LIE
Annyeonghaseyo ^^
Yang mau baca silahkan, yang ngga juga gapapa ga maksa hehe ^^
Selamat membaca ^_^
Cast:
Find by yourself
Genre:
Romance
Author Miranti Rizkika a.k.a Kim Ri Yuan
NO COPAS! :D
“Hyung, apa aku harus memberitaukannya?”
“Tentu saja, itu akan menyakitkan kalau dia tau dari orang
lain.”
“Tapi aku tidak siap, aku takut.”
“Takut apa? Kau bergerak dalam Bidang Pelayanan Masyarakat
kan? Kau masih bisa menemuinya sesekali.”
“Hmm...baiklah, aku akan memberitaunya besok. Kamshamnida
hyung.”
“Ne, cheonmayo.”
Tubuh Leeteuk hyung perlahan menjauh dan menghilang di
ambang pintu. Menyisakan keraguan yang sebenarnya masih menyiksa batinku.
Haruskah aku memberitaukan ini padanya? Bagaimana kalau ia menangis? Atau
bahkan terluka? Aku bisa saja mengutuk diriku sendiri apabila aku membuatnya
menangis dan terluka. Bagaimana kalau aku menghilang saja darinya kemudian aku
muncul tiba – tiba dan memberitaukan semuanya? Ide yang bagus, tapi Kim Heechul
apakah 2 tahun adalah waktu yang sebentar? Bagaimana nasib yeoja itu kalau kau
menghilang selama 2 tahuuun? Baik, lebih baik aku memberitaunya besok! Harus!
~~~
Bangku ini selalu jadi tempat untukku kalau menunggunya selesai
kuliah. Kutatap lagi jam yang melekat di tangan kananku, wah aku terlalu cepat
2 menit dari biasanya.
“Oppa? Sudah lama?” tanya seorang yeoja yang muncul di
hadapanku tiba – tiba.
“Oh, tidak. Aku hanya terlalu cepat menjemputnya, dimana
Ri~ah?”
“Tadi sedang mengobrol sebentar dengan dosen. Tapi sudah
selesai kok, sebentar lagi juga pulang.”
“Oh...mmm ne. Kamshamnida Siena.”
“Cheonmayo.” Ucap yeoja itu yang kemudian berjalan menuju
sebuah mobil silver yang terparkir di halaman kampus. Kulihat seorang namja
yang membukakan pintu untuknya. Namja itu melambaikan tangannya ke arahku
sambil tersenyum kubalas dengan anggukan pelan dan melambaikan tangan. Cho
Kyuhyun dan Choi Sie Na, tumben sekali mereka tidak berkelahi seperti dulu.
“Oppa!” teriak seorang yeoja yang berhasil membuyarkan
lamunanku. Yeoja itu berlari ke arahku dan aku memasang wajah dingin andalanku.
Kubiarkan yeoja itu mendekatiku dan duduk disampingku.
“Oppa, mianhae aku terlambat.” Ucapnya dengan nada manja
yang hampir membuat pertahananku runtuh. Aku hanya diam dan membuang wajahku ke
arah yang berlawanan dengan wajahnya.
“Oppa.” Yeoja itu masih merajuk, kulihat dari sudut mataku
ia mengerucutkan bibirnya.
“Mianhae, aku tidak tau kalau Yong Seongsanim akan
memberikan tugas yang tidak aku mengerti. Jeongmal mianhae.” Ucapnya sambil
menunduk, membiarkan helaian rambut menutupi sebagian wajahnya. Ahh~ aku tidak
kuat lagi.
“Gwenchana, aku cuma bercanda.” Ucapku yang kemudian
mengecup kepalanya singkat.
“Ya oppa! Kenapa kau senang sekali menjahiliku!” ucapnya
sambil mencubit lenganku pelan.
“Hahahahhahahahahaha mianhae, akun suka melihat ekspresimu
seperti itu.” Ucapku sambil mencubit pipinya gemas. Kami pun larut dalam
obrolan hangat siang itu, Ri~ah menggenggam tanganku sambil sesekali memainkan
jariku dengan tangannya. Salah satu kebiasaannya. Tapi aku tidak pernah marah
padanya.
“Mmm, kau tidak ada acara lagi hari ini?”
“Ani, waeyo?” jawabnya sambil tetap memainkan tanganku
dengan jemarinya.
“Bagaimana kalau hari ini kita jalan – jalan?” tanyaku
dengan ekspresi seceria mungkin.
“Jinjja? Kau tidak sibuk?” tanyanya dengan nada manja, aish
memang sih akhir – akhir ini aku cukup sibuk dengan jadwal perform M&D
dimana – mana. Jarang sekali aku mengajaknya jalan – jalan.
“Aniyo, aku sedang kosong hari ini. Bagaimana?”
“Aku mau oppa. Aku mau!” Jawabnya sambil tersenyum manis,
membuat hatiku semakin berat untuk mengatakan ini.
“Kalau begitu kajja.” Ucapku sambil menggandeng tangannya
menuju mobilku. Kuperhatikan lekuk wajahnya sekali lagi, apa aku benar – benar
tega meninggalkan yeoja semanis ini? Aku benar – benar orang terjahat di dunia
kurasa. Kubukakan pintu mobil untuknya, kemudian aku juga masuk ke mobil dan
mulai menjalankan kendaraan ini. Sepanjang perjalanan Ri~ah bercerita tentang
apa yang dia alami hari ini, aku hanya tersenyum mendengarnya. Sesekali ia
memegang tanganku yang bebas dan tidak sedang memegang setir mobil. Pikiranku
menerawang jauh, berbenturan dengan apa yang yeoja ini bicarakan. Aku tidak
mencerna sama sekali apa yang ia biacarakan, yang aku lakukan hanya menatapnya
sesekali, membayangkan bagaimana perasaan yeoja ini nantinya.
Tanpa terasa mobilku sudah sampai di pusat kota Seoul,
kuparkirkan mobilku dan mengajaknya berjalan – jalan. Seoul memang indah saat
sore hari, ditambah lampu – lampu yang menghiasi Taman Gwanghamun.
“Oppa, aku mau makan ramen!” ucapnya manja sambil memeluk
lenganku.
“Ri~ah, kau tau kan aku tidak terlalu suka ramen.” Aku
memang tidak terlalu suka ramen, apalagi ramen identik dengan rasa pedas.
“Oppa.” Ucapnya sambil memasang wajah memohon.
“Aissh baiklah kajja.” Ucapku sambil mengacak rambutnya dan
merangkulnya menuju sebuah kedai ramen. Kumasuki kedai yang dipenuhi harum khas
dari ramen itu. Membiarkan yeoja itu memesan ramennya, sedangkan aku tidak memesan
apapun.
“Oppa tidak mau makan?”
“Aniya, aku tidak mau. Kau saja yang makan.” Ucapku sambil
tersenyum, sudah kubilang aku tidak suka ramen.
“Oppa, coba ya. Sedikiiit saja.” Ucapnya sambil mengambil
ramen dengan sumpit dan mengarahkannya ke mulutku.
“Baiklah, sedikit saja ya.” Ucapku sambil membuka mulut dan
lembaran ramen mulai masuk ke mulutku. Aissh kenapa pedas sekali!
“Oppa gwenchanayo?” ucap Ri~ah dengan ekspresi khawatirnya
sambil menyodorkan segelas air putih ke arahku. Langsung saja kuteguk sampai
setengah habis.
“Pedas sekali.”
“Hahahhaha, setidaknya kau sudah mencoba kan?”
“Ne ne, untung saja lidahku tidak terbakar.” Ucapku yang
membuat tawanya semakin keras, aku hanya tersenyum melihatnya. Apakah aku bisa
melihat tawa itu lagi nanti?
Kami pun memutuskan
untuk berjalan lagi ke daerah Myeongdong yang merupakan tempat dimana kami bisa
menemukan banyak factory outlet. Yeoja itu berhenti setelah melintasi sebuah
toko. Toko itu memajang beberapa gaun indah yang biasa digunakan untuk melangsungkan
sebuah pernikahan. Kulihat senyumnya mengembang dan matanya yang berbinar.
“Kau mau mencobanya?” kata – kata itu melebur begitu saja
tanpa kupikirkan terlebih dahulu.
“Boleh oppa?” tanyanya dengan sinar mata penuh harapan,
harapan bahwa aku tidak berbohong. Aku hanya menjawabnya dengan dua kali
anggukan dan menarik tangannya untuk masuk. Dia terlihat sangat bahagia,
membuat aku semakin sesak nafas. Kulihat dia mengamati sebuah gaun putih dengan
renda di bagian lengannya, gaun sederhana.
“Kau mau mencobanya?” tanyaku yang mungkin membuyarkan
lamunannya, dia menjawab dengan anggukan bahagia. Kuserahkan ia kepada pegawai
di toko itu sedangkan aku sendiri duduk di sebuah kursi untuk menunggunya.
Beberapa saat kemudian pegawai toko itu membukakan tirai ruang ganti. Aigooo
cantik sekali, apa aku bermimpi? Rambut ikalnya diikat separuh, menyisakan
beberapa helai rambutnya rang tergerai lepas. Tiara dengan bunga warna warni
menghiasi kepalanya, senyumnya yang manis kembali kulihat. Sebersit harapan
terpancar dari matanya, air mataku hampir saja jatuh kalau saja yeoja itu tidak
berputar sekali lagi menghadap cermin membelakangiku.
“Oppa, bagus tidak?” tanyanya dengan wajah polos yang
membuatku semakin tidak tega.
“Bagus, kau putri yang sangat cantik.” Ucapku sambil
tersenyum manis, membuat semburat merah muncul di kedua pipinya. Setelah mampir
ke toko itu, kuputuskan untuk membawanya ke tepi Sungai Han. Apakah ini
saatnya? Langit sudah berganti menjadi jingga, matahari mulai tenggelam
perlahan – lahan. Kudekap erat tubuhnya dari belakang, menghirup aroma shampoo
strawberrynya yang selalu kusuka.
“Chagiya?” tanyaku sambil mengeratkan tanganku di tubuhnya.
“Ne?” jawabnya dengan nada yang kedengaran amat bahagia
meskipun hanya satu kata.
“Apa kau mencintaiku?” Ucapku lalu mengecup singkat pucuk
kepalanya.
“Tentu saja oppa, aku sangat mencintaimu.” Jawabnya yang
membuatku menahan air mata sekuat mungkin. Setelah itu kami berdua terdiam,
menikmati pemandangan tepi Sungai Han saat petang.
“Ri~ah?”
“Hmm?”
“Aku...aku ingin hubungan kita berakhir.” Kenapa aku
mengatakannya? Heechul bodoh!
“Mmm? Jangan bercanda oppa, ini tidak lucu.”
“Aku tidak bercanda, aku serius.” Ucapku berusaha
mengeluarkan ekspresi dingin dan cuek.
“Serius, ooh...mmm, tapi kenapa?”
“Aku tidak mencintaimu lagi, aku...ingin hubungan kita
berakhir sampai disini.” Ucapku dengan nada tegas yang hampir bisa membunuh
diriku sendiri. Kenapa kau tidak jujur saja Heechul bodoh?
“Oh, arraseo. Jika itu memang mau oppa.” Jawabnya dengan
nada sangat dipaksakan. Mengapa kau selalu begini Ri~ah? Menyembunyikan rasa
sakitmu di depan orang lain?
“Oppa, aku...harus pulang. Eomma pasti mencari.” Ucapnya
dengan nada dingin dan sedikit terisak.
“Baiklah kajja.” Ucapku lalu mengajaknya ke mobil untuk
mengantarnya pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan kami hanya diam, Ri~ah
bahkan hanya menghadapkan wajahnya ke jendela yang terletak tepat di
sampingnya. Mianhae Kim Ri Yuan, jeongmal mianhae...
Kuparkirkan mobilku tepat di depan rumahnya, kubukakan pintu
untuknya dan membiarkan yeoja itu melangkah menuju pintu rumahnya.
“Gomawo untuk hari ini oppa.” Ucapnya sambil tersenyum
manis. Kutarik tangannya dan membawanya ke dalam dekapanku. Kukecup keningnya,
membiarkan air mata ini mengalir dengan bebasnya. Ri~ah mendorong tubuhku untuk
menjauh, membuat jiwaku sedikit tersentak.
“Mianhae oppa, ini sudah malam. Sebaiknya kau pulang.”
Ucapnya yang kemudian melangkah pelan untuk masuk ke rumahnya, namun setelah
beberapa langkah yeoja itu melangkahkan kakinya cepat diakhiri dengan suara bantingan
pintu. Jeongmal mianhae Ri~ah, aku jahat...
If you ask me why, I
have nothing to say because there are so many reasons.
Even if I take an
entire day, I can't say it all
Please think again
about saying you want to break up
If that's not enough,
I will tell you
~~~
Satu setengah tahun berlalu sejak aku pergi untuk wajib
militer. Masih dengan perasaan bersalah yang amat sangat. Bagaimana kabarnya
sekarang? Apa wajahnya masih sama? Aku belum pernah menghubunginya sekalipun
sejak peristiwa itu. Aku memang benar – benar namja pengecut. Aku tidak
mengatakan bahwa aku akan wajib militer karena aku tidak ingin mengekangnya.
Aku ingin membebaskannya, aku tidak ingin ia menungguku selama 2 tahun yang
membuatnya tersiksa. Aku ingin dia bahagia, meskipun bukan denganku...
hello, how are are
you?
is your face still
cute like before..
pouring out my late
regards and my late farewells, i write..
~~~
Beberapa bulan lagi aku akan selesai melaksanakan
kewajibanku sebagai warga negara disini. Tak sabar rasanya untuk menemui yeoja
itu kembali. Ingin rasanya aku mengatakan semua permohonan maafku. Mendekapnya
erat dan menghapus semua rasa sakitnya sekalipun itu menyiksaku. Peserta
diberikan kesempatan untuk menghubungi keluarganya, satu orang diperbolehkan
menggunakan telepon tiga kali. Pertama aku gunakan untuk menghubungi keluargaku
di Gangwondo, menanyakan keadaan mereka dan menceritakan beberapa kejadian yang
kualami disini. Kedua aku gunakan untuk berbicara dengah hyungku Park Jung Soo
atau biasa kupanggil Leeteuk hyung yang sedang berada di Seoul. Dan
ketiga...tentu saja untuknya, untuk yeoja yang kucintai.
*tuuut tuuut tuuut
“Yoboseyo?” tunggu ini bukan suaranya.
“Yoboseyo, mmm bisa saya bicara dengan Yuan Ri?” tanyaku
sopan karena sepertinya aku berbicara dengan seorang ahjumma yang lebih tua
dariku.
“Mmmm Ri~ah?” ucap ahjumma itu dengan sedikit tercekat,
suaranya terdengar sedikit bergetar.
“Ne, apa aku bisa berbicara dengannya?” ucapku dengan
lembut, tak sabar untuk bisa berbicara dengannya, mendengar suaranya.
“Mianhae, Ri~ah tidak bisa diganggu. Ia sedang sibuk untuk
mengerjakan skripsinya. Ada yang perlu saya sampaikan?” tanyanya yang
sebenarnya membuat hatiku sedikit sakit. Baiklah, mungkin ia memang sedang
sibuk.
“Tidak perlu, terimakasih. Oh, jangan katakan kalau aku
menghubunginya. Kamshamnida, annyeong.” Ucapku kemudian menutup telepon.
Mungkin lebih baik aku memberitaunya nanti kalau aku sudah benar – benar
selesai. Sedikit kejutan mungkin, kuharap dia masih mencintaiku seperti dulu.
Aku akan membayar semua ucapanku dulu Ri~ah, aku janji...
one time, just one
more time, if i am to see you again, how nice would that be..
this lingering
attachment, these tears, i’ll erase everything
~~~
Akhirnya aku selesai melaksanakan tugasku. Ini saatnya untuk
kembali padanya, membayar semua yang aku lakukan dulu. Aku akan kembali
padanya, kembali pada hatinya. Meminta maaf padanya dan mengatakan yang
sebenarnya. Setelah sampai dirumah, aku segera mengambil kunci mobilku dan
pamit pada keluargaku. Kutelusuri jalan menuju rumahnya yang sampai saat ini
masih melekat di ingatanku. Jalan ini tidak banyak berubah, sama seperti dulu.
Kuparkirkan mobilku tepat di depan rumahnya, kuketuk pintu
rumahnya. Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya. Pintu itu perlahan terbuka,
membuat asa ini semakin tinggi. Asa penuh harapan yang hampir terkubur sekitar
2 tahun yang lalu.
“Annyeonghaseyo.” Sapaku ramah pada seorang namja bermata
sipit yang membukakan pintu. Mungkin ini salahsatu kakaknya, Ri~ah pernah
menceritakan padaku kalau ia mempunyai dua orang kakak. Aku tidak pernah
sekalipun menemui keluarganya karena keluarganya sering keluar kota.
“Annyeong, mmm nuguseyo?” ucap namja itu ramah sambil
membuka pintu lebih lebar, membiarkan wajahnya semakin tampak.
“Aku Kim Heechul, temannya Ri~ah. Apa dia ada?” tanyaku yang
membuat wajah namja itu merah padam, ekspresi wajahnya berubah seketika.
“Jadi kau yang bernama Kim Heechul???”
“Ne, aku Kim Heechul.”
“NEO!!”
*BUG
Namja itu tiba – tiba mengarahkan pukulannya ke arahku,
membuat ujung bibirku sedikit terluka.
“NEO!! Untuk apa kau kembali ha? Kau cukup membuat
dongsaengku tersiksa! Dasar namja berengsek!!” ucapnya sambil terus memukul
bagian tubuhku tanpa henti.
“Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti.” Ucapku terbata
tanpa perlawanan, aku benar – benar tidak tau apa yang terjadi.
“Jongjin~ah!! Uljimma!!” ucap seorang ahjumma yang keluar
dari rumah dan melerai seorang namja yang bernama Kim Jongjin itu.
“Kau namja sial! Takkan kuampuni!!” ucapnya sambil terus
melayangkan pukulannya ke arahku. Ahjumma itu memisahkan aku dan Jongjin, dan
membuat namja itu hampir kehabisan nafas. Aku hanya diam dan menyentuh ujung
bibirku yang berdarah.
“Jadi kau yang bernama Kim Heechul?” tanya ahjumma itu
dengan lembut dan mengajakku untuk masuk kedalam rumahnya. Aku hanya menjawab
dengan anggukan pelan dan membiarkan ahjumma itu menceritakan semuanya.
~~~
“RI~AH!!!” aku berlari sekencang mungkin menyusuri lorong rumah sakit dan mencari yeojaku itu. Tak peduli beberapa orang yang melihatku seperti orang gila yang sudah kehilangan harapan
“RI~AH!!!” aku berlari sekencang mungkin menyusuri lorong rumah sakit dan mencari yeojaku itu. Tak peduli beberapa orang yang melihatku seperti orang gila yang sudah kehilangan harapan
“Ri~ah...sebenarnya dia sudah lama mengidap
penyakit ini.”
“Penyakit? Penyakit
apa?”
“Dokter bahkan tidak
tau pasti apa namanya. Namun virus itu benar – benar ganas. Ia menyerang satu
persatu syaraf di otaknya.”
“Kim Ri Yuan! Mianhae!! Jeongmal mianhae!!” masih saja
kutelusuri lorong itu tanpa tau arah dan tanpa bertanya pada siapapun. Aku
berusaha sekuat tenaga untuk berlari dan mencarinya meskipun sekujur tubuhku
sakit rasanya namun tidak sebanding dengan sakitnya hatiku.
“Pada pertengahan
tahun ia kehilangan kemampuannya untuk merasakan sesuatu. Ia bilang lidahnya
kaku, tidak bisa merasakan apapun. Apa saja yang ia makan rasanya hambar namun
ia tetap tersenyum, meskipun aku tau jauh didalam batinnya tersiksa.”
Bodohnya kau Kim Heechul! Lihat hasil kebohonganmu
sekarang?? Lihat apa yang terjadi padanya?? Tidakkah kau jahat hah? Banyak
sekali alat yang terpasang di tubuhnya! Aku hanya bisa memanggil – manggil
namanya dari balik kaca ruangan steril itu.
“Enam bulan kemudian
ia kehilangan kemampuannya untuk melihat. Aku selalu saja menangis saat ia
selalu mengatakan namamu, berharap melihat wajahmu walau sekali saja sebelum
kehilangan panca indera yang lainnya. Bahkan ia masih menyebutkan namamu, saat
aku tanya apa keinginannya saat itu.”
Kedua suster berusaha menahanku untuk tidak masuk ruangan
itu. Aku tidak peduli! Aku harus bertemu dengannya! Minta maaf padanya atas
semua kesalahan yang aku lakukan hingga membuatnya begini. Kau jahat Kim
Heechul! Kau jahat!
“Beberapa saat yang
lalu, ia kehilangan kemampuannya untuk berjalan. Dia terus saja tersenyum
menutupi semua rasa sakitnya. Dan dia selalu berkata apabila ia diberikan
kesempatan untuk berjalan sekali lagi, ia ingin berjalan di atas altar menuju
ke arahmu, membuat sebuah ikatan penuh komitmen denganmu meskipun hanya
sebentar. Dia hanya ingin bahagia.”
Tubuhku mulai melemas, aku kelelahan. Aku jatuh terduduk di
depan pintu ruangan dingin itu. Mataku sudah bengkak entah seperti apa, bahkan
aku tidak peduli lagi tatapan kasihan orang – orang yang lewat dihadapanku. Aku
benci diriku! Aku benci Kim Heechul!
“Dokter memvonis
umurnya hanya beberapa bulan lagi. Sejak gejala pertama ia sudah divonis kalau
umurnya tersisa 2 tahun lagi. Namun dengan senyum manisnya Ri~ah tetap menjawab
‘2 tahun? Sepertinya waktu itu cukup untuk menemui Heenim, walau hanya sekali.
Aku akan menunggunya, jika aku masih mampu’.”
“Heechul oppa!” ucap suara yang sangat aku kenal, ini suara
Siena sahabatnya. Aku masih terduduk lemas dengan air mata yang mungkin sudah
mengering. Rasanya aku tidak bisa menangis lagi, air mataku sudah habis.
Kubiarkan Siena membawaku untuk duduk disebuah kursi didepan ruangan itu.
Rasanya aku benar – benar marah, marah pada diriku sendiri.
“Ri~ah menulis sepucuk
surat untukmu.” Ucap Jongjin hyung sambil memberikan sebuah amplop merah muda.
Kubuka perlahan amplop itu dan munculah sebuah kertas berwarna biru sapphire
yang berisi...
Hallo oppa! Masihkah
kau mengingat aku? Apakah kau masih sama seperti dulu? Aku harap kau masih sama
seperti dulu, masih mencintaiku. Aku tau aku bodoh, kau sudah bilang kalau kau
tidak mencintaiku lagi kan? Hahahaha, jangan khawatir oppa aku tidak akan
mengganggu hidup oppa meskipun aku masih mencintai oppa.
Disinilah akhirnya,
akhir dari segalanya. Satu – satunya kalimat yang hanya kuucapkan padamu
meskipun aku tau semua ini percuma. Aku mencintaimu lebih dari apapun, maaf
kalau aku pernah menyakitimu. Maaf kalau aku selalu terlambat saat kau ternyata
sudah menunggu sangat lama di depan kampus. Maafkan aku kalau aku sering
meminta permintaan yang memberatkanmu. Maafkan aku kalau aku sering membuatmu
meluangkan waktumu untukku meskipun oppa tidak menolaknya, aku tau sebenarnya
oppa sangat sibuk diluar sana. Maafkan aku kalau aku sering memainkan tanganmu
saat menyetir, aku senang sekali kalau oppa sudah menggandeng tanganku. Rasanya
hangat, aku benar – benar merasa nyaman saat itu.
Because in the end,
it's you
Because my last love
is you
Because the reason I
have lived is you
It's you, because it's
only you...
Because even if I die,
it's you
Because even if I'm
born again, it's you
Because I love you,
don't say anything else...
Saranghae...
Kim Ri Yuan~
“Aku tidak bisa Ri~ah! Aku bukan apa – apa tanpamu! Aku
tidak bisa hidup tanpamu, kumohon jangan tinggalkan aku. Kebahagianku hanyalah
dirimu. Kau boleh menggandeng tanganku kapan saja! Kau boleh terlambat jam
berapapun saat aku menjemputmu! Kau boleh mengajaku makan ramen sebanyak atau
sepedas apapun! Kau boleh memilih gaun pengantin manapun yang kau mau Ri~ah!
Aku bahkan akan menikahimu secepatnya kalau kau meminta. Kau boleh memaksaku
untuk menemanimu kapan saja dan kemana saja kau mau. Marahlah padaku Ri~ah!
Marahlah padaku! Aku pantas dihukum! Aku bahkan pantas mati karena melukaimu
Ri~ah kumohon jangan tinggalkan aku!” ucapku berbisik di telinganya. Kugenggam
tangannya erat – erat, berharap ia dapat mendengarku, berharap dia akan marah
padaku dan memintaku membayar semua kesalahanku. Berharap ia akan kembali
untukku, berharap ia tersenyum lagi padaku senyum yang dia berikan hanya
untukku.
Perlahan kulihat yeoja itu menggerakan tangannya, air mata
mengalir begitu saja dari matanya yang sejak tadi tertutup rapat. Kugenggam
tangannya, mengisyaratkan bahwa aku ada disini.
“Ri~ah, kau bisa mendengarku?” dia mengeratkan genggaman
tanganku pada tangannya, aku tau ia pasti mendengarku.
“Uljimma, jangan menangis. Aku ada disini, menunggu sampai
kau sembuh. Kalau kau sudah sembuh, kita makan ramen lagi, kita jalan – jalan
lagi, dan kita bisa membeli gaun yang kau inginkan itu. Kita bisa menikah
secepatnya ne? Jadi cepatlah sembuh, aku percaya kau pasti sembuh.” Ucapku
dengan lirih, butiran air bening kembali membasahi pipiku. Kubiarkan yeoja itu
menggenggam tanganku lebih erat. Merasakan apa yang ia rasakah saat ini,
merasakan rasa sakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Kuciumi lembut
tangannya dan menggenggamnya erat. Pegangan tangannya pada tanganku semakin melemas,
tangannya menjadi dingin. Sebuah alat di ruangan itu berbunyi kencang,
menimbulkan suara yang memilukan.
“RI~AAAAAAAAAAAAAH!!!!!!!!”
If this was going to
be an easily abandoned love,
I wouldn't have
started in the first place
There are still so many
things I haven't done for you
I can't be with anyone
else that's not you
If I beg like this,
will you look back? Oh please
~~~
Seorang yeoja dengan gaun putih itu perlahan berjalan
mendekatiku. Darahku berdesir, jantungku berdetak hebat. Yeoja itu semakin
dekat, kain tipis yang menutupi wajahnya tak mampu menyembunyikan
kecantikannya. Yeoja itu tersenyum, senyum yang selalu kurindukan selama
beberapa tahun terakhir. Kursi roda yang membantunya berjalan tidak membuat
buruk penampilannya sedikitpun. Senyum itu kembali diarahkan padaku, masing –
masing dari kami mengucapkan janji setia.
Alat pendeteksi
jantung itu berbunyi, menandakan bahwa jantungnya sudah tidak berdetak lagi.
Kuguncangkan tubuhnya dan berharap bahwa dia akan bangun. Dokter menanganinya
dan mencoba menolongnya dengan beberapa alat medis. Aku menunggu dengan bimbang
diluar ruangan itu, beberapa saat kemudian dokter itu keluar dan mengatakan
bahwa Ri~ah masih bernafas dan jantungnya masih berfungsi dengan baik. Aku
merasa sangat bahagia saat itu, aku merasa sangaat bahagia. Rasanya dunia
kembali ada dalam genggamanku, air mataku kembali mengalir deras karena bahagia.
Mulai sekarang aku berjanji tidak akan menyembunyikan apapun
lagi darinya. Aku tidak akan berbohong lagi dan membuatmu terluka. Aku janji.
I've loved you forever
in lifetimes before
And I promise you
never
Will you hurt anymore
I give you my word
I give you my heart
This is a battle we've
won
And with this vow,
forever has now begin...
Yeeeaaay! Selesai juga ff oneshot saya yang ke 3 yang super
gajelas ini. Hehhehe, mian ya kalau banyak typo atau jalan ceritanya yang
berbelit – belit. Maklum penulis amatir yang lagi insomnia jadinya gini deh...
Gomawo yang udah baca ^^
0 komentar:
Posting Komentar