Rabu, 10 Oktober 2012

Geuligo Nan Neol Saranghae (AND I LOVE YOU)


Geuligo Nan Neol Salanghae ( AND I LOVE YOU )

Cast :
-        Park Ji Nana
-        Kim Ryeowook
-        Others~

Genre : Tragic Romance
Notes : Terinspirasi dari Film Milli dan Nathan juga lagu And I Love You dari Yesung ft Luna

Author Miranti Rizkika a.k.a Kim Ri Yuan
NO COPAS! :D

Annyeonghaseyo ^^
Setelah sekian lama gabisa nulis akhirnya bisa lagiii..Ini draft lama yang aku lanjutin lagi dan aku rombak lagi alurnya. Lagi – lagi genre nya Tragic Romance. Mianhae kalo jelek, ini Cuma sebagai comebacknya author aja. Buat Nana yang aku jadiin cast maaf banget kalo ceritanya aneh, gajelas atau mengecewakan. Selamat membaca ^^

Author P.O.V

“Saranghae Nana-ssi.” Seorang namja kecil berteriak kepada seorang yeoja manis berambut panjang. Yeoja itu hanya tersenyum manis sambil berlari menghampiri namja kecil tersebut. Rambutnya yang kecoklatan terurai indah, mengimbangi lengkung wajahnya yang terlihat sempurna.
“Nado saranghaeyo Ryeowook-ssi.” Sedetik kemudian namja yang-bernama-Ryewook itu mengecup lembut yeoja kecil yang baru saja berlari ke arahnya. Semburat merah muda mewarnai pipi chubby milik yeoja kecil itu.
“Ya! Ryeowook-ssi!” Yeoja kecil itu berlari mengejar si namja kecil yang mencuri ciuman di pipinya tadi. Sedangkan namja itu hanya tertawa kecil sambil berlari mengelilingi taman bermain yang menjadi tempat terindah mereka. Yeoja kecil itu mengatur nafasnya yang terengah, mengimbangi tubuhnya yang sudah lelah berlari. Namja kecil itu menghampiri sahabatnya, lalu mengajaknya untuk duduk dan beristirahat.
Namja kecil itu memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang menerpa wajah tampannya. Yeoja kecil disampingnya hanya tersenyum lalu mengikuti apa yang namja itu lakukan, angin yang lembut itu membuat rambutnya terurai indah.
“Ryeowook-ssi?”
“Hmm?”
“Berjanjilah satu hal padaku.”
“Apa?”
Kita harus selalu bersama selamanya.” Ryeowook membuka matanya, lalu menoleh kepada Nana yang masih memejamkan matanya.
“Kenapa kau berkata seperti itu? Tentu saja kita akan bersama selamanya.” Nana membuka matanya, mencoba mencerna ucapan dari namja kecil yang menjadi sahabatnya itu.
“Jeongmal?” Tanya Nana yang disambut anggukan mantap dari namja itu. Mereka bersama selamanya? Semoga saja itu bukan hanya sekedar janji atau kata – kata yang tidak terbukti kepastiannya.

~~~
Taman tampak lebih indah dari satu bulan kemarin. Bunga berwarna warni memamerkan kelopak indahnya, pertanda musim semi telah datang. Sepasang kaki yeoja dengan sepatu boots berwarna coklat berayun pelan, mengikuti musik yang mengalun dari sebuah iPod yang mengalir menuju kedua telinga pemilik sepasang kaki-dengan sepatu boots- tersebut. Matanya terpejam, menikmati semilir angin yang menerbangkan rambut kecoklatan miliknya. Senandung kecil keluar dari mulut yeoja itu, sesekali menggoyangkan kepalanya mengikuti irama. Hingga sepasang tangan mencabut salah satu earphone yang tersambung di telinga yeoja itu.
“Hmm?” yeoja itu terkejut, lantas membuka matanya dan mencari siapa yang mengganggu kegiatannya barusan.
“Ya! Kim Ryeowook!”
“Hahahahahaha...aww. Ya! Park Ji Nana!” Namja itu meringis setelah menerima sentuhan halus di bagian atas kepalanya. Nana hanya bisa tertawa puas, salah sendiri ia mengganggu kegiatan favorit seorang Park Ji Nana. Ryeowook hanya bisa tertegun melihat yeoja itu tertawa dengan manisnya. Tawanya, senyumnya, semua kesukaannya. Semua yang disukai Kim Ryeowook.
“Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau terpesona akan kecantikanku?” Nana mengibaskan rambutnya sambil tersenyum bangga.
“Percaya diri sekali kau, hiiih...” Ryeowook menggelengkan kepalanya dan bergidik ngeri, berpura – pura bahwa kata yang diucapkan Nana barusan tidak ada benarnya. Nana mengerucutkan bibirnya, lalu melangkah pergi meninggalkan namja itu sendirian.
“Ya! Eodiga?” Ryeowook mengejar Nana yang berjalan menjauh lalu merangkulnya erat. Nana hanya menarik ujung bibirnya, membentuk sebuah senyum manis yang tidak bisa dilihat Ryeowook. Sepasang sahabat itu berjalan dengan tangan mereka yang saling bertaut, menikmati pemandangan sepanjang kawasan Hangang Park. Gedung – gedung pencakar langit menjulang tinggi, berbeda dengan taman lain yang umumnya menampakan pepohonan atau buanga warna warni. Namun inilah salah satu daya tarik taman ini.
“Sebentar lagi, ujian kenaikan kelas. Benar kan?” Ryeowook memecah keheningan, membuat yeoja disampingnya menoleh.
“Iya, hmm berarti kita sudah...1..2.. “ Nana menghitung menggunakan jari tangannya, entah sedang menghitung apa.
“11.” Potong Ryeowook sehingga Nana menghentikan langkahnya.
“Mwo?”
“Iya, 11 tahun kita sudah saling kenal. Iya kan?” Ryeowook tersenyum manis, sedangkan Nana hanya memandang Ryeowook bingung.
“Aissh, bukan itu maksudku. Berarti sebentar lagi kita berumur 17 tahun dan aku akan mendapatkan Surat Izin Mengemudi. Yeaay!” Nana mengangkat tangan kanannya, bermaksud untuk ber-high five dengan Ryeowook. Namun namja itu hanya menatapnya tidak mengerti.
“Kau tidak mengerti? Berarti sebentar lagi aku bisa memakai mobil yang diberikan appa dengan bebas. Dan kita...bisa pergi berdua dengan menggunakan mobil...ku.” Nana menyesali perkataannya. Ia terlalu senang, hingga kata – katanya membuat Ryeowook sedikit...sedih?
“Aku...tidak...bermaksud...”
“Gwenchana, aku mengerti.” Ryeowook hanya tersenyum manis, lalu mengacak rambut yeoja itu perlahan. Mobil. Sesuatu yang tidak dimilikki namja itu. Bukan karena ia tidak mampu, atau tidak bisa menyetir. Ia mempunyai target hidup yang benar – benar harus dipatuhi untuk dirinya sendiri. Dia ingin hidup mandiri. Ia ingin mengejar cita – citanya menjadi seorang Arsitek terkenal dan handal, baru setelah itu ia akan membeli kendaraan beroda empat yang tidak murah itu.
“Lihat itu!” Nana menunjuk – nunjuk sebuah bangunan tua yang tidak lain adalah sebuah gedung pertunjukan. Seorang ahjussi terlihat sedang mengunci pintunya dari luar. Nana berjalan menghampiri ahjussi tersebut dan tanpa sadar ikut menarik Ryeowook bersamanya, membuat rasa hangat menjalar ke tubuh namja itu.
“Ahjussi, piano di dalamnya. Apa masih ada?” Nana bertanya tanpa basa basi, membuat ahjussi itu memicingkan matanya. Mencoba mengingat siapa yeoja manis yang berdiri dihadapannya saat ini.
“Ah! Kau masih saja menanyakan pertanyaan yang sama sejak dulu. Ini.” Ahjussi tersebut menyerahkan kunci gedung pada Nana, sedangkan Ryeowook hanya tertawa kecil disamping Nana.
“Woaaa...Kamshamnida ahjussi.” Nana mengedipkan sebelah matanya, lantas membuka kunci pintu gedung itu tanpa sabar. Ahjussi itu tersenyum samar, hanya Ryeowook yang bisa melihatnya saat itu karena Nana sudah memasukki gedung. Ryeowook tersenyum lalu membungkuk sopan dan mengikuti Nana. Gedung ini, tidak seperti dulu lagi. Warna merah marun dan keemasan yang dulu membuat gedung ini megah, tampak memudar. Namun pesonanya tidak membuat Ryeowook lupa pada kenangan di dalamnya. Sekitar 8 tahun yang lalu, ia dan sahabatnya masih terbilang anak kecil dengan seragam sekolah dasar yang melekat pada tubuh mereka. Pertunjukkan besar dari beberapa penyanyi terkenal selalu digelar di gedung ini. Tapi mereka tidak pernah bisa menontonnya karena tidak memilikki uang. Hingga pada suatu hari, seorang ahjussi penjaga gedung mengatakan sesuatu yang membuat Nana terlonjak senang.
Kalian boleh masuk, nanti setelah pertunjukkan selesai akan kuberikan kuncinya.” Kata – kata itu masih terngiang di telinga Ryeowook. Ahjussi itu benar – benar baik.
“Wookie-ah! Kenapa kau berdiri disitu, ayo temani aku bernyanyi.” Nana yang entah sejak kapan sudah duduk di depan piano-tua-berwarna-putih pucat-itu merengek minta ditemani. Ryeowook menghampiri yeoja yang sudah mulai memainkan piano itu. Tuts – tuts piano itu mulai mengalun, dan seperti dulu masih saja agak sumbang jika Nana yang memainkan. Ryeowook tertawa kecil, lalu mulai menggantikan Nana memainkan pianonya.

Geu nalchuhruhm ddaddeuthan baram boolgo
(Angin hangat yang bertiup, sama seperti malam itu)

Geudaega saranghaduhn hwaboonen kkochi pigo
(Bunga yang kau tanam dan kau jaga dengan baik telah membuka kelopaknya)

Uhneun saenga ddo bomnari deuriwuhdo
(Sebelum aku tau, musim semi telah kembali)

Ajikdo nan gipeun gyuhwool jameul jago shipuh
(Aku masih ingin tertidur lelap seperti musim dingin)

Ajoo muhlli, ajoo muhlli geudaega innayo
(Kau sangat jauh, sangat jauh)

Sashil nan geudaega maeil geuriwoonde
(Sejujurnya aku merindukanmu setiap hari)

Ajoo jageun, ajoo jageun sasohan guhtdeuredo
(Setiap hal yang sangat kecil, bahkan hal kecil yang konyol)

Maeil geudaega saenggagi na
(Membuatku memikirkanmu setiap hari)

“Nana, ada...sesuatu yang ingin aku katakan padamu.” Ryeowook berkata namun tidak menghentikan jemarinya yang masih memainkan tuts piano yang berada tepat dibawah jarinya.
“Apa?” Nana hanya asal bertanya, tanpa menangkap sinar berbeda dari pertanyaan Ryeowook barusan.
“Aku...ingin kita lebih dari sekedar teman.” Ryeowook menatap mata Nana dalam, lantas berdiri dari duduknya.
“Mak..sud..mu?” Nana terdiam sejenak, tubuhnya seakan terkunci saat Ryeowook menatapnya tadi dan ia...serius.
“Aku...aku rasa kita bisa lebih dari sekedar sahabat. Dan aku menginginkannya. Maukah kau menjadi yeoja chinguku Park Ji Nana?” Ryeowook menggenggam kedua tangan Nana erat, membuat Nana semakin tidak karuan. Organ tubuhnya seakan berhenti bekerja, kecuali jantungnya yang memompa darah lebih cepat. Nana berusaha mengembalikan dirinya ke dunia nyata dan bersikap sewajarnya, menatap mata Ryewook dan mencari setitik kebohongan. Nihil. Ia hanya menemukan tatapan penuh kasih sayang disana, tidak ada kebohongan. Anggukan kecil terlihat dari Nana, disambung sebuah senyuman manis darinya. Ryeowook membulatkan matanya tak percaya, tangannya beralih mendekap Nana erat – erat. Nana membalasnya dengan sebuah senyuman manis.
“Gomawo...Saranghaeyo.”

~~~

“Silahkan kalian tuliskan apa yang akan kalian lakukan setelah lulus SMA. Saya beri waktu sepuluh menit, setelah selesai kumpulkan di meja saya.”
“Ne, arraseo seongsanim.” Jawaban serempak keluar dari mulut para murid tingkat 3 Hangang International Highschool. Satu persatu dari mereka mulai menggoreskan pena mereka diatas selembar kertas. Cita – cita mereka, keinginan mereka, rencana mereka, semua yang akan mereka lakukan selepas dari jenjang Sekolah Menengah Atas mereka tuliskan satu persatu.
“Kau sudah selesai?” tanya seorang namja berkacamata pada seorang yeoja berambut panjang yang sibuk menggoreskan penanya.
“Belum, sedikit lagi...nah!” Nana menutup pulpennya lalu mulai menatap kertas di genggaman tangannya.
“Boleh aku lihat?” Ryeowook membetulkan letak kacamatanya yang sempat miring. Nana menganggukan kepalanya sambil tersenyum lalu memberikan kertasnya pada Ryeowook.
“Penyanyi?” tanya Ryeowook serius, sedangkan Nana menganggukan kepalanya dihiasi penuh senyum.
“Kamu tidak akan kuliah?”
“Mwolla. Mungkin aku akan berlatih bernyanyi dengan Jung Soo oppa saja.” Nana menopang dagu dengan tangan kanannya, matanya berbinar. Itu benar – benar keinginannya.

“Kau sendiri mau jadi apa Wookie?” tanya Nana, lalu Ryeowook menyerahkan kertasnya yang hampir terisi penuh.

“Kuliah Jurusan Department of Architecture and Building Engineering di Seoul National University? Daebak!” Nana bertepuk tangan pelan melihat tulisan di kertas Ryeowook lalu kembali menatap sosok di depannya kemudian menahan tawa.

“Kau benar – benar memikirkan masa depan.” Decak Nana kagum, sahabat-yang sekarang kekasihnya-ini memang serius soal masa depan. Berbeda sekali dengan Nana yang benar – benar melakukan apapun sesuai keinginannya tanpa tekanan atau paksaan dari siapapun. Nana mengambil kertas miliknya dan kertas Ryeowook lalu meletakannya di meja guru dihadapan mereka.

“Kajja.” Nana menarik tangan Ryeowook menuju pintu keluar kelas, Ryeowook menahan tangan Nana dan memasang wajah bingung.

“Eodiga?” tanya Ryeowook sambil melihat kedalam kelas, beberapa pasang mata memperhatikan mereka bahkan diantaranya ada yang berbisik – bisik.

“Keluar. Kita sudah selesai kan?” ucap Nana santai lalu kembali menarik tangan Ryeowook keluar kelas, jauh menuju belakang sekolah mereka.

“Kita mau kemana?” tanya Ryeowook kedua kalinya, namun kali ini nadanya lebih tajam. Mereka sudah sangat jauh dari ruangan kelas.

“Aissh, ikuti saja aku. Cerewet.” Ujar Nana dengan nada jahil sambil menjulurkan lidah, lalu meninggalkan Ryeowook sendirian.

“Aigoo, chagiyaa..” Ryeowook berlari mengejar Nana yang berjalan mendahuluinya. Nana hanya tertawa kecil lalu berlari menghindari Ryeowook, namun usahanya gagal.

“Ya! Kim Ryeowook turunkan aku sekarang juga!”

“Aissh tidak usah berteriak begitu, katakan dulu kau mau kemana.”

“Andwae, turunkan aku dulu.” Ucap Nana dengan nada memelas dan wajah manjanya. Ryeowook mendecak pelan lalu menurunkan Nana dari gendongan tangannya perlahan. Inilah dirinya, selalu mengalah pada Nana. Entah kenapa.

Nana menarik tangan Ryeowook ke sebuah rumah berdinding bening di belakang sekolah. Samar – samar terlihat warna warni di dalamnya.

“Ayo masuk.” Ucap Nana lalu membuka pintu berdinding kaca itu pelan dan menarik tangan Ryeowook masuk.

“Waaw...” Ryeowook memandang kagum berbagai tanaman warna – warni dihadapannya. Tempat ini terlihat sangat luas dari dalam, membuat pemandangannya semakin indah saja.

“Bagus kan?” tanya Nana dengan nada percaya diri, merasa bahwa ialah yang menemukan tempat seindah ini.

“Kita tidak akan dimarahi seongsanim kan?” tanya Ryeowook membuat Nana terkekeh pelan dan menarik tangannya menyusuri tanaman bunga yang berada disamping kanan dan kirinya. Diam – diam Ryeowook mengambil beberapa tangkai bunga yang sudah jatuh, namun tidak menghilangkan keindahan bunga tersebut. Nana sibuk mencium satu persatu wangi berbagai macam bunga mawar dihadapannya dan sesekali tersenyum manis kemudian berjalan kembali. Ryeowook memandang Nana sambil tersenyum manis, menatap keindahan dihadapannya. Bukan, bukan keindahan bunga yang berada di tempat itu. Melainkan kecantikan dan kelembutan yeoja yang berada dihadapannya, yeoja yang ia kenal lebih dari sepuluh tahun, dan menjadi kekasihnya beberapa bulan lalu. Lama sekali ia mengenalnya, namun ia tak pernah bosan. Yeoja bernama Park Ji Nana ini memang tak pernah kehilangan pesonanya, dimata Ryeowook ia benar – benar yeoja sempurna yang mewarnai hidupnya.

“Wookie...” Nana menghentikan langkahnya lalu menatap Ryeowook sebal. Sedangkan yang ditatap hanya menyembunyikan sebelah tangan dibalik tubuhnya.

“Wae?”

“Kau kenapa diam saja? Kau tidak suka? Apa bunganya tidak indah?” tanya Nana panjang lebar, membuat Ryeowook tersenyum manis. Jantung Nana berdegup kencang melihat senyum indah dihadapannya.

Kau lebih indah. Kau harusnya tau itu.” Ucap Ryeowook sambil memakaikan rangkaian bunga yang ia kumpulkan sejak tadi dan berbentuk sebuah mahkota bunga warna warni. Nana hanya tersenyum malu, rona merah muda menghiasi pipinya. Namja dihadapannya membuat paru – paru Nana protes minta diberi oksigen secepatnya. Tangan Ryeowook membelai pipi yeoja dihadapannya lembut, lalu menatap mata dan bibir Nana bergantian. Wajah namja itu mendekat perlahan, membuat Nana harus mengatur detak jantungnya mati – matian lantas memejamkan matanya. Wajah Ryeowook kurang dari sejengkal dari wajah Nana hingga akhirnya...

“Siapa disana?” suara seorang ahjussi membuat Nana membuka matanya kembali, Ryeowook berusaha menahan tawanya lalu menarik tangan Nana keluar dari rumah kaca itu melalui pintu belakang. Nana tertawa kecil kemudian mengikuti langkah cepat namja di hadapannya, namja yang sudah membuatnya berdebar percuma tadi.

 

~~~

Seorang namja merapikan kemejanya sebelum mengetuk pintu berwarna putih di depannya. Ia menarik nafas dalam, lalu memandang kembali amplop putih di tangannya. Amplop yang diterimanya setelah pengumuman kelulusan SMA nya beberapa bulan lalu.

 

*TOK TOK TOK

 

“Aaaa~ Ryeowook-ssi!” Seorang namja ramah berlesung pipi membuka pintu tersebut.

“Annyeonghaseyo Jung Soo hyung.” Sapa Ryeowook ramah sambil membungkuk dan tersenyum.

“Annyeonghaseyo, ayo masuk.” Ucap namja yang biasa disapa Jung Soo hyung oleh Ryeowook, oppa dari Nana.

“Aku bisa bertemu dengan Nana hyung?”

“Aah ne, dia ada di atas. Sedang membereskan kamarnya.” Ucap Jung Soo sambil menyiapkan minuman untuk tamunya.

“Gomawo.” Ryeowook menaikki tangga dan bergegas mencari kamar dengan pintu berhiaskan warna merah, warna kesukaan Nana. Seorang yeoja membuka pintu kamarnya lebar – lebar, kardus dengan barang – barang tampak memenuhi lantai kamarnya. Tangannya sibuk melepas poster dan foto – foto dinding yang akan dikemasnya ke kardus yang lain.

“Kau sedang apa?” tanya Ryeowook hati – hati melihat pemandangan yang tersaji dihadapannya.

“Wookie! Kau bisa bantu aku? Aku ingin memindahkan barang – barang ini ke gudang.” Nana melanjutkan kegiatannya setelah sesaat menengok ke arah Ryeowook.

“Kau benar – benar sedang sibuk?” tanya Ryeowook membuat Nana kembali menoleh padanya lalu menghentikan kegiatannya sejenak.

“Ada yang ingin aku katakan padamu.” Ryeowook menatap Nana serius lalu menggenggam erat amplop yang berada di tangan kanannya. Nana menatap Ryeowook heran, terakhir ia melihat wajah serius itu adalah saat namja itu menyatakan perasaannya satu tahun ke belakang.

“Apa itu?” tanya Nana yang disambut uluran tangan Ryeowook, menyerahkan amplop berwarna putih itu. Nana membuka amplop tersebut dan membaca isi surat di dalamnya. Nana menatap surat itu dan membentuk sebuah senyuman manis.

“Chukkae!” Nana menghambur ke pelukan Ryeowook, dipeluknya namja itu erat. Tangannya mengendur perlahan, merasakan bahwa namja itu tidak membalas ataupun merespon tindakannya barusan.

“Waeyo?”

“Kau...senang?” tanya Ryeowook dengan nada lirih lalu menatap Nana lekat – lekat.

“Tentu saja! Kau berhasil meraih impianmu sejak dulu kan?” Nana tersenyum tanpa beban, lalu memandang kembali surat dari Seoul National University di tangannya.

“Sekarang bantu aku bawa kardus ini ke gu...”

“Aku tidak bisa.” Potong Ryeowook lalu mengambil surat itu kembali.

“Waeyo?”

“Aku harus pergi...sekarang.” Nana menatap namja dihadapannya, mencoba tegar dan menahan air matanya yang siap jatuh kapan saja.

“Kau pernah bilang kalau kau tidak mau berhubungan jarak jauh kan?” Ryeowook menghela nafasnya perlahan sebelum melanjutkan kalimatnya

“...dan aku ingin serius untuk kuliahku jadi...”

“Gwenchana.”

“Mwo???”

“Nan gwenchanayo. Aku...tau pasti akan begini.” Nana tersenyum simpul menyembunyikan isakan tangisnya yang mendesak ingin keluar. Ia berbalik lalu meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.

“Kalau begitu...aku pergi dulu. Mianhae sudah mengganggu.” Ujar Ryeowook lirih lalu mundur beberapa langkah dari kamar Nana.

“Ne, choisimera.” Ucap Nana dengan nada ceria tanpa membalikkan tubuhnya menghadap Ryeowook. Namja itu menutup pintu kamar Nana kemudian melangkah pergi. Nana berbalik, memastikan kalau namja itu sudah sangat jauh dari kamarnya kemudian jatuh terduduk. Isakan kencang keluar dari mulutnya, air mata jatuh membasahi pipinya. Tangannya menyingkirkan barang – barang diatas meja tanpa peduli, membuat suara benda berjatuhan keras diatas lantai.

Selamat tinggal, kau seharusnya bahagia.” Ucap Nana lirih dan nyaris tidak terdengar.

 

~~~

Suara musik terdengar memenuhi ruangan, beberapa orang ada yang ikut menari mengikuti musik. Beberapa ada yang sedang mengobrol, menikmati hidangan, namun berbeda dengan dua orang yeoja yang sedang berbincang serius di salah satu meja.

“Nana...” yeoja dengan rambut yang digulung keatas juga mengenakan baju berwarna hijau muda itu melambaikan tangan di depan wajah sahabatnya.

“Aish, kau melamun lagi.” Ujar yeoja cantik bernama Eun Ran itu pada Nana sahabatnya.

“Hmm? Mianhae...kau bilang apa barusan?” Nana tersenyum tipis pada Ran lalu berusaha mengatakan ‘mianhae, aku baik – baik saja’ dengan tatapan matanya.

“Kau ini kenapa? Kau tidak senang dengan pesta ini?” tanya Ran sambil menopang dagunya dan memasang wajah aegyo andalannya.

“Aku...tentu saja senang sahabatku ini berulang tahun.” Jawab Nana polos sambil tersenyum manis, menyembunyikan rasa sakitnya yang belum juga sembuh.

“Apa ini ada hubungannya dengan Ryeowook?” tanya Yuan Ri yang mengambil tempat duduk di sebelah Nana. Yeoja yang ditanya membulatkan matanya kemudian memberikan tatapan penuh tanya pada Yuan Ri, bagaimana bisa pertanyaannya tepat sasaran?

“Aa..a..apa maksud..mu?”

“Ck..jelas sekali kalau pertanyaanku itu tepat.” Yuan Ri meneguk minuman yang berada di hadapannya, lalu kembali menatap Nana lekat – lekat.

“Ayolah, Nana yang kami kenal tidak seperti ini.” Ran memegang tangan Nana mencoba memberi semangat.

“Lupakan saja namja itu Nana. Namja kan masih banyak.” Timpal Hae Na yang entah sejak kapan sudah duduk disamping Ran. Nana hanya tersenyum tipis, ia benar – benar tidak bisa melupakan namja yang sudah hampir belasan tahun mengisi hidupnya. Dan tiga bulan kemarin, pergi jauh meninggalkannya keluar kota untuk menggapai impian namja itu sejak kecil.

“Aku...tidak bisa. Kalian tau kan bagaimana Ryeowook dimataku? Tidak...tidak ada yang bisa menggantikannya.” Ucap Nana lirih lalu mengalihkan pandangannya pada beberapa orang namja yang sedang bernyanyi diatas panggung. Sebenarnya ia tidak bermaksud benar – benar menyimak penampilan namja itu, hanya saja ia ingin mengalihkan pandangannya. Menghindari tatapan dari sahabat – sahabatnya.

“Kami tidak meminta kau menggantikan posisi Wookie dengan orang lain. Kami cuma ingin Nana yang kami kenal bertemu orang lain yang bisa membuatnya lebih baik. Bukan lesu seperti ini.” Ucap Hae Na yang membuat teman – temannya terbelalak kaget.

“Daebak! Kau terbentur dimana sampai bisa mendapatkan kata – kata sebagus itu yang ada kaitannya dengan masalah ini?” Ran berdecak kagum, disambut tawa renyah dari Yuan Ri disampingnya.

“Aissh kalian ini.” Hae Na mendesah keras lalu meneguk minuman di hadapannya, dua sahabatnya tertawa geli melihat tingkah Hae Na. Namun Nana masih terdiam dan menatap kearah panggung, mencoba menghindari ‘introgasi’ lain dari sahabatnya itu. Ran berbisik kepada Yuan Ri lalu memasang evilsmirk, disambut anggukan setuju dari Yuan Ri.

“Sie Na!” Ran memanggil seorang yeoja dengan dress biru muda sebatas lutut yang baru saja turun dari lantai dansa.

“Ran!” Sie Na berlari kecil menuju Ran, sepatu dengan hak yang cukup tinggi tidak menghambat yeoja itu dalam berlari.

“Kau kenal salah satu dari mereka kan?”

“Mmm...ah ne. Wae?” tanya Sie Na sambil melihat kearah panggung. Ran berbisik pada Sie Na sambil tersenyum manis, sedangan Sie Na langsung tersenyum cerah,  mengerti apa maksud Ran saat ini.

“Kai! Kesini sebentar!” panggil Sie Na pada seorang namja bertubuh tinggi dan berwajah tampan. Namja itu menghampiri kumpulan yeoja yang berkumpul di salah satu meja dengan senyum yang semakin menambah tingkat ketampanannya.

“Kenalkan, ini sahabatku Nana...Park Ji Nana.” Ujar Sie Na yang disambut tatapan bingung dari Nana, sedangkan sahabatnya yang lain tersenyum simpul.

“Mmm...Kim Jong In imnida. Kau bisa memanggilku Kai.” Namja itu mengulurkan tangan dan mau tak mau Nana harus menyambutnya juga.

“Park Ji Nana imnida. Kau bisa memanggilku Nana.” Nana tersenyum manis, berhasil memikat namja yang berada di hadapannya kurang lebih 30 detik, dan baru saja berkenalan dengannya 5 detik yang lalu. Kai mencoba mengajak Nana mengobrol cukup lama, membuat yeoja itu tidak melamun seperti tadi.

Aku tidak bisa melupakanmu Kim Ryeowook. Aku benar – benar tidak bisa.” Batin Nana lirih.

 

~~~

“Kyu tidak bisa tidur kalau?”

“Belum memasang kain diatas bantal untuk tempat air liurnya menetes!”

Suara tawa terdengar keras dari balkon sebuah rumah minimalis dengan desain modern. Beberapa sumpit berada di dalam sebuah gelas kecil yang menutupi sebagian tubuh sumpit itu. Seorang namja menggerakan gelas tersebut sehingga sumpit yang berada di dalamnya berubah posisi secara acak, kemudian gelas itu diletakan kembali. Sekelompok remaja yang terdiri dari 5 orang namja dan 5 orang yeoja itu mengambil sumpit hingga habis tak bersisa.

“Ha! Aku dapat yang putih!” Seorang namja berlesung pipi dan bertubuh kekar bersorak riang, sedangkan yeoja disampingnya hanya mengerucutkan bibirnya karena ia mendapatkan sumpit dengan ujung berwarna merah.

“Waaah pas sekali!” Seorang namja berambut hitam tertawa puas kemudian diakhiri ringisan pelan karena pinggangnya dicubit oleh sepupunya yang mendapat sumpit dengan ujung berwarna merah itu.

“Mmm...apa yang kau lakukan setelah menelponku dimalam hari?” tanya Siwon yang membuat pipi Ran bersemu merah, heran apa yang harus dikatakannya untuk menjawab.

“Ah! Aku tau!” Hae Na berteriak semangat, disambut tatapan membunuh dari Ran yang seakan berkata ‘jangan katakan yang aneh – aneh!’

“Dia mengangkat barbel dan berharap tubuhnya lebih kekar dari Siwon!” Semua orang terdiam sejenak, kemudian suara tawa membahana. Ran menghela nafas lega, setidaknya itu tidak benar – benar ia lakukan setelah ia menelpon Siwon kekasihnya.

“Donghae-ah! Kenapa lama sekali?” tanya Eunhyuk sambil melihat kearah pintu, temannya itu membawa seseorang di belakangnya.

“Aku bertemu Ryeowook di jalan, ia menanyakan dimana Nana tinggal sekarang.” Ucap Donghae sambil tersenyum, menarik Ryeowook ke hadapan teman – temannya.

“Annyeonghaseyo.” Ucap Ryeowook sambil membungkuk kemudian langsung menatap hangat pada sosok yang dirindukannya. Nana membalas tatapan namja yang dulu berkacamata itu sambil tersenyum manis, Kai melirik Ryeowook dan yeoja disampingnya. Ia merasa ada sesuatu diantara yeoja ini dan namja yang sedang mengambil tempat duduk di sebelah Kyuhyun. Suasana hening, Ran merasa sedikit kesal dengan keadaan ini. Untuk apa namja itu kembali?

“Aigoo kenapa jadi sepi begini? Ayo main lagi!” ajak Heechul yang kemudian menambahkan dua batang sumpit  pada gelas dan mengaduk kembali gelasnya. Permainan kembali dimulai namun kali ini suasana menjadi lebih hangat, tepatnya untuk seorang yeoja dan mantan kekasihnya yang baru saja kembali. Semua tertawa melihat tingkah laku Eunhyuk yang berusaha menghindari pertanyaan dari Donghae mengenai koleksi kaset yadong miliknya, kecuali Kai. Namja itu merasa ada yang tidak beres disini, antara Ryeowook dan Nana. Ia merasa sakit tepat didadanya, hingga semua teman Nana memutuskan untuk pulang dan meninggalkan ia bersama Nana di teras rumah.

“Nuguya?” tanya Kai langsung pada inti masalah yang mengoyak batinnya sejak tadi.

“Hmm? Ryeowook? Dia...temanku sejak kecil.” Ucap Nana sedikit menekankan nada pada kata ‘temanku sejak kecil’

“Hmmm...aku yakin lebih dari itu.” Kai menatap tajam pada Nana yang ada disampingnya, membuat Nana sedikit takut.

“Dia pasti memilikki hubungan denganmu kan? Dan itu bukan teman.”

“D..dia...mantan namja chinguku.” Nana menunduk lemas disambut helaan nafas berat dari Kai. Namja itu mulai gusar dengan jawaban yeoja chingunya.

“Kau masih mencintainya?”

“Mmm...sangat.” jawab Nana tanpa ragu, membuat Kai tertawa meremehkan. Merasa kehadirannya disamping Nana selama ini tidak ada artinya.

“Aigoo...untuk apa? Dia hanya masa lalumu kan?”

“Tapi kami kenal selama belasan tahun dan...”

“Dan itu masa lalu! Sekarang kau yeojaku!” Kai menyentak keras lalu menatap yeoja disampingnya lebih tajam. Yeoja itu menunduk dan membasahi celana panjangnya dengan air mata yang mengalir begitu saja.

“Tapi kami memilikki banyak kenangan.”

“Dan itu hanya kenangan! Iya kan Park Ji Nana?” Kai memanggil nama lengkap yeoja itu dengan nada penuh amarah, terlihat sekali kalau ia merasa diremehkan. Nana menatap Kai nanar, ucapan Kai memang sepenuhnya benar. Tapi kenyataannya, Nana memang tidak bisa melupakan sosok itu, sosok seorang Kim Ryeowook.

“Kamshamnida untuk semuanya Nana-ssi.” Namja itu memakai jaketnya dan berjalan menuju sebuah mobil berwarna hitam. Bunyi ban yang berdecit menggesek jalan terdengar jelas di telinga Nana. Yeoja itu masih menangis. Bukan. Bukan karena ia sedih diputuskan secara sepihak oleh Kai. Tapi ia merasa kenapa menjadi sebodoh ini hanya karena seorang Kim Ryeowook?

 

~~~

 

“Iya! Kau tau dosenku itu menyebalkan bukan? Bahkan dia pernah menggoda Siwon dihadapanku.”

“Hahahahaahahahahaha, seongsanim memang genit.” Yeoja itu melirik ponsel merah yang bergetar diatas meja, kemudian tersenyum sebelum membaca pesan singkat didalamnya.

“Wookie?” tanya Ran yang disambut anggukan kecil dari Nana yang sedang tersenyum riang.

“Kalian menjalin hubungan lagi?”

“Aniya, hanya saling memberi kabar.” Ucap Nana tidak mengalihkan pandangan dari ponselnya, lalu membalas pesan singkat yang berisi ‘Kau sedang apa sekarang? ^^’.

“Ya!”

“Kau bilang kau akan melupakan Wookie, tapi sekarang?” Ran menatap Nana lekat – lekat yeoja pemilik ponsel yang baru saja direbutnya tadi.

“Iya, tapi...dia kembali.” Nana memasang wajah merajuk lalu mengambil ponselnya yang sempat dirampas Ran barusan.

“Kau yakin dia tidak akan pergi lagi?” tanya Ran penuh selidik, Nana menatap Ran setelah membalas pesan singkat di ponselnya. Yeoja itu menghela nafasnya perlahan, pertanyaan Ran membuat kepalanya sedikit berdenyut.

“Mwollaseo.”

“Sudah kuduga. Oh ya! Kau bisa mengantarkan aku membeli buku sore ini Nana?” tanya Ran sekedar mengalihkan pembicaraan.

“Hmm? Sore ini? Aku..ada janji.” Ucap Nana malu – malu, rona merah muda bersemu di pipinya.

“Dengan Wookie?” Nana menganggukan kepalanya membenarkan ucapan sahabatnya itu. Ran mendecak kesal dan membuang pandangannya keluar cafe.

“Rannie, aku hanya ingin mengenang waktu bersamanya sebagai sahabat.” Nana berkata dengan nada memelas, membuat Ran kembali menatapnya.

“Terserah kau saja. Aku hanya mendoakan yang terbaik untukmu.”

“Aaa~ gomawo Lee Eun Ran sahabatku yang paling baik di dunia.” Nana tersenyum riang lalu memeluk sahabatnya erat – erat

 

~~~

“Kau masih suka menyanyi?” tanya Ryeowook pada Nana yang sedang merapikan rambutnya.

“Ne, oppa bilang aku sudah banyak memilikki kemajuan.” Yeoja itu menjawab dengan penuh semangat kemudian berdehem pelan menstabilkan suaranya.

“Biar...aku yang bernyanyi untukmu kali ini.” Ryeowook menaruh telunjuknya di depan bibir yeoja itu dan mulai bernyanyi.

 

Seoongani majimagirago geutorok saranghan geudaegaeh

(Keadaan ini adalah dimana kau kehilangan seseorang yang sangat kau cintai)

 

Neon dolliryeo haedo woolmyeo maedallyeodo

(Meskipun kau mencoba berputar kembali padaku, meskipun kau memelukku dan menangis)

 

geunyang shirhdamyeo heyeojimeul marhan naya

(Aku satu – satunya yang mengatakan tidak dan menawarkan perpisahan kita)

 

Sakit. Itu yang Nana rasakan saat mendengar nyanyian Ryeowook. Bukan karena suaranya yang buruk, hanya saja hatinya seperti tersayat saat mendengarnya. Ia bahkan belum pernah mendengar lagu ini sebelumnya, maksudnya yang sesakit dan setajam ini.

 

Nan hangsang kanghan cheokman hajiman

(Aku selalu berpura – pura kuat)

 

Pyeongsaeng neo hana jikil jashin eobseo ddeonan bigeophan namjaya

(Tapi aku memang lelaki pengecut yang tidak memilikki rasa percaya diri untuk melindungi dirimu selamanya)

 

Dashin na gateun saram saranghaji malgo

(Jangan cintai orang seperti aku lagi)

 

Dashin geuriweohal saram mandeulji malgo

(Jangan membuat seseorang merasa kehilangan lagi)

 

Neoman barabogo neo anim an dwaeseo

(Satu satunya yang hanya melihat dan membutuhkanmu seorang)

 

Harudo mot beotil mankeum saranghaejooneun saram manna jebal

(Pergilah cari seseorang yang sangat membutuhkanmu setiap harinya, kumohon)

 

“Berhenti!” Nana berteriak kencang, entah kekuatan darimana yang membuatnya berteriak sekuat dan sekencang itu.

“Waeyo?” Ryeowook mengusap pipi Nana lembut, ia hanya berbohong dan pura – pura tidak tau.

“Kau...seperti akan pergi jauh, meninggalkan...aku...” nafas yeoja itu tidak beraturan, antara mencari suara normal atau mengeluarkan isakan tangisnya sekarang juga. Ryeowook merengkuh wajah Nana dan membawanya ke dalam sebuah dekapan hangat, sesuatu yang sangat dirindukan Nana dari namja ini.

“Itu...hanya sebuah...lagu.” Ryeowook mendekap Nana erat, meyakinkan bahwa semuanya akan baik – baik saja. Ia berusaha menguatkan yeoja yang ia cintai itu sekaligus dirinya sendiri, ia sangat mengerti apa yang Nana rasakan sekarang. Ryeowook masih memeluk yeoja itu erat, berusaha memasukan semua cintanya dan meyakinkan kalau ia tidak akan benar – benar pergi meninggalkan Nana. Mungkin.

 

~~~

 

“Kajja kajja kajja!” Nana menggandeng Ryeowook masuk ke mobilnya dan membiarkan namja itu duduk di kursi pengemudi. Beberapa bulan Ryeowook kembali padanya membuat yeoja itu sangat bersemangat.

“Harus aku yang menyetir?”

“Mmm...terserah, tapi aku ingin kau membuktikan kau sudah membeli mobil bulan kemarin.”

“Aigoo...kau tidak percaya padaku?” Namja itu mulai menyalakan mesin mobil dan menatap yeoja disampingnya lembut. Ia memang sudah mempunyai kendaraan beroda empat itu, namun ia tidak membawanya karena Nana mengatakan kalau ia ingin jalan – jalan dengan menggunakan mobilnya saja. Mobil berjalan dengan stabil dan suasana hening didalam mobil. Entah kenapa suasana di dalam mobil menjadi seperti ini, menjadi canggung. Gerbang menuju sebuah perumahan di Gangnam sudah dilewati, hampir sampai ke sebuah rumah besar milik namja dengan senyum manisnya itu.

“Kau...tidak ada jadwal kuliah?”

“Ada.”

“Lalu kenapa tidak pergi kuliah?”

“Mmmm...bosan.”

“Bosan?” Ryeowook menghela nafasnya berat, yeoja ini belum berubah dari dulu. Ia memang malas untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi.  Namun karena permintaan appa nya, Nana terpaksa melanjutkan studi ke jurusan Seni Musik di Inha.

“Kau sudah memiliki namja chingu?” tanya Ryeowook membuat tawa Nana berhenti seketika.

“Mmm...ani.” jawab Nana tanpa ragu, Ryeowook hampir saja mengulas senyum manis sebelum ia disadarkan kembali oleh pertanyaan Nana.

“Kau sendiri?”

“Aku...sudah bertunangan.”

Jantungnya hampir saja berhenti saat mendengarnya, apa maksud namja ini?

“J..ji..jinjja? A-aa..chukkae!” Nana mencoba bersikap senatural mungkin disamping sahabatnya ini sambil mengulas senyum yang dianggapnya terlihat tidak terpaksa. Ryeowook tersenyum tipis disampingnya dan berusaha untuk tidak menatap mata Nana secara langsung.

“Kam...shamnida.”

“Siapa yeoja yang beruntung itu?”

“Dia yeoja yang manis, dia asistenku.” Ryeowook hanya memberikan keterangan singkat mengenai tunangannya itu, ia tak mau membuat luka Nana lebih dalam lagi. Nana memalingkan wajahnya keluar jendela perlahan. Ryeowook disampingnya tau betul apa yang dilakukan yeoja itu, dia menangis. Mobil berhenti didepan sebuah rumah modern yang sudah pasti di design sendiri oleh pemiliknya, dengan bentuk dan warna khas kesukaan Kim Ryeowook.

“Jeongmal Kamshamnida untuk hari ini dan tumpangannya Nana.” Ujar Ryeowook sambil melepaskan sabuk pengamannya.

“Ne, cheonmayo.” Nana tersenyum manis sampai Ryeowook keluar dari mobil dan memasuki rumahnya. Tangisnya pecah, ia benar – benar merasa jadi yeoja bodoh sekarang. Sekian lama ia mencoba melupakan namja itu dan membuka hatinya untuk namja lain. Tapi...ia kembali. Tiba – tiba. Sesuatu yang dikiranya tak akan mungkin kembali lagi dan mengorek rasa cinta yang bahkan masih meninggalkan bekas. Apa maksud sahabatnya ini? Dia pikir dia itu siapa? Seenaknya pergi kemudian datang lagi, kembali padanya yang nyaris berhasil melupakan kenangan mereka. Namun kembalinya namja itu bukan untuk menutupi atau mengobati luka Nana. Tapi malah menaburkan garam diatas lukanya, membuatnya semakin perih. Nana memutuskan untuk pergi dari rumah Ryeowook secepat yang ia bisa, mencoba meninggalkan cintanya juga disanya. Meskipun itu tidak mungkin

 

~~~

Seorang yeoja memasukki sebuah gedung penuh perasaan gugup. Seorang ahjussi mengaitkan tangan yeoja itu pada lengannya, mencoba menenangkan perasaan yeoja itu. Tampak seorang namja tampan berdiri beberapa meter dari sana, tersenyum manis dan membuat yeoja itu sedikit tenang. Ragu. Dihati yeoja itu masih ada perasaan ragu yang menggebu. Ia tidak yakin dengan semua ini, ia tak yakin apa yang ia lakukan sekarang benar atau tidak.

“Tolong jaga dia.” Ahjussi itu melepaskan tangan Nana dan memberinya kepada seorang namja tampan yang sudah berdiri disebelahnya. Ia tak bisa mendengar atau merasakan apapun. Telinganya seakan tuli dengan detak jantungnya sendiri. Namja itu menggerakan bibirnya seakan berkata

“Aku bersedia.” Nana hanya mengambil nafas panjang dan membalas senyum namja di hadapannya. Apa yang harus ia lakukan? Mengatakan apa yang namja ini katakan atau...

“Aku...tidak bersedia. Mianhae.” Yeoja itu melepas sepatunya lantas mengangkat ekor gaunnya cepat. Kakinya tidak berhenti berlari entah kemana, sama dengan air matanya yang jatuh tanpa perduli. Yeoja itu bingung. Ia harus kemana? Ia harus mencari kemana lagi namja itu? Namja yang ia ketahui akan bertunangan tiga tahun yang lalu. Namja yang masih menempati hatinya walau sudah mencabik perasaannya berkali – kali. Yeoja itu berdiri di sebuah halte bus, lantas menaikki bus yang baru saja lewat dihadapannya. Orang – orang memandang aneh kearahnya. Namun Nana tidak peduli, ia berharap Ryeowook akan berada di halte lain seperti dulu dan menaiki bus itu bersamanya. Ia duduk di bangku paling belakang, menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Semua orang berbisik dan mengatakan kalau yeoja ini gila dan kabur dari pernikahannya.

“Ryeowook.” Nana berbisik lirih hampir tidak terdengar. Bus ini cukup panjang dan luas untuk melihat siapa yang berada di bangku paling depan. Seorang namja berdiri dari duduknya, dan berbalik menatap yeoja di paling belakang.

“Nana.” Namja itu berjalan ke bangku ke paling belakang. Tubuhnya tidak sekuat dulu. Namja itu kini kurus dan putih pucat,  bibirnya membiru. Penyakit leukimia yang beberapa tahun terakhir menyiksanya membuat ia berbohong pada yeoja yang dicintainya. Berbohong kalau ia akan bertunangan segera. Padahal ia akan segera melakukan terapi di luar negeri. Bukan untuk menyembuhkan penyakitnya, tapi hanya memperpanjang umurnya. Berharap ia masih bisa bertemu yeoja itu selagi sempat. Nana berjalan ke depan dan menghampiri Ryeowook. Tangannya menyentuh pegangan yang terdapat di langit – langit bus bergantian. Membantunya menjaga keseimbangan untuk sampai pada pelukan namja itu. Ryeowook mendekap Nana erat, tidak peduli dengan suara gaduh yang ditimbulkan penumpang lain. Nana membalas pelukan namja itu tak kalah erat, mengabaikan jeritan histeris dari penumpang lain.

 

*KRIIIIIIIIIIIIIIT*

 

Tubuh sepasang namja dan yeoja itu terpental kearah depan, menimbulkan suara yang memilukan setiap orang yang mendengar. Entah kapan tubuh mereka sudah berada diatas aspal, darah mengucur dari mana – mana. Jeritan orang – orang terdengar membahana. Nana tersenyum, membelai pipi Ryeowook yang sudah berlumuran darah sama seperti dirinya. Namja itu juga tersenyum manis, dan merengkuh wajah yeoja itu dengan tangan kurusnya.

“A...a..aku...me...nepati...jan..jiku...Nana.” Ryeowook berkata lirih, hanya bisa didengar oleh yeoja di hadapannya.

“I...iya...ak..aku tau. Kam..sha..mnida.” Nana masih membelai pipi Ryeowook sebelum namja itu menutup mata untuk selamanya, mengulas senyum terakhir untuknya.

“Wookie...kam...shamnida...geuligo...nan neol...saranghae.” Mata yeoja itu turut terpejam, tangannya masih berada tepat di pipi Ryeowook. Namja itu menepati janjinya. Mereka kini meninggalkan dunia bersama – sama, menuju tempat yang lebih indah.

 

~~~

Hatiku pernah mencintai

Tapi perpisahan membuat itu tidak damai lagi..

Satu – satunya orang yang aku cintai tidak akan kembali lagi..

Satu – satunya yang aku cintai

Hatiku hanya setia padamu, menunggu adalah satu – satunya yang bisa aku lakukan..

 

Dan aku mencintaimu

Meskipun setiap malam aku mencoba menghapusmu dari pikiranku..

Kau ada di depanku, tapi aku tidak bisa menggapaimu

Aku tidak bisa melupakanmu, aku merindukanmu...

Semua yang aku hirup seperti kematian

Aku terlalu takut...

 

Aku akan menunggu, aku akan mencoba menunggu..

Jangan bilang kau meninggalkan aku demi diriku

Katakan kau meninggalkan aku demi dirimu sendiri..

Jika kau mencintaiku, kau pasti bisa membaca pikiranku..

Tolong tinggal kembali di dalam hatiku..

Sampai hatiku tidak mati, sampai hatiku berdetak lagi..

 

 

 

Otthe? Geje atau aneh kah alurnya? Ga sesuai judul? Hahahahahaha maaf saya kembali memenuhi notif facebook anda dengan ff jelek ini. Mian kalo feelnya ngga dapet. Makasih buat Jiyo sama Hae Na yang udah nyemangatin aku buat nulis lagi.Aku butuh kritik sama sarannya ya readers.

Gomawo, Saranghaeyooo ^^


0 komentar:

Posting Komentar