LAST FANTASY
Cast:
You & Yours
Genre:
Romance
Length :
990 words/ Ficlet
Author:
Miranti Rizkika a.k.a Kim Ri Yuan
Udara sejuk pagi hari mulai terasa, seiring dengan bunga
yang bermekaran pertanda awal musim semi. Mata gadis itu kini mulai terbuka perlahan,
menyesuaikan cahaya yang masuk menembus hazel matanya, merubah posisinya
menjadi duduk, kemudian memeluk lututnya yang masih berada dibawah selimut.
Sebuah kalender merah muda terpajang dengan angkuh di meja
nakasnya, membuat gadis itu menghela nafas menatapnya. Menyadarkannya bahwa
musim telah berganti, yang dirasa gadis itu sangat lama sekali.
Sebuah perubahan, pergantian, terasa lebih lama sejak sosok
itu pergi. Sosok yang biasanya mengisi hari – harinya, alasan untuk segala
senyumnya, juga penyebab untuk semua air mata yang ia jatuhkan. Dan kini sosok
itu telah pergi, pergi jauh meninggalkannya. Meninggalkannya? Mungkin bukan
seperti itu maksud lelaki itu meinggalkan gadis ini. Lelaki yang gadis ini
kagumi hanya pergi untuk menggapai mimpinya, tanpa maksud meninggalkan gadis
ini.
Kekasih? Sahabat? Atau saudara? Tidak. Mereka berdua sama
sekali tidak memilikki ikatan apapun. Hanya sebatas saling tau juga satu
sekolah, tidak lebih. Namun sejak pertengahan Oktober tahun lalu, lelaki ini
seakan mengubah semuanya. Saat gadis ini pertama kali bertemu dengannya dengan
cara yang berbeda. Ia melihat lelaki ini lebih dekat, bukan hanya sekedar lewat
ataupun tampak sebentar di hadapan matanya. Senyumnya yang tipis mampu
menyisakan segaris rasa pada gadis ini, rasa yang aneh dan sulit untuk hilang.
Tangan lelaki itu menyingkirkan daun yang berada di pucuk kepalanya. Hanya
sentuhan telapak tangan yang menyentuh ujung rambutnya, kemudian lelaki itu
tersenyum dan pergi. Gadis itu mengerjapkan matanya tidak percaya, sentuhan
hangat tangan lelaki itu bahkan masih terasa di pucuk kepalanya. Berlebihan
memang, tapi memang itu yang dirasakannya. Rasa yang tidak biasa, yang mengubah
gadis ini nyaris habis – habisan.
Tubuhnya bergerak untuk beranjak dari tempat tidur, kemudian
berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
~~~
Langit biru dan
beberapa potongan awan
Aku menggambar apapun
yang aku mau di tempat itu
Aku berpikir jika
suatu saat kita akan bertemu lagi
Akankah kau datang
kepadaku lagi?
~Last Fantasy~
Jemari mungil itu menyusuri helai demi helai rambutnya,
merapikan posisi rambut yang sebelumnya sedikit acak – acakan. Setelah mandi
dan sarapan, gadis itu kembali ke kamarnya. Memandang kamarnya yang memang
sedari tadi belum ia rapihkan. Tangannya tergerak untuk merapikan tempat tidur,
mengatur letak selimutnya menjadi lebih nyaman untuk dipandang. Beberapa
potongan awan terlihat melalui jendela kamar itu, bergerak perlahan sesuai
angin yang bertiup. Ia mendudukan tubuhnya diatas kursi dekat jendela,
memandang awan itu lebih lekat. Bibirnya mengulas senyuman tipis, sudah lama
sekali ia tidak melakukan ini, memandang awan setenang ini. Namun kali ini
berbeda, ia memandang awan ini sendirian. Biasanya ada yang menemaninya. Bukan,
bukan menemaninya. Hanya merebahkan tubuhnya diatas rumput yang terpaut cukup
jauh dari tempat gadis itu. Posisi mereka sama, hanya jarak yang cukup jauh
memisahkan mereka. Mata gadis itu sesekali melirik sembunyi – sembunyi, mencoba
melihat laki - laki yang berbaring jauh disana. Berkhayal bahwa laki – laki itu
melakukan hal yang sama dengannya, memandang awan itu bersamanya. Tapi mau
bagaimana? Bukankah ia hanya berkhayal? Ia tak tau laki – laki itu memandang
awan bersamanya atau tidak.
~~~
Hal – hal yang jauh
selalu terlihat lebih indah
Aku membayangkan
sedekat apa dunia akan menunjukkan dirimu padaku
Aku masih belia dan
penuh dengan rasa takut
Jika itu adalah
dirimu, bisakah aku bersandar podamu?
Akankah kau membuka
hatimu sedikit lagi?
Tidakkah kau
membutuhkan seseorang?
Seperti aku?
~Last Fantasy~
Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat – kuat, menepis semua
khayalan yang terbersit di benaknya. Ia tak mau berkhayal lagi, ia tak mau
terjatuh lagi. Ia tidak ingin merasakan sakit lagi, sakit yang teramat sangat
karena ia terlalu berharap lebih. Jatuh cinta memang indah. Namun berbeda bila
rasanya kau lebih merasakan ‘jatuh’ nya dibanding ‘cinta’ yang katanya sangat
manis itu. Hatinya kembali berdebat dengan pikirannya sendiri. Gadis ini
merindukannya, jauh di dalam hatinya. Otaknya diam – diam mengutuk kejadian
apapun yang kembali mengingatkannya pada laki – laki itu. Sekecil apapun hal
itu, pasti ada sangkut pautnya. Pagi harinya seperti berubah menjadi gelap
seperti malam. Dalam sebuah kebenaran, ia sendiri tidak tau mengapa ia bisa
sedih seperti ini. Seperti ada celah di hatinya setiap ia mengingat alasan laki
– laki itu pergi. Meninggalkannya. Meninggalkan semua khayalan yang tak akan
jadi nyata lagi, tanpa laki – laki itu. Meninggalkan semua perasaan yang
terlanjur menyelinap memasukki relung hatinya. Sial. Bahkan parfum laki – laki
itu seakan masih melekat kuat pada indra penciumannya. Gadis ini merasa sudah
gila. Ia tak bisa menahan perasaan ini lagi.
Jemarinya meraih pegangan laci berwarna coklat tua,
mengambil beberapa peralatan tulis dan kertas kosong. Sesuatu yang telah jarang
dilakukannya setelah laki – laki itu pergi. Pergi untuk meraih cita – citanya
sendirian, tanpa bantuan siapapun kecuali kemampuan dan keinginannya sendiri.
Tak ada yang salah dengan kepergiannya. Bahkan kalau tidak mengucapkan selamat
tinggal pun tidak apa – apa. Gadis ini tidak memilikki hubungan apapun
dengannya. Kenapa harus mengucapkan selamat tinggal? Bahkan mungkin, laki –
laki ini tidak memikirkan gadis itu sama sekali. Sedikit pun. Lagi – lagi.
Alasannya tentu saja karena mereka tidak mempunyai hubungan khusus. Siapa gadis
ini? Siapa laki – laki ini? Mungkin hanya gadis ini yang salah mencintainya dan
laki – laki ini yang tidak peka karena tidak menyadari perasaan itu sama
sekali.
Tanpa sadar tangannya menggoreskan sesuatu sejak tadi.
Sesuatu yang sebenarnya sudah melanggar janji yang dibuat gadis itu sendiri.
Berkhayal lagi. Mengkhayalkan sesuatu yang tentu saja nyaris tidak akan pernah
terjadi. Membayangkan laki – laki itu datang dengan mawar berwarna biru
sapphire favoritnya, kemudian berkata bahwa ia kembali untuknya. Gadis itu
menteskan air matanya, tangannya menepis aliran kecil dipipinya itu dengan
kasar. Kembali membuat janji dan bersumpah bahwa ini khayalan terakhirnya. Tak
akan ada lagi khayalan – khayalan lainnya yang bisa membuat gadis itu tertawa
atau menangis sekalipun.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, membuat jemari
mungil itu tergerak untuk merapikan rambut dan pakaiannya. Tubuhnya bergerak
menuju pintu utama. Ketukan kembali terdengar tepat sebelum gadis itu hendak
mengintip melalui jendela. Karena terburu ia langsung membuka pintu. Matanya
terbelalak, jantungnya berdebar hebat. Ia benar – benar tak percaya. Kemeja abu
– abu dan celana panjang hitam membungkus tubuhnya dengan sempurna. Bibirnya tersenyum
lebar dengan khas. Tangannya menyodorkan sekumpulan bunga berwarna biru
sapphire.
“Aku kembali, untukmu.”
~~~~~~~~~~~~~~~~~THE END~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
0 komentar:
Posting Komentar