Sabtu, 10 Agustus 2013

RETURN (SEQUEL LAST FANTASY)



CAST :
You and Your’s

Genre:
Sad Romance


AUTHOR P.O.V

Aku kembali, untukmu...

~~~
Kau adalah cerita tak berujung untukku
Kau adalah jalan yang selalu ingin aku lalui,untukku
Kau adalah langit yang jauh untukku
Kau adalah udara yang selalu aku hirup

Gadis itu tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya sekarang. Lelaki yang ia cintai sejak lama itu berdiri di depan pintunya, dengan mawar kesukaannya, persis dengan khayalan yang baru saja ia lamunkan. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas membentuk sebuah senyuman tulus. Tapi tunggu, dia...kembali? Untuknya?

“Kau...masih mengingatku kan?” ucap lelaki itu sambil memasang wajah bingung, karena gadis dihadapannya belum mengeluarkan sepatah katapun.
“Tentu, aku...” gadis itu menggigit bibirnya ragu. “...hanya bingung harus mengatakan apa.”

Lelaki itu akhirnya tersenyum, lantas memberikan bunganya pada gadis dihadapannya. Sang gadis mempersilahkan lelaki itu masuk ke rumahnya, membuat laki – laki itu menggangguk lantas mendudukkan dirinya diatas sofa berwarna coklat lembut. Mata laki – laki itu mengamati sekeliling. Cukup aneh memang saat ini dia sebenarnya berada di dalam rumah gadis yang dulu asing baginya. Gadis yang entah sejak kapan sudah menjadi pemicu semangatnya untuk kembali ke sini, kota kelahirannya.

“Silahkan.” Suara lembut membuyarkan lamunan laki – laki itu, matanya lantas beralih menatap minuman yang disajikan oleh tangan gadis itu. Sebuah cahaya sedikit menyilaukan datang dari jemarinya.
“Mmm..terimakasih.” Laki – laki itu lantas tersenyum ragu, menyalahkan matanya bila sesuatu yang barusan ia lihat adalah salah.
“Bagaimana kabarmu?”
“Baik.” Gadis itu lantas duduk dihadapannya. Menjawab pertanyaannya dengan lembut namun terselip nada riang yang sedikit dipaksakan.
“Kau?”
“Eh? Aku..baik.” laki – laki itu tersenyum gugup, sesekali mencuri pandang pada jemari gadis dihadapannya.
“Bagaimana pekerjaanmu?”
“Baik, tidak terlalu sulit mencari pekerjaan di pusat kota seperti Paris.” Gadis itu tersenyum manis, tidak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan mendengar kabar baik dari laki – laki yang ia sayangi seperti dia. Lelaki itu melanjutkan bercerita tentang dirinya. Mulai dari saat ia nyaris salah waktu untuk pergi kesana karena musim dingin hanya akan menyebabkan seseorang depresi bagi yang kesana pertama kali, mulai menjalankan kuliahnya dengan serius sampai akhirnya ia mendapatkan gelar S3 dan mulai bekerja disalah satu perusahaan swasta besar disana karena dibantu oleh dosennya.
“Kau tau? Kenapa aku bisa melakukan semua itu?” Gadis itu menggeleng lantas menatapnya penuh tanya.
“Ini memang aneh...tapi, aku...merindukanmu.” Laki – laki itu sedikit lega begitu melontarkan kata – kata yang selama nyaris 8 tahun tersangkut di tenggorokannya. Gadis dihadapannya membelalakan mata tak percaya. Laki – laki ini pasti bergurau. Ah, atau ia terlalu banyak menambahkan gula pada teh yang dibuatnya tadi. Bagaimana bisa laki – laki ini mengeluarkan kata – kata semanis itu.

“Kau tau? Maaf, selama ini aku mengabaikanmu.” Laki – laki itu memandang lantai sambil memikirkan rangkaian kata untuk melanjutkan. Bertahun – tahun ia menahan rasa yang ada di dalam dadanya pada gadis ini. Bertahun – tahun ia dibuat sesak hanya karena berpura – pura tidak melihat saat dulu gadis ini lewat dihadapannya, atau sekedar duduk sendiri di seberang kelas hanya untuk melihatnya pulang. Membuat ia semakin penasaran. Namun ia sendiri menunda semua rasa penasarannya itu untuk fokus pada masa depannya. Gadis dihadapannya baru saja menghapus jejak air mata yang mengalir dipipinya sebelum laki – laki itu kembali mendongak dan tersenyum.

“Aku, bertahun – tahun menahan rasa sesak ini untukmu.”

~~~
Aku merasa hidup kembali saat bersamamu
Aku ingin hidup kembali hanya denganmu
Saat tanpamu aku bernafas
Tapi aku tidak bisa merasakan dan melihat apapun

Gadis ini masih tidak percaya semua peristiwa yang menimpanya sejak siang tadi. Laki – laki ini datang kehadapannya kemudian mengatakan kalau selama ini dia merindukannya. Ya Tuhan, ini pasti khayalan lagi.

“Kau, pasti berc-“
“Aku tidak pernah seserius ini sebelumnya.” Laki – laki itu memotong kata – kata gadis dihadapannya tegas. Memandang bola mata kecoklatan dihadapannya dengan tulus, mengisyaratkan kalau ia sangat jujur.
“Aku mohon, percayalah padaku. Aku...aku tau ini konyol. Mungkin ini terlihat seperti sebuah cerita yang tersusun rapi dan penuh kebohongan. Tapi inilah aku. Orang yang sudah mengabaikan semua perasaanmu sebelumnya, orang yang selalu kau lewati setiap jam istirahat, orang selalu menangkap basah matamu saat sedang menatapku pada jam pulang sekolah. Maaf, aku terlambat.” Gadis dihadapannya semakin tercekat, mendengar semua kejujuran yang meluncur dari mulut laki – laki dihadapannya. Ia bahkan tidak pernah tau sedalam ini perasaan laki – laki itu untuknya, selama ini rasa yang ditahan laki – laki itu untuk bertemu dengannya. Namun mengapa setelah mendengarnya, hatinya semakin sakit.
“Maaf.” Entah untuk ke berapa kali gadis itu mendengarnya hari ini.

“Aku...”
“Aku seperti orang mati saat akan meninggalkan kota ini, memikirkan bahwa aku tidak akan melihatmu lagi dalam waktu yang cukup lama. Memikirkan bahwa aku akan merasa sangat berdosa telah mengabaikanmu. Aku tak tau mengapa aku seperti ini. Bahkan saat aku pertama kali memandangmu dengan jarak yang cukup dekat. Aku menganggap itu sebagai pertemuan pertama yang membuat aku gila.” Laki – laki itu terkekeh pelan mendengar kata – kata yang baru saja ia ucapkan sendiri. Bagaimana bisa seorang laki – laki dingin sepertinya mengucapkan kalimat melankolis yang melebihi batas wajar seperti itu.

“Jadi, aku mohon...buatlah aku hidup kembali. Aku menc-“
“Cukup!” Laki – laki itu menatap gadis dihadapannya bingung. Sejak kapan pipi gadis itu basah?
“Aku mohon hentikan. Aku, tidak mau mendengarnya lagi.” Gadis itu terisak hebat. Kata – kata yang manis itu harusnya membuat seorang gadis terharu lalu menghambur memeluknya atau bahkan tersenyum bahagia. Tapi gadis ini, dia..menangis?

“Aku sangat senang mendengar semua yang memang ingin aku dengar selama ini. Tapi...kenapa?” Gadis itu kembali membiarkan bulir air mata jatuh di pipinya, membuat lelaki dihadapannya semakin bingung.

~~~
Kumohon jangan katakan itu
Jangan mencoba membuatku merasa lebih baik
Itu membuatku semakin kehilangan kesempatan untuk bernafas
Karena aku takut akan cinta
Aku tidak pernah ingin untuk melakukan itu lagi...

“Kenapa kau harus datang sekarang?” Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan, membuat punggung tangannya menghadap ke arah laki – laki itu. Sebuah benda menyilaukan itu kini tampak jelas dihadapan matanya. Pikiran yang tadi sempat membuatnya putus asa kini benar – benar membuatnya sesak. Sebuah benda perak dengan permata kecil melingkari jari manis gadis itu dengan angkuh. Seakan membuat perasaan laki – laki itu semakin hancur dengan kilauan permata dihadapannya.
“Maaf.”
“Maaf.”
Kedua insan itu berucap bersamaan, dengan perasaan yang mungkin sama sesaknya. Gadis itu menghapus air mata menggunakan tangannya. Membuat laki – laki itu pindah untuk duduk disampingnya. Lantas memeluk gadis itu erat, membuat gadis itu semakin terisak kencang.

Hati laki – laki itu kini seakan mati rasa. Tak bisa merasakan sedih ataupun bahagia, hanya rasa sesak yang memenuhi dadanya saat ini. Gadis didalam dekapannya tidak menolak atau bahkan melepaskan dekapan laki – laki itu. Tidak merasa bahwa ia adalah laki – laki jahat yang mencoba memeluk seorang gadis yang sudah bertunangan.

Laki – laki itu melepas pelukannya dan tersenyum kaku, menghapus jejak airmata dipipi gadis yang amat dicintainya. Mencoba menenangkan gadis itu dengan usapan lembut tangannya. Gadis itu  mulai tenang, merasakan usapan hangat telapak tangan lelaki itu dipucuk kepalanya. Mulai mengingat kembali sentuhan lelaki itu beberapa tahun silam, yang dulu membuatnya jatuh cinta habis – habisan. Namun sekarang sungguh keadaan yang berbeda, ia merasakan ‘jatuh’ dan ‘cinta’ sekaligus.

“Aku ingin kau berhenti menangis.” Laki – laki itu tersenyum manis dan memegang kedua belah pipi dihadapannya.
“Jangan menangis lagi. Aku tidak ingin ada seorang gadis yang mengadu pada calon suaminya karena telah diganggu oleh orang jahat.” Lelaki itu terkekeh pelan, membuat gadis dihadapannya tersenyum kecil.

“Aku bahagia...” Gadis itu tersenyum mendengarnya.
“Aku memang berharap kau menungguku, tapi...ini lebih baik. Kau sudah hidup dengan orang lain yang tidak akan menyia – nyiakanmu seperti aku. Dan aku yakin, dia akan menyayangimu lebih dibandingkan denganku.” Lelaki itu memandang sang gadis dengan tatapan dalam.

“Ah...sepertinya sudah cukup. Aku harus pulang.” Laki – laki itu lantas berdiri. “Ah aku lupa!” Lelaki itu menghabiskan teh yang sudah hampir dingin itu dengan sekali teguk, membuat gadis yang menghidangkannya tadi tertawa kecil.

Gadis itu menghantarkan tamunya sampai ke pintu depan hingga terdengar suara klakson mobil di depan rumahnya.

“Terimakasih untuk semuanya.” Laki – laki berkemeja abu itu lantas tersenyum dan membungkuk sopan, mengangguk sedikit pada laki – laki berkemeja putih yang baru saja keluar dari mobilnya.

“Siapa?”  Lelaki berkemeja itu memandang heran kepada orang yang baru saja melewatinya tadi, kemudian mencoba bertanya pada calon istrinya.
“Dia orang itu. Orang yang aku ceritakan. Orang yang membuatku akhirnya bertemu denganmu.”


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~THE END~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




0 komentar:

Posting Komentar