balik tubuhku, ya Sunny memang lebih pendek dari aku memang tidak terlihat kalau berdiri dibelakangku *siap2 digantung fans Sunny*.
“Ahjussi, boleh aku coba membuat boneka?” tanyaku pelan – pelan karena sepertinya Park ahjussi sedang sangat serius dalam pekerjaannya.
“Hmm boleh tapi...”
“Omoo, aku lupa kalau aku membawa obat Halmeoni.” Ucap Sunny tiba – tiba sambil menepuk jidatnya. Kulihat satu kantung plastik yang berisi obat.
“Aku boleh pulang duluan eonni? Halmeoni tidak boleh terlambat minum obat.” ucap Sunny sambil menatap ke arahku dengan wajah childistnya.
“Oh, hmm ne gwenchana.” Ucapku sambil tersenyum dan mengacak rambutnya.
“Annyeong.” Sunny pun berjalan keluar pabrik dan melambaikan tangannya dari jauh.
“Oh iya kau mau belajar membuat boneka kan Hye~ra?” tanya ahjussi membuyarkan pandanganku pada Sunny yang baru saja pergi.
“Hmm ne ahjussi.” Jawabku yang sedikit terkejut, maklum kebiasaan melamunku belum hilang.
“Tapi aku sedang menyelesaikan ini, bagaimana kalau kau diajari oleh salah satu pekerja disini?” tanya ahjussi tanpa memalingkan pandangan dari bonekanya. Hmm, sepertinya ia sedang sibuk aku jadi merasa bersalah sudah mengganggunya.
“Gwenchana ahjussi.”
“Kibum ! Kesini sebentar.” Panggil ahjussi pada salah seorang pekerjanya. Namja itu berjalan mendekat dan...Aigo! Itukan namja yang tadi kutemui, eh maksudnya berkelahi denganku di wc umum.  Aduh bagaimana ini. Aku pun menundukkan wajahku, omoo bagaimana ini -_-.
“Kenalkan ini Kim Kibum, dia salah satu pekerja di sini.” Ucap ahjussi yang kemudian disambut oleh bungkukan dari Kibum.
“Kim Kibum imnida.” Namun aku masih saja tetap menunduk, aku takuut.
“Lee Hye Mi imnida.” Ucapku sambil membungkuk sopan tapi tetap menunduk. Sepertinya Kibum mulai curiga dan berusaha menunduk untuk melihat wajahku.
“Kau ajarkan dia membuat boneka ya. Dia keponakanku dari Seoul. Aku harus kembali menyelesaikan desain yang baru. Tidak apa – apa kan Kibum?”
“Ne ahjussi. Gwenchanayo.”
“Hye~ra kau bersama Kibum dulu ya. Kalau ada apa – apa kau bisa datang ke tempatku, arra?”
“Ne, ahjussi.” Jawabku sambil tetap menunduk. Park ahjussi pun mulai menjauh dari posisi kami.
“Ayo ikut aku.” Ucap Kibum ramah sambil menuntun tanganku. Dan aku tetap menunduk sampai
*BUG
“Aissh...aww.” kepalaku terbentur tiang yang ternyata berada di depanku aku pun mengusap kepalaku dengan jemariku. Huaah sakiit T.T
“Gwenchana?” tanya Kibum sambil menarik daguku ke arahnya sehingga dia dapat melihat wajahku dengan jelas.
“Kau? Kau kan...hahaahahahahahahahaa.” tawa Kibum meledak begitu saja saat melihat wajahku.
“Ya! Kenapa kau tertawa! Ini sakit tau.”
“Hahahaha, ternyata hukum karma memang ada ya! Hahaha.” Kibum pun terus menertawaiku, sepertinya ia puas sekali. Menyebalkan -_-.
“Jadi mengajariku tidak?” tanyaku ketus ditengah – tengah tawanya.
“Oh iya hehehe. Mianhae, ayo sini.” Ucapnya menarik tanganku ke sebuah tempat yang penuh dengan kertas Hanji. Kertas yang biasa dibuat sebagai baju untuk boneka Hanji. Kibum memberikanku sebuah boneka plastik yang sudah jadi lalu memberiku cat khusus untuk boneka.
“Begini caranya, pertama gambari dulu wajah bonekanya. Ingat ekspresi wajahnya harus normal.” Ucap Kibum layaknya seorang guru dan mulai menggambari boneka yang dipegangnya sendiri. Karena aku memang sudah terbiasa menggambar jadi gambarku tidak terlalu buruk. Kubentuk mata, hidung, dan mulutnya dengan lentur dan tidak kaku.
“Begini?” tanyaku dan menunjukkan bonekaku pada Kibum.
“Wow! Kau sudah terbiasa menggambar ya?” tanyanya yang seakan takjub akan gambaranku pada wajah boneka itu.
“Hehe iya.” Ucapku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“Hmm, tapi ekspresi wajah boneka ini kelihatan aneh.”
“Mwo? Apanya yang aneh?”
“Ini...kelihatan seperti wajahmu. Kelihatan babo.” Ucap Kibum dengan wajah sok serius.
“Apa kau bilang?” ucapku sambil mencubit lengannya.
“Aww...hahahahhaa. Aku kan Cuma bercanda, sensitif sekali kau.”
“Habis, enak saja aku dibilang babo!”
“Hahahahahaha sudah sudah. Sekarang kita buat bajunya.” Kibum lalu mengambil beberapa kertas Hanji lalu melipatnya seperti serbet dan menempelkannya ke boneka itu. Dia mengambil sebuah pita lalu mengikatkan baju itu tepat di pinggang boneka. Kuulangi yang Kibum lakukan pada bonekaku dan berhasil. Kami pun terus membuat boneka dan tanpa sadar kami mulai mengobrol. Dia adalah keponakan dari teman Park ahjussi. Dia sebenarnya masih sekolah, tapi karena sekarang libur dia lebih memilih mengisi waktunya dengan menjadi pekerja di Pabrik boneka ini. Dan ternyata umur kami sama, kami sama – sama sedang mendudukki bangku kelas dua SMA. Hmm, tidak buruk ternyata dia orang yang cukup menyenangkan. Ternyata hari sudah mulai petang dan aku harus pulang Halmeoni pasti mencemaskanku.
“Mmm, Kibum-sshi?”
“Ne?”
“Aku harus pulang, ini sudah malam.” Ucapku dengan nada takut, dia sedang serius bekerja.
“Oh, ne aku antarkan ke Park ahjussi ya?” ucapnya sambil menaruh boneka yang telah  selesai ia kerjakan lalu menuntun tanganku. Jantungku berdegup kencang. Aneh, padahal sebelumnya dia juga memegang tanganku tapi kenapa sekarang aku malah jadi gugup begini.
“Ahjussi aku mau pulang.” Ucapku sambil menatap ahjussi yang ternyata sedang menggambar beberapa desain untuk baju boneka Hanji.
“Aigoo, sudah malam ternyata. Tapi desainku belum selesai hmm...Kibum?” Omoo ahjussi mau apa lagi sih dengan Kibum? Jangan bilang kalau...
“Bisa antarkan Hye~ra ke rumah Hyun Halmeoni?” tuh kan benar dugaanku -_-. Jantungku semakin berdegup kencang dan pipiku mulai memerah.
“Oh, bisa ahjussi kebetulan pekerjaanku sudah selesai.” Jawab Kibum. Yeay! Eh maksudku, andwaee kenapa aku harus diantarkan olehnya? Huaaa... Akhirnya aku berjalan keluar dan menunggu Kibum yang sedang mengeluarkan motornya dari garasi. Aku berusaha menenangkan jantungku sebelum menaikki motornya.
“Kau mau pulang tidak?” tanya Kibum tiba – tiba dan membuat jantungku kembali berdegup kencang.
“Eh, ii..ii..iya.” ucapku dengan wajah yang memerah huaa kenapa jadi begini >.<
“Kenapa wajahmu merah begitu? Kau sakit?” tanya Kibum sambil meletakkan punggung tangannya ke keningku. Bagus, sepertinya aku sudah meleleh sekarang.
“Gwenchana. Kita pulang kajja.” Ucapku sambil menaikki motornya dengan terburu – buru kami pun menyusuri jalan naik turun karena rumah Halmeoni berada di dataran yang lebih tinggi hingga akhirnya motor Kibum berhenti. Aissh kenapa lagi ini?
“Wah motornya harus didorong. Bensinnya habis.” Ucap Kibum yang kemudian mengisyaratkanku untuk turun dari motornya. Kami pun mulai mendorong motor itu naik ke atas. Aigo berat sekali! Baru saja kami mendorong motor itu selama 5 menit namun peluh sudah mengalir deras dari dahi kami. Sesekali kuseka keringatku itu dengan punggung tangan.
“Kita istirahat saja dulu. Huffh.” Ucap Kibum dengan nafas tersengal – sengal. Aku dan Kibum memarkirkan motor itu di pinggir jalan lalu aku sendiri duduk diatas motor sedangkan Kibum duduk disebelahku. Kupandang wajahnya dari samping yang ternyata tampan sekali. Aissh apa – apaan kau Hye~ra.
“Kau tidak apa – apa sampai jam segini belum pulang?” tanyanya sambil mengadap ke arahku yang membuatku gugup.
“Tidak apa – apa. Lagipula motornya mogok kan?” jawabku sambil memalingkan wajahku darinya. Tapi tiba – tiba dia menarik daguku ke arahnya. Ya ampun dekat sekali wajahnya, sepertinya aku mau pingsan.
“Jangan bergerak.” Ucap Kibum tiba – tiba yang kemudian jemarinya menyusuri poniku.
“Ada apa?”
“Ada binatang.”
“Kyaaa!”
“Ssst diam, nanti dia kabur!” tiba – tiba Kibum mengatupkan kedua tangannya sepertinya binatang itu ada di dalam genggamannya.
“Nah lihat!” ucapnya pelan kemudian membuka kedua tangannya itu. Dua ekor kunang – kunang pun terbang dengan pelan tak jauh dari pandanganku. Ini...indah sekali.
“Masih banyak lagi dibelakangmu.” Ucapnya sambil tersenyum dan menunjuk ke arah belakangku. Aku berbalik dan menemukan mungkin puluhan ekor kunang – kunang yang sedang terbang didekatku. Ini benar – benar indah sekali aku...
“Eh ayo kita dorong motor lagi.” Ucap Kibum membuyarkan lamunanku. Aku pun menggembungkan pipiku sebal. Huh, motor ini kan berat ditambah lagi jalan yang menanjak.
“Kau boleh duduk diatas motor kalo mau.” Ucap Kibum tiba – tiba sambil menepuk jok motornya.
“Jinjja?”
“Kalau kau tega padaku tentu saja.”
“Huh, aku kira serius aku boleh duduk disini.” Ucapku sambil kembali mendorong motor bersamanya.
“Loh? Aku serius kok, kan aku bilang kalau tega.” Ucapnya tidak mau kalah dengan nada sinis.
“Hmm, ne...ne...terserah kau. Kajja!” jawabku dengan nada malas yang disambut tawa kecil Kibum. Setelah kurang lebih 15 menit (lama amat –“) kami mendorong motor itu akhirnya kami sampai di depan rumah Halmeoni. Halmeoni dan Sunny sudah duduk di depan rumah, sepertinya mereka menungguku sejak lama. Omoo, Halmeoni pasti akan memarahi aku. Kibum mengangguk pelan sambil mengotak – ngatik mesin pada motornya.
“Halmeoni, mianhae aku...”
“Kau sudah kenal dengan Kibum rupanya.” Ucap halmeoni lembut sambil tersenyum, sedangkan Sunny hanya cekikikan melihat wajahku yang sudah ketakutan takut dimarahi.
“Annyeong halmeoni.” Ucap Kibum sambil membungkuk sopan.
“Annyeong, ada apa dengan motormu Kibum?” tanya halmeoni sambil mengamati Kibum yang sibuk mengotak – atik motornya.
“Bensinnya habis jadi tidak bisa jalan.”
“Oh, hmm coba ke gudang. Mungkin masih ada bensin di gudang.” Jawab halmeoni santai, sedangkan aku dan Kibum hanya bisa mengerjap – ngerjapan mata. Untuk apa seorang halmeoni berumur lebih dari 60 tahun  ini menyimpan bensin? -_-“
“Aigoo, kalian ini. Aku menyimpan bensin karena dulu aku sempat berjualan bensin disini. Ini kan lereng gunung, ada saja yang kehabisan bensin saat perjalanan.”
“Ooooh.” Aku dan Kibum pun mengangguk pelan. Haduh, aku kira buat apa -_-“. Setelah Kibum mengisi bensin, aku mengambilkan air minum untuk Kibum. Kemudian ia memutuskan untuk pulang ke rumah eonni nya. Setelah itu, aku langsung menuju ke kamarku dan menghempaskan tubuhku diatas kasur. Dan anehnya wajah Kibum masih terbayang di mataku. Aissh kenapa kau ini Hye~ra! Aku pun menutup wajahku dengan bantal sampai akhirnya semua menjadi gelap.

~~8 hari kemudian~~
Selamadisini, aku jadi sering mampir ke pabrik boneka milik Park ahjussi hahahaha, karena Kibum? Aku rasa bukan, sepertinya takdir yang membuatku begini. Kibum juga namja yang baik, jadi aku tidak khawatir jika bersama dengannya walaupun kami baru saja saling mengenal. Selain itu disini ternyata cukup menyenangkan daripada jalan – jalan atau berbelanja dengan chinguku seperti biasa. Aku pun mulai menyukai desa Hanok dan isinya. Disini aku juga mendapatkan banyak pengetahuan tentang hal – hal tradisional di Korea. Aku harap aku bisa kesini lagi suatu saat nanti.


Hanok, 28.12.2011
Lee Hye Mi

Kututup buku diaryku dan memasukkannya ke dalam tas kesayanganku. Aku langsung pergi ke depan cermin dan merapikan rambutku. Aku ingin jalan – jalan keluar hari ini, sebelum besok aku harus kembali ke Seoul. Tapi baru saja aku membuka pintu depan, seorang namja sedang berdiri membelakangiku.

“Kibum?”
“Emm...Hye~ra, kau pulang besok kan?” tanya Kibum sambil menggaruk kepalanya.
“Ne, waeyo?” omoo, tuh kan jantungku berdebar lagi.
“Bolehkah aku mengajakmu, berjalan – jalan hari ini? Mungkin untuk terakhir kali.”
“Mwo? Kenapa terakhir kali? Bisa saja libur sekolah tahun depan aku kan kesini lagi.”
“Mmm, sebenarnya aku...nanti kujelaskan.” Aneh, Kibum kenapa sih?
Aku pun mengangguk pelan kemudian menaikki motornya dan kami pun berjalan keliling desa. Kibum menurunkanku di tepi danau, danau yang benar – benar sepi. Tapi indah, tapi bagaimana ya entah mengapa aku merasa sedih. Kusandarkan kepalaku di bahunya dan menatap kosong ke arah danau.
“Hye~ra?”
“Ne?”
“Apa kau pernah merasakan hal yang sama denganku?”
“Maksudmu?”
“Ya itu..mmm...dimana jantungmu berdetak lebih cepat ketika dekat dengan orang – orang tertentu. Namun detak jantung itu menandakan adanya perasaan yang berbeda. Yang membuatmu yakin kalau kau takut kehilangan orang itu, nyaman berada dekat dengannya, dan membutuhkannya.”
“Oh, mmm aku pernah merasakannya.”
“Aku juga sedang merasakannya.”
“Oh ya? Siapa gadis itu?”
“Seseorang di luar kota ini, aku yakin dia akan setia menjaga hatinya untukku.”
*DEG
Jadi...Kibum...sudah mempunyai yeoja chingu? Aku...aku...aku tidak tau. Hatiku hancur seketika mendengar perkataannya itu. Mataku memanas, kurasakan buliran air hampir jatuh dari pelupuk mataku. Kutahan sebisa mungkin agar Kibum tidak melilhatku.
“Mmm, beruntung sekali gadis itu.” Ucapku lirih sambil terus menatap danau, aku tidak berani menatap matanya secara langsung. Aku tidak mau menunjukan kalau aku merasa kehilangannya.
“Mungkin? Tapi aku tidak tau gadis itu merasa beruntung atau tidak dicintai namja seperti aku.”
“Tapi aku yakin kok dia merasa sangat beruntung.” Ucapku sambil berusaha sekuat mungkin menahan air mata. Kami hanya saling diam sejak percakapan itu, entah kenapa aku...aku...sudahlah Hye~ra jangan berharap lebih.
“Oh ya? Kalau begitu aku berjanji akan menikahinya sepulang wajib militer nanti.” Ucap Kibum dengan nada yang tegas dan menerawang ke langit lalu aku hanya bisa diam.
“Ini sudah sore, aku harus...”
“Pulang?” tanya Kibum sambil menatapku lekat – lekat. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan pelan dan senyum yang dipaksakan.
“Baiklah ayo pulang.” Ucap Kibum kemudian duduk diatas motornya dan aku duduk dibelakangnya. Aku merasa hampa, mungkin lebih tepatnya patah hati. Sebenarnya air mataku mengalir begitu saja saat perjalanan pulang. Tapi dengan cepat kuseka air mata dengan punggung tanganku. Hingga akhirnya kami sampai di depan rumah halmeoni. Setelah berterimakasih pada Kibum rasanya aku ingin secepat mungkin masuk ke rumah dan menangis sekencang – kencangnya tapi tangan seorang namja menahanku.
“Aku punya sesuatu untukmu.” Ucap Kibum tiba – tiba sambil merogoh saku jaketnya. Terlihat sebuah boneka hanji dengan baju berwarna merah muda. Lucu sekali, tapi ukurannya lebih kecil dari boneka hanji biasa jadi bisa muat kedalam saku.
“Ini...”
“Iya itu untukmu, mungkin saja kita tidak akan bertemu lagi kan? Setidaknya kau punya sesuatu untuk disimpan yang mengingatkanmu tentang aku.” Ucapnya yang seolah – olah akan pergi jauh sekali.
“Kamshamnida.” Jawabku singkat, aku hanya takut menangis lagi.
“Cheonmayo, kau mmm...hati – hati ya. Semoga selamat sampai tujuan. Maaf aku tidak bisa mengantarmu besok.”
“Gwenchana, aku masuk ya. Annyeong Kim Kibum.” Jawabku yang langsung berbalik karena takut air mataku mengalir secara tidak sengaja di depannya. Aku masuk ke kamarku dan menangis sekencang – kencangnya. Lalu memejamkan mataku dan semuanya menjadi gelap.

~~Besoknya~~
Aku hanya diam sepanjang perjalanan pulang kerumah. Boneka dari Kibum masih berada tepat dalam genggamanku. Desa ini benar – benar tidak dapat kulupakan, termasuk Kibum. Aku berjanji akan kembali ke desa ini suatu saat nanti.

~~10 tahun kemudian~~
“Hye~ra, ayo cepat kita akan terlambat.” Ucap eomma dari ruang depan.
“Ne, sebentar!” hari ini adalah hari pertunanganku dengan seorang namja pilihan eommaku. Sebenarnya aku tidak mau, tapi...mau bagaimana? Aku belum pernah menjalin hubungan dengan namja manapun setelah bertemu dengan Kibum. Yap! Aku memang masih mencintainya, mungkin aku yeoja terbodoh di dunia ini. Sudah jelas sejak pertemuan terkahirku dengan Kibum di desa itu kalau dia sudah mempunyai kekasih tamatan hatinya, bahkan dia terlihat sangat mencintai yeoja itu. Kutatap lekat – lekat boneka dari Kibum di rak, lalu mengambilnya. Namun, sepertinya boneka ini belum pernah dibersihkan. Kubuka baju boneka itu dan menemukan sebuah gulungan kertas kecil disana. Kubuka kertas itu dan...

Untuk Hye~ra...

Hmm, aku yakin sekali kau tidak akan langsung melihat kertas ini sejak menerima boneka dariku. Kau kan orang yang pelupa! Haha.. Oh iya kau kan pernah bilang kalau yeoja yang aku cintai itu akan merasa sangat beruntung dicintai namja sepertiku. Aku juga bilang kalau yeoja itu akan setia menjaga hatinya untukku, karena dia berada diluar kota .  Sangat jauh dari sisiku. Jadi sebaiknya aku menanyakan langsung pada orangnya haha..

Hye~ra, apakah kau merasa beruntung dicintai namja seperti aku? Akankah kau menjaga hatimu untukku? Aku akan berjanji untuk melamarmu sepulang wajib militer nanti. Oh iya aku pergi wajib militer tanggal 01 Januari 2022. Lama sekali kan? Hahaha...tapi aku harap kau bisa menjaga hatimu untukku sampai aku pulang nanti.

Saranghae
Kim Kibum, 29.12.2011

Aigooo dasar yeoja babo! Kenapa kau baru membuka boneka itu sekarang? Arrghh...! Segera kulirik kalender di kamarku dan melihat tanggal sekarang. Tunggu dulu! 01 Januari 2022? Itu kan hari ini! Aku segera melesat keluar rumah dan mencari taksi untuk pergi ke KATC (Korea Army Training Center). Tidak kupedulikan teriakan eomma yang memanggilku. Di otakku hanya ada nama Kibum dan berharap kalau dia belum mulai wamil hari ini. Setelah aku sampai di depan kantor KATC banyak sekali orang disana, sepertinya mereka mengantarkan kerabatnya yang juga hendak pergi wajib militer hari ini. Kucari – cari Kibum dan sampai akhirnya aku melihat seseorang yang beralis tebal dan berambut pendek. Aku berlari ke arah namja itu dan...
“Kibum!” Teriakanku dijawab oleh tengokan kepala namja itu yang berlari ke arahku. Kupeluk namja itu erat – erat.
“Kibum mianhae aku terlambat, bahkan sangat terlambat.”
“Gwenchana, sekarang boleh aku tau jawaban dari yeoja yang kucintai?”
“Ya, yeoja itu bilang dia sangat beruntung dicintai oleh namja sepertimu dan dia akan setia menjaga hatinya untukmu, dia juga bersedia untuk dilamar sepulangnya kau dari wajib militer.” Jawabku dengan nada tanpa ragu. Aku benar – benar mencintainya lebih dari apapun. Kibum pun mencium keningku dan memelukku untuk terakhir kalinya sebelum ia menjalani wajib militer.
“Gomawo telah menerimaku. Aku akan menepati janjiku.” Ucap Kibum sambil memelukku lebih erat. Aku hanya tersenyum bahagia, dan merasakan air mata mulai membasahi pipiku.
“Sampai jumpa 2 tahun lagi Nyonya Kim.” Ucapnya sebelum berpisah denganku di pintu masuk.
“Sampai jumpa Kim Kibum.” Ucapku pelan sambil melambaikan tangan ke a rahnya hingga punggungnya mulai menghilang dibalik pintu masuk KATC. Aku bahagia sekali hari ini, aku sudah menemukan tamatan hatiku meskipun aku harus menunggunya selama 2 tahun untuk bersama dengannya seumur hidupku. Penantianku selama 10 tahun pun tidak sia – sia. Aku akan menjaga hatiku untukmu Kim Kibum. Aku janji.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~THE END~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



0 komentar:

Posting Komentar