Rabu, 10 Oktober 2012

LIE


LIE

Annyeonghaseyo ^^
Yang mau baca silahkan, yang ngga juga gapapa ga maksa hehe ^^

Selamat membaca ^_^

Cast:
Find by yourself
Genre:
Romance

Author Miranti Rizkika a.k.a Kim Ri Yuan
NO COPAS! :D


Kim Heechul P.O.V

“Hyung, apa aku harus memberitaukannya?”
“Tentu saja, itu akan menyakitkan kalau dia tau dari orang lain.”
“Tapi aku tidak siap, aku takut.”
“Takut apa? Kau bergerak dalam Bidang Pelayanan Masyarakat kan? Kau masih bisa menemuinya sesekali.”
“Hmm...baiklah, aku akan memberitaunya besok. Kamshamnida hyung.”
“Ne, cheonmayo.”

Tubuh Leeteuk hyung perlahan menjauh dan menghilang di ambang pintu. Menyisakan keraguan yang sebenarnya masih menyiksa batinku. Haruskah aku memberitaukan ini padanya? Bagaimana kalau ia menangis? Atau bahkan terluka? Aku bisa saja mengutuk diriku sendiri apabila aku membuatnya menangis dan terluka. Bagaimana kalau aku menghilang saja darinya kemudian aku muncul tiba – tiba dan memberitaukan semuanya? Ide yang bagus, tapi Kim Heechul apakah 2 tahun adalah waktu yang sebentar? Bagaimana nasib yeoja itu kalau kau menghilang selama 2 tahuuun? Baik, lebih baik aku memberitaunya besok! Harus!

~~~
Bangku ini selalu jadi tempat untukku kalau menunggunya selesai kuliah. Kutatap lagi jam yang melekat di tangan kananku, wah aku terlalu cepat 2 menit dari biasanya.
“Oppa? Sudah lama?” tanya seorang yeoja yang muncul di hadapanku tiba – tiba.
“Oh, tidak. Aku hanya terlalu cepat menjemputnya, dimana Ri~ah?”
“Tadi sedang mengobrol sebentar dengan dosen. Tapi sudah selesai kok, sebentar lagi juga pulang.”
“Oh...mmm ne. Kamshamnida Siena.”
“Cheonmayo.” Ucap yeoja itu yang kemudian berjalan menuju sebuah mobil silver yang terparkir di halaman kampus. Kulihat seorang namja yang membukakan pintu untuknya. Namja itu melambaikan tangannya ke arahku sambil tersenyum kubalas dengan anggukan pelan dan melambaikan tangan. Cho Kyuhyun dan Choi Sie Na, tumben sekali mereka tidak berkelahi seperti dulu.
“Oppa!” teriak seorang yeoja yang berhasil membuyarkan lamunanku. Yeoja itu berlari ke arahku dan aku memasang wajah dingin andalanku. Kubiarkan yeoja itu mendekatiku dan duduk disampingku.
“Oppa, mianhae aku terlambat.” Ucapnya dengan nada manja yang hampir membuat pertahananku runtuh. Aku hanya diam dan membuang wajahku ke arah yang berlawanan dengan wajahnya.
“Oppa.” Yeoja itu masih merajuk, kulihat dari sudut mataku ia mengerucutkan bibirnya.
“Mianhae, aku tidak tau kalau Yong Seongsanim akan memberikan tugas yang tidak aku mengerti. Jeongmal mianhae.” Ucapnya sambil menunduk, membiarkan helaian rambut menutupi sebagian wajahnya. Ahh~ aku tidak kuat lagi.
“Gwenchana, aku cuma bercanda.” Ucapku yang kemudian mengecup kepalanya singkat.
“Ya oppa! Kenapa kau senang sekali menjahiliku!” ucapnya sambil mencubit lenganku pelan.
“Hahahahhahahahahaha mianhae, akun suka melihat ekspresimu seperti itu.” Ucapku sambil mencubit pipinya gemas. Kami pun larut dalam obrolan hangat siang itu, Ri~ah menggenggam tanganku sambil sesekali memainkan jariku dengan tangannya. Salah satu kebiasaannya. Tapi aku tidak pernah marah padanya.
“Mmm, kau tidak ada acara lagi hari ini?”
“Ani, waeyo?” jawabnya sambil tetap memainkan tanganku dengan jemarinya.
“Bagaimana kalau hari ini kita jalan – jalan?” tanyaku dengan ekspresi seceria mungkin.
“Jinjja? Kau tidak sibuk?” tanyanya dengan nada manja, aish memang sih akhir – akhir ini aku cukup sibuk dengan jadwal perform M&D dimana – mana. Jarang sekali aku mengajaknya jalan – jalan.
“Aniyo, aku sedang kosong hari ini. Bagaimana?”
“Aku mau oppa. Aku mau!” Jawabnya sambil tersenyum manis, membuat hatiku semakin berat untuk mengatakan ini.
“Kalau begitu kajja.” Ucapku sambil menggandeng tangannya menuju mobilku. Kuperhatikan lekuk wajahnya sekali lagi, apa aku benar – benar tega meninggalkan yeoja semanis ini? Aku benar – benar orang terjahat di dunia kurasa. Kubukakan pintu mobil untuknya, kemudian aku juga masuk ke mobil dan mulai menjalankan kendaraan ini. Sepanjang perjalanan Ri~ah bercerita tentang apa yang dia alami hari ini, aku hanya tersenyum mendengarnya. Sesekali ia memegang tanganku yang bebas dan tidak sedang memegang setir mobil. Pikiranku menerawang jauh, berbenturan dengan apa yang yeoja ini bicarakan. Aku tidak mencerna sama sekali apa yang ia biacarakan, yang aku lakukan hanya menatapnya sesekali, membayangkan bagaimana perasaan yeoja ini nantinya.

Tanpa terasa mobilku sudah sampai di pusat kota Seoul, kuparkirkan mobilku dan mengajaknya berjalan – jalan. Seoul memang indah saat sore hari, ditambah lampu – lampu yang menghiasi Taman Gwanghamun.
“Oppa, aku mau makan ramen!” ucapnya manja sambil memeluk lenganku.
“Ri~ah, kau tau kan aku tidak terlalu suka ramen.” Aku memang tidak terlalu suka ramen, apalagi ramen identik dengan rasa pedas.
“Oppa.” Ucapnya sambil memasang wajah memohon.
“Aissh baiklah kajja.” Ucapku sambil mengacak rambutnya dan merangkulnya menuju sebuah kedai ramen. Kumasuki kedai yang dipenuhi harum khas dari ramen itu. Membiarkan yeoja itu memesan ramennya, sedangkan aku tidak memesan apapun.
“Oppa tidak mau makan?”
“Aniya, aku tidak mau. Kau saja yang makan.” Ucapku sambil tersenyum, sudah kubilang aku tidak suka ramen.
“Oppa, coba ya. Sedikiiit saja.” Ucapnya sambil mengambil ramen dengan sumpit dan mengarahkannya ke mulutku.
“Baiklah, sedikit saja ya.” Ucapku sambil membuka mulut dan lembaran ramen mulai masuk ke mulutku. Aissh kenapa pedas sekali!
“Oppa gwenchanayo?” ucap Ri~ah dengan ekspresi khawatirnya sambil menyodorkan segelas air putih ke arahku. Langsung saja kuteguk sampai setengah habis.
“Pedas sekali.”
“Hahahhaha, setidaknya kau sudah mencoba kan?”
“Ne ne, untung saja lidahku tidak terbakar.” Ucapku yang membuat tawanya semakin keras, aku hanya tersenyum melihatnya. Apakah aku bisa melihat tawa itu lagi nanti?

 Kami pun memutuskan untuk berjalan lagi ke daerah Myeongdong yang merupakan tempat dimana kami bisa menemukan banyak factory outlet. Yeoja itu berhenti setelah melintasi sebuah toko. Toko itu memajang beberapa gaun indah yang biasa digunakan untuk melangsungkan sebuah pernikahan. Kulihat senyumnya mengembang dan matanya yang berbinar.
“Kau mau mencobanya?” kata – kata itu melebur begitu saja tanpa kupikirkan terlebih dahulu.
“Boleh oppa?” tanyanya dengan sinar mata penuh harapan, harapan bahwa aku tidak berbohong. Aku hanya menjawabnya dengan dua kali anggukan dan menarik tangannya untuk masuk. Dia terlihat sangat bahagia, membuat aku semakin sesak nafas. Kulihat dia mengamati sebuah gaun putih dengan renda di bagian lengannya, gaun sederhana.
“Kau mau mencobanya?” tanyaku yang mungkin membuyarkan lamunannya, dia menjawab dengan anggukan bahagia. Kuserahkan ia kepada pegawai di toko itu sedangkan aku sendiri duduk di sebuah kursi untuk menunggunya. Beberapa saat kemudian pegawai toko itu membukakan tirai ruang ganti. Aigooo cantik sekali, apa aku bermimpi? Rambut ikalnya diikat separuh, menyisakan beberapa helai rambutnya rang tergerai lepas. Tiara dengan bunga warna warni menghiasi kepalanya, senyumnya yang manis kembali kulihat. Sebersit harapan terpancar dari matanya, air mataku hampir saja jatuh kalau saja yeoja itu tidak berputar sekali lagi menghadap cermin membelakangiku.
“Oppa, bagus tidak?” tanyanya dengan wajah polos yang membuatku semakin tidak tega.
“Bagus, kau putri yang sangat cantik.” Ucapku sambil tersenyum manis, membuat semburat merah muncul di kedua pipinya. Setelah mampir ke toko itu, kuputuskan untuk membawanya ke tepi Sungai Han. Apakah ini saatnya? Langit sudah berganti menjadi jingga, matahari mulai tenggelam perlahan – lahan. Kudekap erat tubuhnya dari belakang, menghirup aroma shampoo strawberrynya yang selalu kusuka.
“Chagiya?” tanyaku sambil mengeratkan tanganku di tubuhnya.
“Ne?” jawabnya dengan nada yang kedengaran amat bahagia meskipun hanya satu kata.
“Apa kau mencintaiku?” Ucapku lalu mengecup singkat pucuk kepalanya.
“Tentu saja oppa, aku sangat mencintaimu.” Jawabnya yang membuatku menahan air mata sekuat mungkin. Setelah itu kami berdua terdiam, menikmati pemandangan tepi Sungai Han saat petang.
“Ri~ah?”
“Hmm?”
“Aku...aku ingin hubungan kita berakhir.” Kenapa aku mengatakannya? Heechul bodoh!
“Mmm? Jangan bercanda oppa, ini tidak lucu.”
“Aku tidak bercanda, aku serius.” Ucapku berusaha mengeluarkan ekspresi dingin dan cuek.
“Serius, ooh...mmm, tapi kenapa?”
“Aku tidak mencintaimu lagi, aku...ingin hubungan kita berakhir sampai disini.” Ucapku dengan nada tegas yang hampir bisa membunuh diriku sendiri. Kenapa kau tidak jujur saja Heechul bodoh?
“Oh, arraseo. Jika itu memang mau oppa.” Jawabnya dengan nada sangat dipaksakan. Mengapa kau selalu begini Ri~ah? Menyembunyikan rasa sakitmu di depan orang lain?
“Oppa, aku...harus pulang. Eomma pasti mencari.” Ucapnya dengan nada dingin dan sedikit terisak.
“Baiklah kajja.” Ucapku lalu mengajaknya ke mobil untuk mengantarnya pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan kami hanya diam, Ri~ah bahkan hanya menghadapkan wajahnya ke jendela yang terletak tepat di sampingnya. Mianhae Kim Ri Yuan, jeongmal mianhae...

Kuparkirkan mobilku tepat di depan rumahnya, kubukakan pintu untuknya dan membiarkan yeoja itu melangkah menuju pintu rumahnya.
“Gomawo untuk hari ini oppa.” Ucapnya sambil tersenyum manis. Kutarik tangannya dan membawanya ke dalam dekapanku. Kukecup keningnya, membiarkan air mata ini mengalir dengan bebasnya. Ri~ah mendorong tubuhku untuk menjauh, membuat jiwaku sedikit tersentak.
“Mianhae oppa, ini sudah malam. Sebaiknya kau pulang.” Ucapnya yang kemudian melangkah pelan untuk masuk ke rumahnya, namun setelah beberapa langkah yeoja itu melangkahkan kakinya cepat diakhiri dengan suara bantingan pintu. Jeongmal mianhae Ri~ah, aku jahat...

If you ask me why, I have nothing to say because there are so many reasons.
Even if I take an entire day, I can't say it all
Please think again about saying you want to break up
If that's not enough, I will tell you

~~~

Satu setengah tahun berlalu sejak aku pergi untuk wajib militer. Masih dengan perasaan bersalah yang amat sangat. Bagaimana kabarnya sekarang? Apa wajahnya masih sama? Aku belum pernah menghubunginya sekalipun sejak peristiwa itu. Aku memang benar – benar namja pengecut. Aku tidak mengatakan bahwa aku akan wajib militer karena aku tidak ingin mengekangnya. Aku ingin membebaskannya, aku tidak ingin ia menungguku selama 2 tahun yang membuatnya tersiksa. Aku ingin dia bahagia, meskipun bukan denganku...

hello, how are are you?
is your face still cute like before..
pouring out my late regards and my late farewells, i write..

~~~
Beberapa bulan lagi aku akan selesai melaksanakan kewajibanku sebagai warga negara disini. Tak sabar rasanya untuk menemui yeoja itu kembali. Ingin rasanya aku mengatakan semua permohonan maafku. Mendekapnya erat dan menghapus semua rasa sakitnya sekalipun itu menyiksaku. Peserta diberikan kesempatan untuk menghubungi keluarganya, satu orang diperbolehkan menggunakan telepon tiga kali. Pertama aku gunakan untuk menghubungi keluargaku di Gangwondo, menanyakan keadaan mereka dan menceritakan beberapa kejadian yang kualami disini. Kedua aku gunakan untuk berbicara dengah hyungku Park Jung Soo atau biasa kupanggil Leeteuk hyung yang sedang berada di Seoul. Dan ketiga...tentu saja untuknya, untuk yeoja yang kucintai.

*tuuut tuuut tuuut

“Yoboseyo?” tunggu ini bukan suaranya.
“Yoboseyo, mmm bisa saya bicara dengan Yuan Ri?” tanyaku sopan karena sepertinya aku berbicara dengan seorang ahjumma yang lebih tua dariku.
“Mmmm Ri~ah?” ucap ahjumma itu dengan sedikit tercekat, suaranya terdengar sedikit bergetar.
“Ne, apa aku bisa berbicara dengannya?” ucapku dengan lembut, tak sabar untuk bisa berbicara dengannya, mendengar suaranya.
“Mianhae, Ri~ah tidak bisa diganggu. Ia sedang sibuk untuk mengerjakan skripsinya. Ada yang perlu saya sampaikan?” tanyanya yang sebenarnya membuat hatiku sedikit sakit. Baiklah, mungkin ia memang sedang sibuk.
“Tidak perlu, terimakasih. Oh, jangan katakan kalau aku menghubunginya. Kamshamnida, annyeong.” Ucapku kemudian menutup telepon. Mungkin lebih baik aku memberitaunya nanti kalau aku sudah benar – benar selesai. Sedikit kejutan mungkin, kuharap dia masih mencintaiku seperti dulu. Aku akan membayar semua ucapanku dulu Ri~ah, aku janji...

one time, just one more time, if i am to see you again, how nice would that be..
this lingering attachment, these tears, i’ll erase everything

~~~
Akhirnya aku selesai melaksanakan tugasku. Ini saatnya untuk kembali padanya, membayar semua yang aku lakukan dulu. Aku akan kembali padanya, kembali pada hatinya. Meminta maaf padanya dan mengatakan yang sebenarnya. Setelah sampai dirumah, aku segera mengambil kunci mobilku dan pamit pada keluargaku. Kutelusuri jalan menuju rumahnya yang sampai saat ini masih melekat di ingatanku. Jalan ini tidak banyak berubah, sama seperti dulu.
Kuparkirkan mobilku tepat di depan rumahnya, kuketuk pintu rumahnya. Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya. Pintu itu perlahan terbuka, membuat asa ini semakin tinggi. Asa penuh harapan yang hampir terkubur sekitar 2 tahun yang lalu.

“Annyeonghaseyo.” Sapaku ramah pada seorang namja bermata sipit yang membukakan pintu. Mungkin ini salahsatu kakaknya, Ri~ah pernah menceritakan padaku kalau ia mempunyai dua orang kakak. Aku tidak pernah sekalipun menemui keluarganya karena keluarganya sering keluar kota.
“Annyeong, mmm nuguseyo?” ucap namja itu ramah sambil membuka pintu lebih lebar, membiarkan wajahnya semakin tampak.
“Aku Kim Heechul, temannya Ri~ah. Apa dia ada?” tanyaku yang membuat wajah namja itu merah padam, ekspresi wajahnya berubah seketika.
“Jadi kau yang bernama Kim Heechul???”
“Ne, aku Kim Heechul.”
“NEO!!”
*BUG
Namja itu tiba – tiba mengarahkan pukulannya ke arahku, membuat ujung bibirku sedikit terluka.
“NEO!! Untuk apa kau kembali ha? Kau cukup membuat dongsaengku tersiksa! Dasar namja berengsek!!” ucapnya sambil terus memukul bagian tubuhku tanpa henti.
“Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti.” Ucapku terbata tanpa perlawanan, aku benar – benar tidak tau apa yang terjadi.
“Jongjin~ah!! Uljimma!!” ucap seorang ahjumma yang keluar dari rumah dan melerai seorang namja yang bernama Kim Jongjin itu.
“Kau namja sial! Takkan kuampuni!!” ucapnya sambil terus melayangkan pukulannya ke arahku. Ahjumma itu memisahkan aku dan Jongjin, dan membuat namja itu hampir kehabisan nafas. Aku hanya diam dan menyentuh ujung bibirku yang berdarah.
“Jadi kau yang bernama Kim Heechul?” tanya ahjumma itu dengan lembut dan mengajakku untuk masuk kedalam rumahnya. Aku hanya menjawab dengan anggukan pelan dan membiarkan ahjumma itu menceritakan semuanya.

~~~
“RI~AH!!!” aku berlari sekencang mungkin menyusuri lorong rumah sakit dan mencari yeojaku itu. Tak peduli beberapa orang yang melihatku seperti orang gila yang sudah kehilangan harapan

 “Ri~ah...sebenarnya dia sudah lama mengidap penyakit ini.”
“Penyakit? Penyakit apa?”
“Dokter bahkan tidak tau pasti apa namanya. Namun virus itu benar – benar ganas. Ia menyerang satu persatu syaraf di otaknya.”

“Kim Ri Yuan! Mianhae!! Jeongmal mianhae!!” masih saja kutelusuri lorong itu tanpa tau arah dan tanpa bertanya pada siapapun. Aku berusaha sekuat tenaga untuk berlari dan mencarinya meskipun sekujur tubuhku sakit rasanya namun tidak sebanding dengan sakitnya hatiku.

“Pada pertengahan tahun ia kehilangan kemampuannya untuk merasakan sesuatu. Ia bilang lidahnya kaku, tidak bisa merasakan apapun. Apa saja yang ia makan rasanya hambar namun ia tetap tersenyum, meskipun aku tau jauh didalam batinnya tersiksa.”

Bodohnya kau Kim Heechul! Lihat hasil kebohonganmu sekarang?? Lihat apa yang terjadi padanya?? Tidakkah kau jahat hah? Banyak sekali alat yang terpasang di tubuhnya! Aku hanya bisa memanggil – manggil namanya dari balik kaca ruangan steril itu.

“Enam bulan kemudian ia kehilangan kemampuannya untuk melihat. Aku selalu saja menangis saat ia selalu mengatakan namamu, berharap melihat wajahmu walau sekali saja sebelum kehilangan panca indera yang lainnya. Bahkan ia masih menyebutkan namamu, saat aku tanya apa keinginannya saat itu.”

Kedua suster berusaha menahanku untuk tidak masuk ruangan itu. Aku tidak peduli! Aku harus bertemu dengannya! Minta maaf padanya atas semua kesalahan yang aku lakukan hingga membuatnya begini. Kau jahat Kim Heechul! Kau jahat!

“Beberapa saat yang lalu, ia kehilangan kemampuannya untuk berjalan. Dia terus saja tersenyum menutupi semua rasa sakitnya. Dan dia selalu berkata apabila ia diberikan kesempatan untuk berjalan sekali lagi, ia ingin berjalan di atas altar menuju ke arahmu, membuat sebuah ikatan penuh komitmen denganmu meskipun hanya sebentar. Dia hanya ingin bahagia.”

Tubuhku mulai melemas, aku kelelahan. Aku jatuh terduduk di depan pintu ruangan dingin itu. Mataku sudah bengkak entah seperti apa, bahkan aku tidak peduli lagi tatapan kasihan orang – orang yang lewat dihadapanku. Aku benci diriku! Aku benci Kim Heechul!

“Dokter memvonis umurnya hanya beberapa bulan lagi. Sejak gejala pertama ia sudah divonis kalau umurnya tersisa 2 tahun lagi. Namun dengan senyum manisnya Ri~ah tetap menjawab ‘2 tahun? Sepertinya waktu itu cukup untuk menemui Heenim, walau hanya sekali. Aku akan menunggunya, jika aku masih mampu’.”

“Heechul oppa!” ucap suara yang sangat aku kenal, ini suara Siena sahabatnya. Aku masih terduduk lemas dengan air mata yang mungkin sudah mengering. Rasanya aku tidak bisa menangis lagi, air mataku sudah habis. Kubiarkan Siena membawaku untuk duduk disebuah kursi didepan ruangan itu. Rasanya aku benar – benar marah, marah pada diriku sendiri.

“Ri~ah menulis sepucuk surat untukmu.” Ucap Jongjin hyung sambil memberikan sebuah amplop merah muda. Kubuka perlahan amplop itu dan munculah sebuah kertas berwarna biru sapphire yang berisi...

Hallo oppa! Masihkah kau mengingat aku? Apakah kau masih sama seperti dulu? Aku harap kau masih sama seperti dulu, masih mencintaiku. Aku tau aku bodoh, kau sudah bilang kalau kau tidak mencintaiku lagi kan? Hahahaha, jangan khawatir oppa aku tidak akan mengganggu hidup oppa meskipun aku masih mencintai oppa.

Disinilah akhirnya, akhir dari segalanya. Satu – satunya kalimat yang hanya kuucapkan padamu meskipun aku tau semua ini percuma. Aku mencintaimu lebih dari apapun, maaf kalau aku pernah menyakitimu. Maaf kalau aku selalu terlambat saat kau ternyata sudah menunggu sangat lama di depan kampus. Maafkan aku kalau aku sering meminta permintaan yang memberatkanmu. Maafkan aku kalau aku sering membuatmu meluangkan waktumu untukku meskipun oppa tidak menolaknya, aku tau sebenarnya oppa sangat sibuk diluar sana. Maafkan aku kalau aku sering memainkan tanganmu saat menyetir, aku senang sekali kalau oppa sudah menggandeng tanganku. Rasanya hangat, aku benar – benar merasa nyaman saat itu.

Because in the end, it's you
Because my last love is you
Because the reason I have lived is you
It's you, because it's only you...
Because even if I die, it's you
Because even if I'm born again, it's you
Because I love you, don't say anything else...
Saranghae...

Kim Ri Yuan~

“Aku tidak bisa Ri~ah! Aku bukan apa – apa tanpamu! Aku tidak bisa hidup tanpamu, kumohon jangan tinggalkan aku. Kebahagianku hanyalah dirimu. Kau boleh menggandeng tanganku kapan saja! Kau boleh terlambat jam berapapun saat aku menjemputmu! Kau boleh mengajaku makan ramen sebanyak atau sepedas apapun! Kau boleh memilih gaun pengantin manapun yang kau mau Ri~ah! Aku bahkan akan menikahimu secepatnya kalau kau meminta. Kau boleh memaksaku untuk menemanimu kapan saja dan kemana saja kau mau. Marahlah padaku Ri~ah! Marahlah padaku! Aku pantas dihukum! Aku bahkan pantas mati karena melukaimu Ri~ah kumohon jangan tinggalkan aku!” ucapku berbisik di telinganya. Kugenggam tangannya erat – erat, berharap ia dapat mendengarku, berharap dia akan marah padaku dan memintaku membayar semua kesalahanku. Berharap ia akan kembali untukku, berharap ia tersenyum lagi padaku senyum yang dia berikan hanya untukku.

Perlahan kulihat yeoja itu menggerakan tangannya, air mata mengalir begitu saja dari matanya yang sejak tadi tertutup rapat. Kugenggam tangannya, mengisyaratkan bahwa aku ada disini.
“Ri~ah, kau bisa mendengarku?” dia mengeratkan genggaman tanganku pada tangannya, aku tau ia pasti mendengarku.
“Uljimma, jangan menangis. Aku ada disini, menunggu sampai kau sembuh. Kalau kau sudah sembuh, kita makan ramen lagi, kita jalan – jalan lagi, dan kita bisa membeli gaun yang kau inginkan itu. Kita bisa menikah secepatnya ne? Jadi cepatlah sembuh, aku percaya kau pasti sembuh.” Ucapku dengan lirih, butiran air bening kembali membasahi pipiku. Kubiarkan yeoja itu menggenggam tanganku lebih erat. Merasakan apa yang ia rasakah saat ini, merasakan rasa sakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Kuciumi lembut tangannya dan menggenggamnya erat. Pegangan tangannya pada tanganku semakin melemas, tangannya menjadi dingin. Sebuah alat di ruangan itu berbunyi kencang, menimbulkan suara yang memilukan.

“RI~AAAAAAAAAAAAAH!!!!!!!!”


If this was going to be an easily abandoned love,
I wouldn't have started in the first place
There are still so many things I haven't done for you
I can't be with anyone else that's not you
If I beg like this, will you look back? Oh please








~~~
Seorang yeoja dengan gaun putih itu perlahan berjalan mendekatiku. Darahku berdesir, jantungku berdetak hebat. Yeoja itu semakin dekat, kain tipis yang menutupi wajahnya tak mampu menyembunyikan kecantikannya. Yeoja itu tersenyum, senyum yang selalu kurindukan selama beberapa tahun terakhir. Kursi roda yang membantunya berjalan tidak membuat buruk penampilannya sedikitpun. Senyum itu kembali diarahkan padaku, masing – masing dari kami mengucapkan janji setia. 

Alat pendeteksi jantung itu berbunyi, menandakan bahwa jantungnya sudah tidak berdetak lagi. Kuguncangkan tubuhnya dan berharap bahwa dia akan bangun. Dokter menanganinya dan mencoba menolongnya dengan beberapa alat medis. Aku menunggu dengan bimbang diluar ruangan itu, beberapa saat kemudian dokter itu keluar dan mengatakan bahwa Ri~ah masih bernafas dan jantungnya masih berfungsi dengan baik. Aku merasa sangat bahagia saat itu, aku merasa sangaat bahagia. Rasanya dunia kembali ada dalam genggamanku, air mataku kembali mengalir deras karena bahagia.

Mulai sekarang aku berjanji tidak akan menyembunyikan apapun lagi darinya. Aku tidak akan berbohong lagi dan membuatmu terluka. Aku janji.

I've loved you forever in lifetimes before
And I promise you never
Will you hurt anymore
I give you my word
I give you my heart
This is a battle we've won
And with this vow, forever has now begin...



Yeeeaaay! Selesai juga ff oneshot saya yang ke 3 yang super gajelas ini. Hehhehe, mian ya kalau banyak typo atau jalan ceritanya yang berbelit – belit. Maklum penulis amatir yang lagi insomnia jadinya gini deh...
Gomawo yang udah baca ^^

0 komentar:

Posting Komentar