Geuligo Nan Neol Salanghae ( AND I LOVE YOU )
Cast :
-
Park Ji Nana
-
Kim Ryeowook
-
Others~
Genre : Tragic Romance
Notes : Terinspirasi dari Film Milli
dan Nathan juga lagu And I Love You dari Yesung ft Luna
Author Miranti Rizkika a.k.a Kim Ri Yuan
NO COPAS! :D
Annyeonghaseyo ^^
Setelah sekian lama gabisa nulis
akhirnya bisa lagiii..Ini draft lama yang aku lanjutin lagi dan aku rombak lagi
alurnya. Lagi – lagi genre nya Tragic Romance. Mianhae kalo jelek, ini Cuma
sebagai comebacknya author aja. Buat Nana yang aku jadiin cast maaf banget kalo
ceritanya aneh, gajelas atau mengecewakan. Selamat membaca ^^
Author P.O.V
“Saranghae Nana-ssi.” Seorang namja
kecil berteriak kepada seorang yeoja manis berambut panjang. Yeoja itu hanya
tersenyum manis sambil berlari menghampiri namja kecil tersebut. Rambutnya yang
kecoklatan terurai indah, mengimbangi lengkung wajahnya yang terlihat sempurna.
“Nado saranghaeyo Ryeowook-ssi.”
Sedetik kemudian namja yang-bernama-Ryewook itu mengecup lembut yeoja kecil
yang baru saja berlari ke arahnya. Semburat merah muda mewarnai pipi chubby milik yeoja kecil itu.
“Ya! Ryeowook-ssi!” Yeoja kecil itu
berlari mengejar si namja kecil yang mencuri ciuman di pipinya tadi. Sedangkan
namja itu hanya tertawa kecil sambil berlari mengelilingi taman bermain yang
menjadi tempat terindah mereka. Yeoja kecil itu mengatur nafasnya yang
terengah, mengimbangi tubuhnya yang sudah lelah berlari. Namja kecil itu
menghampiri sahabatnya, lalu mengajaknya untuk duduk dan beristirahat.
Namja kecil itu memejamkan matanya,
menikmati semilir angin yang menerpa wajah tampannya. Yeoja kecil disampingnya
hanya tersenyum lalu mengikuti apa yang namja itu lakukan, angin yang lembut
itu membuat rambutnya terurai indah.
“Ryeowook-ssi?”
“Hmm?”
“Berjanjilah satu hal padaku.”
“Apa?”
“Kita
harus selalu bersama selamanya.” Ryeowook membuka matanya, lalu menoleh
kepada Nana yang masih memejamkan matanya.
“Kenapa kau berkata seperti itu? Tentu
saja kita akan bersama selamanya.” Nana membuka matanya, mencoba mencerna
ucapan dari namja kecil yang menjadi sahabatnya itu.
“Jeongmal?” Tanya Nana yang disambut
anggukan mantap dari namja itu. Mereka bersama selamanya? Semoga saja itu bukan
hanya sekedar janji atau kata – kata yang tidak terbukti kepastiannya.
~~~
Taman tampak lebih indah dari satu
bulan kemarin. Bunga berwarna warni memamerkan kelopak indahnya, pertanda musim
semi telah datang. Sepasang kaki yeoja dengan sepatu boots berwarna coklat berayun pelan, mengikuti musik yang mengalun
dari sebuah iPod yang mengalir menuju kedua telinga pemilik sepasang
kaki-dengan sepatu boots- tersebut.
Matanya terpejam, menikmati semilir angin yang menerbangkan rambut kecoklatan
miliknya. Senandung kecil keluar dari mulut yeoja itu, sesekali menggoyangkan
kepalanya mengikuti irama. Hingga sepasang tangan mencabut salah satu earphone yang tersambung di telinga
yeoja itu.
“Hmm?” yeoja itu terkejut, lantas
membuka matanya dan mencari siapa yang mengganggu kegiatannya barusan.
“Ya! Kim Ryeowook!”
“Hahahahahaha...aww. Ya! Park Ji
Nana!” Namja itu meringis setelah menerima sentuhan halus di bagian atas
kepalanya. Nana hanya bisa tertawa puas, salah sendiri ia mengganggu kegiatan
favorit seorang Park Ji Nana. Ryeowook hanya bisa tertegun melihat yeoja itu
tertawa dengan manisnya. Tawanya, senyumnya, semua kesukaannya. Semua yang
disukai Kim Ryeowook.
“Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau
terpesona akan kecantikanku?” Nana mengibaskan rambutnya sambil tersenyum
bangga.
“Percaya diri sekali kau, hiiih...”
Ryeowook menggelengkan kepalanya dan bergidik ngeri, berpura – pura bahwa kata
yang diucapkan Nana barusan tidak ada benarnya. Nana mengerucutkan bibirnya,
lalu melangkah pergi meninggalkan namja itu sendirian.
“Ya! Eodiga?” Ryeowook mengejar Nana
yang berjalan menjauh lalu merangkulnya erat. Nana hanya menarik ujung
bibirnya, membentuk sebuah senyum manis yang tidak bisa dilihat Ryeowook.
Sepasang sahabat itu berjalan dengan tangan mereka yang saling bertaut,
menikmati pemandangan sepanjang kawasan Hangang
Park. Gedung – gedung pencakar langit menjulang tinggi, berbeda dengan
taman lain yang umumnya menampakan pepohonan atau buanga warna warni. Namun
inilah salah satu daya tarik taman ini.
“Sebentar lagi, ujian kenaikan kelas.
Benar kan?” Ryeowook memecah keheningan, membuat yeoja disampingnya menoleh.
“Iya, hmm berarti kita sudah...1..2..
“ Nana menghitung menggunakan jari tangannya, entah sedang menghitung apa.
“11.” Potong Ryeowook sehingga Nana
menghentikan langkahnya.
“Mwo?”
“Iya, 11 tahun kita sudah saling
kenal. Iya kan?” Ryeowook tersenyum manis, sedangkan Nana hanya memandang
Ryeowook bingung.
“Aissh, bukan itu maksudku. Berarti
sebentar lagi kita berumur 17 tahun dan aku akan mendapatkan Surat Izin
Mengemudi. Yeaay!” Nana mengangkat tangan kanannya, bermaksud untuk ber-high five dengan Ryeowook. Namun namja
itu hanya menatapnya tidak mengerti.
“Kau tidak mengerti? Berarti sebentar
lagi aku bisa memakai mobil yang diberikan appa dengan bebas. Dan kita...bisa
pergi berdua dengan menggunakan mobil...ku.” Nana menyesali perkataannya. Ia
terlalu senang, hingga kata – katanya membuat Ryeowook sedikit...sedih?
“Aku...tidak...bermaksud...”
“Gwenchana, aku mengerti.” Ryeowook
hanya tersenyum manis, lalu mengacak rambut yeoja itu perlahan. Mobil. Sesuatu
yang tidak dimilikki namja itu. Bukan karena ia tidak mampu, atau tidak bisa
menyetir. Ia mempunyai target hidup yang benar – benar harus dipatuhi untuk
dirinya sendiri. Dia ingin hidup mandiri. Ia ingin mengejar cita – citanya
menjadi seorang Arsitek terkenal dan handal, baru setelah itu ia akan membeli
kendaraan beroda empat yang tidak murah itu.
“Lihat itu!” Nana menunjuk – nunjuk
sebuah bangunan tua yang tidak lain adalah sebuah gedung pertunjukan. Seorang
ahjussi terlihat sedang mengunci pintunya dari luar. Nana berjalan menghampiri
ahjussi tersebut dan tanpa sadar ikut menarik Ryeowook bersamanya, membuat rasa
hangat menjalar ke tubuh namja itu.
“Ahjussi, piano di dalamnya. Apa masih
ada?” Nana bertanya tanpa basa basi, membuat ahjussi itu memicingkan matanya.
Mencoba mengingat siapa yeoja manis yang berdiri dihadapannya saat ini.
“Ah! Kau masih saja menanyakan
pertanyaan yang sama sejak dulu. Ini.” Ahjussi tersebut menyerahkan kunci
gedung pada Nana, sedangkan Ryeowook hanya tertawa kecil disamping Nana.
“Woaaa...Kamshamnida ahjussi.” Nana
mengedipkan sebelah matanya, lantas membuka kunci pintu gedung itu tanpa sabar.
Ahjussi itu tersenyum samar, hanya Ryeowook yang bisa melihatnya saat itu
karena Nana sudah memasukki gedung. Ryeowook tersenyum lalu membungkuk sopan
dan mengikuti Nana. Gedung ini, tidak seperti dulu lagi. Warna merah marun dan
keemasan yang dulu membuat gedung ini megah, tampak memudar. Namun pesonanya
tidak membuat Ryeowook lupa pada kenangan di dalamnya. Sekitar 8 tahun yang
lalu, ia dan sahabatnya masih terbilang anak kecil dengan seragam sekolah dasar
yang melekat pada tubuh mereka. Pertunjukkan besar dari beberapa penyanyi
terkenal selalu digelar di gedung ini. Tapi mereka tidak pernah bisa
menontonnya karena tidak memilikki uang. Hingga pada suatu hari, seorang ahjussi
penjaga gedung mengatakan sesuatu yang membuat Nana terlonjak senang.
“Kalian
boleh masuk, nanti setelah pertunjukkan selesai akan kuberikan kuncinya.”
Kata – kata itu masih terngiang di telinga Ryeowook. Ahjussi itu benar – benar
baik.
“Wookie-ah! Kenapa kau berdiri disitu,
ayo temani aku bernyanyi.” Nana yang entah sejak kapan sudah duduk di depan
piano-tua-berwarna-putih pucat-itu merengek minta ditemani. Ryeowook
menghampiri yeoja yang sudah mulai memainkan piano itu. Tuts – tuts piano itu
mulai mengalun, dan seperti dulu masih saja agak sumbang jika Nana yang
memainkan. Ryeowook tertawa kecil, lalu mulai menggantikan Nana memainkan
pianonya.
Geu nalchuhruhm
ddaddeuthan baram boolgo
(Angin
hangat yang bertiup, sama seperti malam itu)
Geudaega saranghaduhn
hwaboonen kkochi pigo
(Bunga
yang kau tanam dan kau jaga dengan baik telah membuka kelopaknya)
Uhneun
saenga ddo bomnari deuriwuhdo
(Sebelum
aku tau, musim semi telah kembali)
Ajikdo nan
gipeun gyuhwool jameul jago shipuh
(Aku masih
ingin tertidur lelap seperti musim dingin)
Ajoo
muhlli, ajoo muhlli geudaega innayo
(Kau
sangat jauh, sangat jauh)
Sashil nan
geudaega maeil geuriwoonde
(Sejujurnya
aku merindukanmu setiap hari)
Ajoo
jageun, ajoo jageun sasohan guhtdeuredo
(Setiap
hal yang sangat kecil, bahkan hal kecil yang konyol)
Maeil
geudaega saenggagi na
(Membuatku
memikirkanmu setiap hari)
“Nana, ada...sesuatu yang ingin aku
katakan padamu.” Ryeowook berkata namun tidak menghentikan jemarinya yang masih
memainkan tuts piano yang berada tepat dibawah jarinya.
“Apa?” Nana hanya asal bertanya, tanpa
menangkap sinar berbeda dari pertanyaan Ryeowook barusan.
“Aku...ingin kita lebih dari sekedar
teman.” Ryeowook menatap mata Nana dalam, lantas berdiri dari duduknya.
“Mak..sud..mu?” Nana terdiam sejenak,
tubuhnya seakan terkunci saat Ryeowook menatapnya tadi dan ia...serius.
“Aku...aku rasa kita bisa lebih dari
sekedar sahabat. Dan aku menginginkannya. Maukah kau menjadi yeoja chinguku
Park Ji Nana?” Ryeowook menggenggam kedua tangan Nana erat, membuat Nana
semakin tidak karuan. Organ tubuhnya seakan berhenti bekerja, kecuali jantungnya
yang memompa darah lebih cepat. Nana berusaha mengembalikan dirinya ke dunia
nyata dan bersikap sewajarnya, menatap mata Ryewook dan mencari setitik
kebohongan. Nihil. Ia hanya menemukan tatapan penuh kasih sayang disana, tidak
ada kebohongan. Anggukan kecil terlihat dari Nana, disambung sebuah senyuman
manis darinya. Ryeowook membulatkan matanya tak percaya, tangannya beralih
mendekap Nana erat – erat. Nana membalasnya dengan sebuah senyuman manis.
“Gomawo...Saranghaeyo.”
~~~
“Silahkan kalian tuliskan apa yang
akan kalian lakukan setelah lulus SMA. Saya beri waktu sepuluh menit, setelah
selesai kumpulkan di meja saya.”
“Ne, arraseo seongsanim.” Jawaban serempak
keluar dari mulut para murid tingkat 3 Hangang International Highschool. Satu
persatu dari mereka mulai menggoreskan pena mereka diatas selembar kertas. Cita
– cita mereka, keinginan mereka, rencana mereka, semua yang akan mereka lakukan
selepas dari jenjang Sekolah Menengah Atas mereka tuliskan satu persatu.
“Kau sudah selesai?” tanya seorang
namja berkacamata pada seorang yeoja berambut panjang yang sibuk menggoreskan
penanya.
“Belum, sedikit lagi...nah!” Nana
menutup pulpennya lalu mulai menatap kertas di genggaman tangannya.
“Boleh aku lihat?” Ryeowook
membetulkan letak kacamatanya yang sempat miring. Nana menganggukan kepalanya
sambil tersenyum lalu memberikan kertasnya pada Ryeowook.
“Penyanyi?” tanya Ryeowook serius,
sedangkan Nana menganggukan kepalanya dihiasi penuh senyum.
“Kamu tidak akan kuliah?”
“Mwolla. Mungkin aku akan berlatih
bernyanyi dengan Jung Soo oppa saja.” Nana menopang dagu dengan tangan
kanannya, matanya berbinar. Itu benar – benar keinginannya.
“Kau
sendiri mau jadi apa Wookie?” tanya Nana, lalu Ryeowook menyerahkan kertasnya
yang hampir terisi penuh.
“Kuliah Jurusan Department of Architecture and Building
Engineering di Seoul National University? Daebak!” Nana bertepuk
tangan pelan melihat tulisan di kertas Ryeowook lalu kembali menatap sosok di
depannya kemudian menahan tawa.
“Kau benar – benar
memikirkan masa depan.” Decak Nana kagum, sahabat-yang sekarang kekasihnya-ini
memang serius soal masa depan. Berbeda sekali dengan Nana yang benar – benar
melakukan apapun sesuai keinginannya tanpa tekanan atau paksaan dari siapapun.
Nana mengambil kertas miliknya dan kertas Ryeowook lalu meletakannya di meja
guru dihadapan mereka.
“Kajja.” Nana menarik tangan
Ryeowook menuju pintu keluar kelas, Ryeowook menahan tangan Nana dan memasang
wajah bingung.
“Eodiga?” tanya Ryeowook
sambil melihat kedalam kelas, beberapa pasang mata memperhatikan mereka bahkan
diantaranya ada yang berbisik – bisik.
“Keluar. Kita sudah
selesai kan?” ucap Nana santai lalu kembali menarik tangan Ryeowook keluar
kelas, jauh menuju belakang sekolah mereka.
“Kita mau kemana?” tanya
Ryeowook kedua kalinya, namun kali ini nadanya lebih tajam. Mereka sudah sangat
jauh dari ruangan kelas.
“Aissh, ikuti saja aku.
Cerewet.” Ujar Nana dengan nada jahil sambil menjulurkan lidah, lalu
meninggalkan Ryeowook sendirian.
“Aigoo, chagiyaa..”
Ryeowook berlari mengejar Nana yang berjalan mendahuluinya. Nana hanya tertawa
kecil lalu berlari menghindari Ryeowook, namun usahanya gagal.
“Ya! Kim Ryeowook turunkan
aku sekarang juga!”
“Aissh tidak usah
berteriak begitu, katakan dulu kau mau kemana.”
“Andwae, turunkan aku
dulu.” Ucap Nana dengan nada memelas dan wajah manjanya. Ryeowook mendecak
pelan lalu menurunkan Nana dari gendongan tangannya perlahan. Inilah dirinya,
selalu mengalah pada Nana. Entah kenapa.
Nana menarik tangan
Ryeowook ke sebuah rumah berdinding bening di belakang sekolah. Samar – samar
terlihat warna warni di dalamnya.
“Ayo masuk.” Ucap Nana
lalu membuka pintu berdinding kaca itu pelan dan menarik tangan Ryeowook masuk.
“Waaw...” Ryeowook
memandang kagum berbagai tanaman warna – warni dihadapannya. Tempat ini
terlihat sangat luas dari dalam, membuat pemandangannya semakin indah saja.
“Bagus kan?” tanya Nana
dengan nada percaya diri, merasa bahwa ialah yang menemukan tempat seindah ini.
“Kita tidak akan dimarahi
seongsanim kan?” tanya Ryeowook membuat Nana terkekeh pelan dan menarik
tangannya menyusuri tanaman bunga yang berada disamping kanan dan kirinya. Diam
– diam Ryeowook mengambil beberapa tangkai bunga yang sudah jatuh, namun tidak
menghilangkan keindahan bunga tersebut. Nana sibuk mencium satu persatu wangi
berbagai macam bunga mawar dihadapannya dan sesekali tersenyum manis kemudian berjalan
kembali. Ryeowook memandang Nana sambil tersenyum manis, menatap keindahan
dihadapannya. Bukan, bukan keindahan bunga yang berada di tempat itu. Melainkan
kecantikan dan kelembutan yeoja yang berada dihadapannya, yeoja yang ia kenal
lebih dari sepuluh tahun, dan menjadi kekasihnya beberapa bulan lalu. Lama
sekali ia mengenalnya, namun ia tak pernah bosan. Yeoja bernama Park Ji Nana
ini memang tak pernah kehilangan pesonanya, dimata Ryeowook ia benar – benar
yeoja sempurna yang mewarnai hidupnya.
“Wookie...” Nana
menghentikan langkahnya lalu menatap Ryeowook sebal. Sedangkan yang ditatap
hanya menyembunyikan sebelah tangan dibalik tubuhnya.
“Wae?”
“Kau kenapa diam saja? Kau
tidak suka? Apa bunganya tidak indah?” tanya Nana panjang lebar, membuat Ryeowook
tersenyum manis. Jantung Nana berdegup kencang melihat senyum indah
dihadapannya.
“Kau lebih indah.
Kau harusnya tau itu.” Ucap
Ryeowook sambil memakaikan rangkaian bunga yang ia kumpulkan sejak tadi dan
berbentuk sebuah mahkota bunga warna warni. Nana hanya tersenyum malu, rona
merah muda menghiasi pipinya. Namja dihadapannya membuat paru – paru Nana
protes minta diberi oksigen secepatnya. Tangan Ryeowook membelai pipi yeoja
dihadapannya lembut, lalu menatap mata dan bibir Nana bergantian. Wajah namja itu
mendekat perlahan, membuat Nana harus mengatur detak jantungnya mati – matian
lantas memejamkan matanya. Wajah Ryeowook kurang dari sejengkal dari wajah Nana
hingga akhirnya...
“Siapa disana?” suara
seorang ahjussi membuat Nana membuka matanya kembali, Ryeowook berusaha menahan
tawanya lalu menarik tangan Nana keluar dari rumah kaca itu melalui pintu
belakang. Nana tertawa kecil kemudian mengikuti langkah cepat namja di
hadapannya, namja yang sudah membuatnya berdebar percuma tadi.
~~~
Seorang namja merapikan
kemejanya sebelum mengetuk pintu berwarna putih di depannya. Ia menarik nafas
dalam, lalu memandang kembali amplop putih di tangannya. Amplop yang
diterimanya setelah pengumuman kelulusan SMA nya beberapa bulan lalu.
*TOK TOK TOK
“Aaaa~ Ryeowook-ssi!”
Seorang namja ramah berlesung pipi membuka pintu tersebut.
“Annyeonghaseyo Jung Soo
hyung.” Sapa Ryeowook ramah sambil membungkuk dan tersenyum.
“Annyeonghaseyo, ayo
masuk.” Ucap namja yang biasa disapa Jung Soo hyung oleh Ryeowook, oppa dari
Nana.
“Aku bisa bertemu dengan
Nana hyung?”
“Aah ne, dia ada di atas.
Sedang membereskan kamarnya.” Ucap Jung Soo sambil menyiapkan minuman untuk
tamunya.
“Gomawo.” Ryeowook
menaikki tangga dan bergegas mencari kamar dengan pintu berhiaskan warna merah,
warna kesukaan Nana. Seorang yeoja membuka pintu kamarnya lebar – lebar, kardus
dengan barang – barang tampak memenuhi lantai kamarnya. Tangannya sibuk melepas
poster dan foto – foto dinding yang akan dikemasnya ke kardus yang lain.
“Kau sedang apa?” tanya
Ryeowook hati – hati melihat pemandangan yang tersaji dihadapannya.
“Wookie! Kau bisa bantu
aku? Aku ingin memindahkan barang – barang ini ke gudang.” Nana melanjutkan
kegiatannya setelah sesaat menengok ke arah Ryeowook.
“Kau benar – benar sedang
sibuk?” tanya Ryeowook membuat Nana kembali menoleh padanya lalu menghentikan
kegiatannya sejenak.
“Ada yang ingin aku
katakan padamu.” Ryeowook menatap Nana serius lalu menggenggam erat amplop yang
berada di tangan kanannya. Nana menatap Ryeowook heran, terakhir ia melihat
wajah serius itu adalah saat namja itu menyatakan perasaannya satu tahun ke
belakang.
“Apa itu?” tanya Nana yang
disambut uluran tangan Ryeowook, menyerahkan amplop berwarna putih itu. Nana
membuka amplop tersebut dan membaca isi surat di dalamnya. Nana menatap surat
itu dan membentuk sebuah senyuman manis.
“Chukkae!” Nana menghambur
ke pelukan Ryeowook, dipeluknya namja itu erat. Tangannya mengendur perlahan,
merasakan bahwa namja itu tidak membalas ataupun merespon tindakannya barusan.
“Waeyo?”
“Kau...senang?” tanya
Ryeowook dengan nada lirih lalu menatap Nana lekat – lekat.
“Tentu saja! Kau berhasil
meraih impianmu sejak dulu kan?” Nana tersenyum tanpa beban, lalu memandang
kembali surat dari Seoul National University di tangannya.
“Sekarang bantu aku bawa
kardus ini ke gu...”
“Aku tidak bisa.” Potong
Ryeowook lalu mengambil surat itu kembali.
“Waeyo?”
“Aku harus pergi...sekarang.”
Nana menatap namja dihadapannya, mencoba tegar dan menahan air matanya yang
siap jatuh kapan saja.
“Kau pernah bilang kalau
kau tidak mau berhubungan jarak jauh kan?” Ryeowook menghela nafasnya perlahan
sebelum melanjutkan kalimatnya
“...dan aku ingin serius
untuk kuliahku jadi...”
“Gwenchana.”
“Mwo???”
“Nan gwenchanayo.
Aku...tau pasti akan begini.” Nana tersenyum simpul menyembunyikan isakan
tangisnya yang mendesak ingin keluar. Ia berbalik lalu meneruskan pekerjaannya
yang sempat tertunda tadi.
“Kalau begitu...aku pergi
dulu. Mianhae sudah mengganggu.” Ujar Ryeowook lirih lalu mundur beberapa
langkah dari kamar Nana.
“Ne, choisimera.” Ucap
Nana dengan nada ceria tanpa membalikkan tubuhnya menghadap Ryeowook. Namja itu
menutup pintu kamar Nana kemudian melangkah pergi. Nana berbalik, memastikan
kalau namja itu sudah sangat jauh dari kamarnya kemudian jatuh terduduk. Isakan
kencang keluar dari mulutnya, air mata jatuh membasahi pipinya. Tangannya
menyingkirkan barang – barang diatas meja tanpa peduli, membuat suara benda
berjatuhan keras diatas lantai.
“Selamat tinggal,
kau seharusnya bahagia.” Ucap Nana
lirih dan nyaris tidak terdengar.
~~~
Suara musik terdengar
memenuhi ruangan, beberapa orang ada yang ikut menari mengikuti musik. Beberapa
ada yang sedang mengobrol, menikmati hidangan, namun berbeda dengan dua orang
yeoja yang sedang berbincang serius di salah satu meja.
“Nana...” yeoja dengan
rambut yang digulung keatas juga mengenakan baju berwarna hijau muda itu
melambaikan tangan di depan wajah sahabatnya.
“Aish, kau melamun lagi.”
Ujar yeoja cantik bernama Eun Ran itu pada Nana sahabatnya.
“Hmm? Mianhae...kau bilang
apa barusan?” Nana tersenyum tipis pada Ran lalu berusaha mengatakan ‘mianhae,
aku baik – baik saja’ dengan tatapan matanya.
“Kau ini kenapa? Kau tidak
senang dengan pesta ini?” tanya Ran sambil menopang dagunya dan memasang wajah
aegyo andalannya.
“Aku...tentu saja senang
sahabatku ini berulang tahun.” Jawab Nana polos sambil tersenyum manis,
menyembunyikan rasa sakitnya yang belum juga sembuh.
“Apa ini ada hubungannya
dengan Ryeowook?” tanya Yuan Ri yang mengambil tempat duduk di sebelah Nana.
Yeoja yang ditanya membulatkan matanya kemudian memberikan tatapan penuh tanya
pada Yuan Ri, bagaimana bisa pertanyaannya tepat sasaran?
“Aa..a..apa maksud..mu?”
“Ck..jelas sekali kalau
pertanyaanku itu tepat.” Yuan Ri meneguk minuman yang berada di hadapannya, lalu
kembali menatap Nana lekat – lekat.
“Ayolah, Nana yang kami
kenal tidak seperti ini.” Ran memegang tangan Nana mencoba memberi semangat.
“Lupakan saja namja itu
Nana. Namja kan masih banyak.” Timpal Hae Na yang entah sejak kapan sudah duduk
disamping Ran. Nana hanya tersenyum tipis, ia benar – benar tidak bisa
melupakan namja yang sudah hampir belasan tahun mengisi hidupnya. Dan tiga
bulan kemarin, pergi jauh meninggalkannya keluar kota untuk menggapai impian
namja itu sejak kecil.
“Aku...tidak bisa. Kalian
tau kan bagaimana Ryeowook dimataku? Tidak...tidak ada yang bisa
menggantikannya.” Ucap Nana lirih lalu mengalihkan pandangannya pada beberapa
orang namja yang sedang bernyanyi diatas panggung. Sebenarnya ia tidak
bermaksud benar – benar menyimak penampilan namja itu, hanya saja ia ingin
mengalihkan pandangannya. Menghindari tatapan dari sahabat – sahabatnya.
“Kami tidak meminta kau
menggantikan posisi Wookie dengan orang lain. Kami cuma ingin Nana yang kami
kenal bertemu orang lain yang bisa membuatnya lebih baik. Bukan lesu seperti
ini.” Ucap Hae Na yang membuat teman – temannya terbelalak kaget.
“Daebak! Kau terbentur
dimana sampai bisa mendapatkan kata – kata sebagus itu yang ada kaitannya
dengan masalah ini?” Ran berdecak kagum, disambut tawa renyah dari Yuan Ri
disampingnya.
“Aissh kalian ini.” Hae Na
mendesah keras lalu meneguk minuman di hadapannya, dua sahabatnya tertawa geli
melihat tingkah Hae Na. Namun Nana masih terdiam dan menatap kearah panggung,
mencoba menghindari ‘introgasi’ lain dari sahabatnya itu. Ran berbisik kepada
Yuan Ri lalu memasang evilsmirk,
disambut anggukan setuju dari Yuan Ri.
“Sie Na!” Ran memanggil
seorang yeoja dengan dress biru muda sebatas lutut yang baru saja turun dari
lantai dansa.
“Ran!” Sie Na berlari kecil
menuju Ran, sepatu dengan hak yang cukup tinggi tidak menghambat yeoja itu
dalam berlari.
“Kau kenal salah satu dari
mereka kan?”
“Mmm...ah ne. Wae?” tanya
Sie Na sambil melihat kearah panggung. Ran berbisik pada Sie Na sambil
tersenyum manis, sedangan Sie Na langsung tersenyum cerah, mengerti apa maksud Ran saat ini.
“Kai! Kesini sebentar!”
panggil Sie Na pada seorang namja bertubuh tinggi dan berwajah tampan. Namja
itu menghampiri kumpulan yeoja yang berkumpul di salah satu meja dengan senyum
yang semakin menambah tingkat ketampanannya.
“Kenalkan, ini sahabatku
Nana...Park Ji Nana.” Ujar Sie Na yang disambut tatapan bingung dari Nana,
sedangkan sahabatnya yang lain tersenyum simpul.
“Mmm...Kim Jong In imnida.
Kau bisa memanggilku Kai.” Namja itu mengulurkan tangan dan mau tak mau Nana
harus menyambutnya juga.
“Park Ji Nana imnida. Kau
bisa memanggilku Nana.” Nana tersenyum manis, berhasil memikat namja yang
berada di hadapannya kurang lebih 30 detik, dan baru saja berkenalan dengannya
5 detik yang lalu. Kai mencoba mengajak Nana mengobrol cukup lama, membuat
yeoja itu tidak melamun seperti tadi.
“Aku tidak bisa
melupakanmu Kim Ryeowook. Aku benar – benar tidak bisa.” Batin Nana lirih.
~~~
“Kyu tidak bisa tidur
kalau?”
“Belum memasang kain
diatas bantal untuk tempat air liurnya menetes!”
Suara tawa terdengar keras
dari balkon sebuah rumah minimalis dengan desain modern. Beberapa sumpit berada
di dalam sebuah gelas kecil yang menutupi sebagian tubuh sumpit itu. Seorang
namja menggerakan gelas tersebut sehingga sumpit yang berada di dalamnya
berubah posisi secara acak, kemudian gelas itu diletakan kembali. Sekelompok
remaja yang terdiri dari 5 orang namja dan 5 orang yeoja itu mengambil sumpit
hingga habis tak bersisa.
“Ha! Aku dapat yang
putih!” Seorang namja berlesung pipi dan bertubuh kekar bersorak riang,
sedangkan yeoja disampingnya hanya mengerucutkan bibirnya karena ia mendapatkan
sumpit dengan ujung berwarna merah.
“Waaah pas sekali!”
Seorang namja berambut hitam tertawa puas kemudian diakhiri ringisan pelan
karena pinggangnya dicubit oleh sepupunya yang mendapat sumpit dengan ujung
berwarna merah itu.
“Mmm...apa yang kau
lakukan setelah menelponku dimalam hari?” tanya Siwon yang membuat pipi Ran bersemu
merah, heran apa yang harus dikatakannya untuk menjawab.
“Ah! Aku tau!” Hae Na
berteriak semangat, disambut tatapan membunuh dari Ran yang seakan berkata
‘jangan katakan yang aneh – aneh!’
“Dia mengangkat barbel dan
berharap tubuhnya lebih kekar dari Siwon!” Semua orang terdiam sejenak,
kemudian suara tawa membahana. Ran menghela nafas lega, setidaknya itu tidak
benar – benar ia lakukan setelah ia menelpon Siwon kekasihnya.
“Donghae-ah! Kenapa lama
sekali?” tanya Eunhyuk sambil melihat kearah pintu, temannya itu membawa
seseorang di belakangnya.
“Aku bertemu Ryeowook di
jalan, ia menanyakan dimana Nana tinggal sekarang.” Ucap Donghae sambil
tersenyum, menarik Ryeowook ke hadapan teman – temannya.
“Annyeonghaseyo.” Ucap
Ryeowook sambil membungkuk kemudian langsung menatap hangat pada sosok yang
dirindukannya. Nana membalas tatapan namja yang dulu berkacamata itu sambil
tersenyum manis, Kai melirik Ryeowook dan yeoja disampingnya. Ia merasa ada
sesuatu diantara yeoja ini dan namja yang sedang mengambil tempat duduk di
sebelah Kyuhyun. Suasana hening, Ran merasa sedikit kesal dengan keadaan ini.
Untuk apa namja itu kembali?
“Aigoo kenapa jadi sepi
begini? Ayo main lagi!” ajak Heechul yang kemudian menambahkan dua batang
sumpit pada gelas dan mengaduk kembali
gelasnya. Permainan kembali dimulai namun kali ini suasana menjadi lebih
hangat, tepatnya untuk seorang yeoja dan mantan kekasihnya yang baru saja
kembali. Semua tertawa melihat tingkah laku Eunhyuk yang berusaha menghindari
pertanyaan dari Donghae mengenai koleksi kaset yadong miliknya, kecuali Kai.
Namja itu merasa ada yang tidak beres disini, antara Ryeowook dan Nana. Ia
merasa sakit tepat didadanya, hingga semua teman Nana memutuskan untuk pulang
dan meninggalkan ia bersama Nana di teras rumah.
“Nuguya?” tanya Kai
langsung pada inti masalah yang mengoyak batinnya sejak tadi.
“Hmm? Ryeowook?
Dia...temanku sejak kecil.” Ucap Nana sedikit menekankan nada pada kata
‘temanku sejak kecil’
“Hmmm...aku yakin lebih
dari itu.” Kai menatap tajam pada Nana yang ada disampingnya, membuat Nana
sedikit takut.
“Dia pasti memilikki
hubungan denganmu kan? Dan itu bukan teman.”
“D..dia...mantan namja
chinguku.” Nana menunduk lemas disambut helaan nafas berat dari Kai. Namja itu
mulai gusar dengan jawaban yeoja chingunya.
“Kau masih mencintainya?”
“Mmm...sangat.” jawab Nana
tanpa ragu, membuat Kai tertawa meremehkan. Merasa kehadirannya disamping Nana
selama ini tidak ada artinya.
“Aigoo...untuk apa? Dia
hanya masa lalumu kan?”
“Tapi kami kenal selama
belasan tahun dan...”
“Dan itu masa lalu!
Sekarang kau yeojaku!” Kai menyentak keras lalu menatap yeoja disampingnya
lebih tajam. Yeoja itu menunduk dan membasahi celana panjangnya dengan air mata
yang mengalir begitu saja.
“Tapi kami memilikki
banyak kenangan.”
“Dan itu hanya kenangan!
Iya kan Park Ji Nana?” Kai memanggil nama lengkap yeoja itu dengan nada penuh
amarah, terlihat sekali kalau ia merasa diremehkan. Nana menatap Kai nanar,
ucapan Kai memang sepenuhnya benar. Tapi kenyataannya, Nana memang tidak bisa
melupakan sosok itu, sosok seorang Kim Ryeowook.
“Kamshamnida untuk
semuanya Nana-ssi.” Namja itu memakai jaketnya dan berjalan menuju sebuah mobil
berwarna hitam. Bunyi ban yang berdecit menggesek jalan terdengar jelas di
telinga Nana. Yeoja itu masih menangis. Bukan. Bukan karena ia sedih diputuskan
secara sepihak oleh Kai. Tapi ia merasa kenapa menjadi sebodoh ini hanya karena
seorang Kim Ryeowook?
~~~
“Iya! Kau tau dosenku itu
menyebalkan bukan? Bahkan dia pernah menggoda Siwon dihadapanku.”
“Hahahahaahahahahaha,
seongsanim memang genit.” Yeoja itu melirik ponsel merah yang bergetar diatas
meja, kemudian tersenyum sebelum membaca pesan singkat didalamnya.
“Wookie?” tanya Ran yang
disambut anggukan kecil dari Nana yang sedang tersenyum riang.
“Kalian menjalin hubungan
lagi?”
“Aniya, hanya saling
memberi kabar.” Ucap Nana tidak mengalihkan pandangan dari ponselnya, lalu
membalas pesan singkat yang berisi ‘Kau sedang apa sekarang? ^^’.
“Ya!”
“Kau bilang kau akan
melupakan Wookie, tapi sekarang?” Ran menatap Nana lekat – lekat yeoja pemilik
ponsel yang baru saja direbutnya tadi.
“Iya, tapi...dia kembali.”
Nana memasang wajah merajuk lalu mengambil ponselnya yang sempat dirampas Ran
barusan.
“Kau yakin dia tidak akan
pergi lagi?” tanya Ran penuh selidik, Nana menatap Ran setelah membalas pesan
singkat di ponselnya. Yeoja itu menghela nafasnya perlahan, pertanyaan Ran
membuat kepalanya sedikit berdenyut.
“Mwollaseo.”
“Sudah kuduga. Oh ya! Kau
bisa mengantarkan aku membeli buku sore ini Nana?” tanya Ran sekedar
mengalihkan pembicaraan.
“Hmm? Sore ini? Aku..ada
janji.” Ucap Nana malu – malu, rona merah muda bersemu di pipinya.
“Dengan Wookie?” Nana
menganggukan kepalanya membenarkan ucapan sahabatnya itu. Ran mendecak kesal
dan membuang pandangannya keluar cafe.
“Rannie, aku hanya ingin
mengenang waktu bersamanya sebagai sahabat.” Nana berkata dengan nada memelas,
membuat Ran kembali menatapnya.
“Terserah kau saja. Aku
hanya mendoakan yang terbaik untukmu.”
“Aaa~ gomawo Lee Eun Ran
sahabatku yang paling baik di dunia.” Nana tersenyum riang lalu memeluk
sahabatnya erat – erat
~~~
“Kau masih suka menyanyi?”
tanya Ryeowook pada Nana yang sedang merapikan rambutnya.
“Ne, oppa bilang aku sudah
banyak memilikki kemajuan.” Yeoja itu menjawab dengan penuh semangat kemudian
berdehem pelan menstabilkan suaranya.
“Biar...aku yang bernyanyi
untukmu kali ini.” Ryeowook menaruh telunjuknya di depan bibir yeoja itu dan
mulai bernyanyi.
Seoongani majimagirago geutorok saranghan geudaegaeh
(Keadaan ini adalah dimana kau kehilangan seseorang yang
sangat kau cintai)
Neon dolliryeo haedo woolmyeo maedallyeodo
(Meskipun kau mencoba berputar kembali padaku, meskipun kau
memelukku dan menangis)
geunyang shirhdamyeo heyeojimeul marhan naya
(Aku satu – satunya yang mengatakan tidak dan menawarkan
perpisahan kita)
Sakit. Itu yang Nana
rasakan saat mendengar nyanyian Ryeowook. Bukan karena suaranya yang buruk,
hanya saja hatinya seperti tersayat saat mendengarnya. Ia bahkan belum pernah mendengar
lagu ini sebelumnya, maksudnya yang sesakit dan setajam ini.
Nan hangsang kanghan cheokman hajiman
(Aku selalu berpura – pura kuat)
Pyeongsaeng neo hana jikil jashin eobseo ddeonan bigeophan
namjaya
(Tapi aku memang lelaki pengecut yang tidak memilikki rasa
percaya diri untuk melindungi dirimu selamanya)
Dashin na gateun saram saranghaji malgo
(Jangan cintai orang seperti aku lagi)
Dashin geuriweohal saram mandeulji malgo
(Jangan membuat seseorang merasa kehilangan lagi)
Neoman barabogo neo anim an dwaeseo
(Satu satunya yang hanya melihat dan membutuhkanmu seorang)
Harudo mot beotil mankeum saranghaejooneun saram manna
jebal
(Pergilah cari seseorang yang sangat membutuhkanmu setiap
harinya, kumohon)
“Berhenti!” Nana berteriak
kencang, entah kekuatan darimana yang membuatnya berteriak sekuat dan sekencang
itu.
“Waeyo?” Ryeowook mengusap
pipi Nana lembut, ia hanya berbohong dan pura – pura tidak tau.
“Kau...seperti akan pergi
jauh, meninggalkan...aku...” nafas yeoja itu tidak beraturan, antara mencari
suara normal atau mengeluarkan isakan tangisnya sekarang juga. Ryeowook
merengkuh wajah Nana dan membawanya ke dalam sebuah dekapan hangat, sesuatu
yang sangat dirindukan Nana dari namja ini.
“Itu...hanya
sebuah...lagu.” Ryeowook mendekap Nana erat, meyakinkan bahwa semuanya akan
baik – baik saja. Ia berusaha menguatkan yeoja yang ia cintai itu sekaligus
dirinya sendiri, ia sangat mengerti apa yang Nana rasakan sekarang. Ryeowook
masih memeluk yeoja itu erat, berusaha memasukan semua cintanya dan meyakinkan
kalau ia tidak akan benar – benar pergi meninggalkan Nana. Mungkin.
~~~
“Kajja kajja kajja!” Nana
menggandeng Ryeowook masuk ke mobilnya dan membiarkan namja itu duduk di kursi
pengemudi. Beberapa bulan Ryeowook kembali padanya membuat yeoja itu sangat
bersemangat.
“Harus aku yang menyetir?”
“Mmm...terserah, tapi aku
ingin kau membuktikan kau sudah membeli mobil bulan kemarin.”
“Aigoo...kau tidak percaya
padaku?” Namja itu mulai menyalakan mesin mobil dan menatap yeoja disampingnya
lembut. Ia memang sudah mempunyai kendaraan beroda empat itu, namun ia tidak
membawanya karena Nana mengatakan kalau ia ingin jalan – jalan dengan
menggunakan mobilnya saja. Mobil berjalan dengan stabil dan suasana hening
didalam mobil. Entah kenapa suasana di dalam mobil menjadi seperti ini, menjadi
canggung. Gerbang menuju sebuah perumahan di Gangnam sudah dilewati, hampir
sampai ke sebuah rumah besar milik namja dengan senyum manisnya itu.
“Kau...tidak ada jadwal
kuliah?”
“Ada.”
“Lalu kenapa tidak pergi
kuliah?”
“Mmmm...bosan.”
“Bosan?” Ryeowook menghela
nafasnya berat, yeoja ini belum berubah dari dulu. Ia memang malas untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi. Namun karena permintaan appa nya, Nana
terpaksa melanjutkan studi ke jurusan Seni Musik di Inha.
“Kau sudah memiliki namja
chingu?” tanya Ryeowook membuat tawa Nana berhenti seketika.
“Mmm...ani.” jawab Nana
tanpa ragu, Ryeowook hampir saja mengulas senyum manis sebelum ia disadarkan kembali
oleh pertanyaan Nana.
“Kau sendiri?”
“Aku...sudah bertunangan.”
Jantungnya hampir saja
berhenti saat mendengarnya, apa maksud namja ini?
“J..ji..jinjja?
A-aa..chukkae!” Nana mencoba bersikap senatural mungkin disamping sahabatnya
ini sambil mengulas senyum yang dianggapnya terlihat tidak terpaksa. Ryeowook
tersenyum tipis disampingnya dan berusaha untuk tidak menatap mata Nana secara
langsung.
“Kam...shamnida.”
“Siapa yeoja yang
beruntung itu?”
“Dia yeoja yang manis, dia
asistenku.” Ryeowook hanya memberikan keterangan singkat mengenai tunangannya
itu, ia tak mau membuat luka Nana lebih dalam lagi. Nana memalingkan wajahnya
keluar jendela perlahan. Ryeowook disampingnya tau betul apa yang dilakukan
yeoja itu, dia menangis. Mobil berhenti didepan sebuah rumah modern yang sudah
pasti di design sendiri oleh pemiliknya, dengan bentuk dan warna khas kesukaan
Kim Ryeowook.
“Jeongmal Kamshamnida
untuk hari ini dan tumpangannya Nana.” Ujar Ryeowook sambil melepaskan sabuk
pengamannya.
“Ne, cheonmayo.” Nana tersenyum
manis sampai Ryeowook keluar dari mobil dan memasuki rumahnya. Tangisnya pecah,
ia benar – benar merasa jadi yeoja bodoh sekarang. Sekian lama ia mencoba
melupakan namja itu dan membuka hatinya untuk namja lain. Tapi...ia kembali.
Tiba – tiba. Sesuatu yang dikiranya tak akan mungkin kembali lagi dan mengorek
rasa cinta yang bahkan masih meninggalkan bekas. Apa maksud sahabatnya ini? Dia
pikir dia itu siapa? Seenaknya pergi kemudian datang lagi, kembali padanya yang
nyaris berhasil melupakan kenangan mereka. Namun kembalinya namja itu bukan
untuk menutupi atau mengobati luka Nana. Tapi malah menaburkan garam diatas
lukanya, membuatnya semakin perih. Nana memutuskan untuk pergi dari rumah
Ryeowook secepat yang ia bisa, mencoba meninggalkan cintanya juga disanya.
Meskipun itu tidak mungkin
~~~
Seorang yeoja memasukki
sebuah gedung penuh perasaan gugup. Seorang ahjussi mengaitkan tangan yeoja itu
pada lengannya, mencoba menenangkan perasaan yeoja itu. Tampak seorang namja
tampan berdiri beberapa meter dari sana, tersenyum manis dan membuat yeoja itu
sedikit tenang. Ragu. Dihati yeoja itu masih ada perasaan ragu yang menggebu.
Ia tidak yakin dengan semua ini, ia tak yakin apa yang ia lakukan sekarang
benar atau tidak.
“Tolong jaga dia.” Ahjussi
itu melepaskan tangan Nana dan memberinya kepada seorang namja tampan yang
sudah berdiri disebelahnya. Ia tak bisa mendengar atau merasakan apapun.
Telinganya seakan tuli dengan detak jantungnya sendiri. Namja itu menggerakan
bibirnya seakan berkata
“Aku bersedia.” Nana hanya
mengambil nafas panjang dan membalas senyum namja di hadapannya. Apa yang harus
ia lakukan? Mengatakan apa yang namja ini katakan atau...
“Aku...tidak bersedia.
Mianhae.” Yeoja itu melepas sepatunya lantas mengangkat ekor gaunnya cepat.
Kakinya tidak berhenti berlari entah kemana, sama dengan air matanya yang jatuh
tanpa perduli. Yeoja itu bingung. Ia harus kemana? Ia harus mencari kemana lagi
namja itu? Namja yang ia ketahui akan bertunangan tiga tahun yang lalu. Namja
yang masih menempati hatinya walau sudah mencabik perasaannya berkali – kali.
Yeoja itu berdiri di sebuah halte bus, lantas menaikki bus yang baru saja lewat
dihadapannya. Orang – orang memandang aneh kearahnya. Namun Nana tidak peduli,
ia berharap Ryeowook akan berada di halte lain seperti dulu dan menaiki bus itu
bersamanya. Ia duduk di bangku paling belakang, menatap lurus ke depan dengan
tatapan kosong. Semua orang berbisik dan mengatakan kalau yeoja ini gila dan
kabur dari pernikahannya.
“Ryeowook.” Nana berbisik
lirih hampir tidak terdengar. Bus ini cukup panjang dan luas untuk melihat
siapa yang berada di bangku paling depan. Seorang namja berdiri dari duduknya,
dan berbalik menatap yeoja di paling belakang.
“Nana.” Namja itu berjalan
ke bangku ke paling belakang. Tubuhnya tidak sekuat dulu. Namja itu kini kurus
dan putih pucat, bibirnya membiru.
Penyakit leukimia yang beberapa tahun terakhir menyiksanya membuat ia berbohong
pada yeoja yang dicintainya. Berbohong kalau ia akan bertunangan segera.
Padahal ia akan segera melakukan terapi di luar negeri. Bukan untuk
menyembuhkan penyakitnya, tapi hanya memperpanjang umurnya. Berharap ia masih
bisa bertemu yeoja itu selagi sempat. Nana berjalan ke depan dan menghampiri
Ryeowook. Tangannya menyentuh pegangan yang terdapat di langit – langit bus
bergantian. Membantunya menjaga keseimbangan untuk sampai pada pelukan namja
itu. Ryeowook mendekap Nana erat, tidak peduli dengan suara gaduh yang
ditimbulkan penumpang lain. Nana membalas pelukan namja itu tak kalah erat,
mengabaikan jeritan histeris dari penumpang lain.
*KRIIIIIIIIIIIIIIT*
Tubuh sepasang namja dan
yeoja itu terpental kearah depan, menimbulkan suara yang memilukan setiap orang
yang mendengar. Entah kapan tubuh mereka sudah berada diatas aspal, darah
mengucur dari mana – mana. Jeritan orang – orang terdengar membahana. Nana
tersenyum, membelai pipi Ryeowook yang sudah berlumuran darah sama seperti
dirinya. Namja itu juga tersenyum manis, dan merengkuh wajah yeoja itu dengan
tangan kurusnya.
“A...a..aku...me...nepati...jan..jiku...Nana.”
Ryeowook berkata lirih, hanya bisa didengar oleh yeoja di hadapannya.
“I...iya...ak..aku tau.
Kam..sha..mnida.” Nana masih membelai pipi Ryeowook sebelum namja itu menutup
mata untuk selamanya, mengulas senyum terakhir untuknya.
“Wookie...kam...shamnida...geuligo...nan
neol...saranghae.” Mata yeoja itu turut terpejam, tangannya masih berada tepat
di pipi Ryeowook. Namja itu menepati janjinya. Mereka kini meninggalkan dunia
bersama – sama, menuju tempat yang lebih indah.
~~~
Hatiku pernah mencintai
Tapi perpisahan membuat itu tidak damai lagi..
Satu – satunya orang yang aku cintai tidak akan kembali
lagi..
Satu – satunya yang aku cintai
Hatiku hanya setia padamu, menunggu adalah satu – satunya
yang bisa aku lakukan..
Dan aku mencintaimu
Meskipun setiap malam aku mencoba menghapusmu dari
pikiranku..
Kau ada di depanku, tapi aku tidak bisa menggapaimu
Aku tidak bisa melupakanmu, aku merindukanmu...
Semua yang aku hirup seperti kematian
Aku terlalu takut...
Aku akan menunggu, aku akan mencoba menunggu..
Jangan bilang kau meninggalkan aku demi diriku
Katakan kau meninggalkan aku demi dirimu sendiri..
Jika kau mencintaiku, kau pasti bisa membaca pikiranku..
Tolong tinggal kembali di dalam hatiku..
Sampai hatiku tidak mati, sampai hatiku berdetak lagi..
Otthe? Geje atau aneh kah
alurnya? Ga sesuai judul? Hahahahahaha maaf saya kembali memenuhi notif
facebook anda dengan ff jelek ini. Mian kalo feelnya ngga dapet. Makasih buat
Jiyo sama Hae Na yang udah nyemangatin aku buat nulis lagi.Aku butuh kritik
sama sarannya ya readers.
Gomawo, Saranghaeyooo ^^
0 komentar:
Posting Komentar