Senin, 04 Maret 2013

[FICLET] LAST FANTASY


LAST FANTASY

Cast:
You & Yours

Genre:
Romance

Length :
990 words/ Ficlet

Author:
Miranti Rizkika a.k.a Kim Ri Yuan


Udara sejuk pagi hari mulai terasa, seiring dengan bunga yang bermekaran pertanda awal musim semi. Mata gadis itu kini mulai terbuka perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk menembus hazel matanya, merubah posisinya menjadi duduk, kemudian memeluk lututnya yang masih berada dibawah selimut.
Sebuah kalender merah muda terpajang dengan angkuh di meja nakasnya, membuat gadis itu menghela nafas menatapnya. Menyadarkannya bahwa musim telah berganti, yang dirasa gadis itu sangat lama sekali.
Sebuah perubahan, pergantian, terasa lebih lama sejak sosok itu pergi. Sosok yang biasanya mengisi hari – harinya, alasan untuk segala senyumnya, juga penyebab untuk semua air mata yang ia jatuhkan. Dan kini sosok itu telah pergi, pergi jauh meninggalkannya. Meninggalkannya? Mungkin bukan seperti itu maksud lelaki itu meinggalkan gadis ini. Lelaki yang gadis ini kagumi hanya pergi untuk menggapai mimpinya, tanpa maksud meninggalkan gadis ini.
Kekasih? Sahabat? Atau saudara? Tidak. Mereka berdua sama sekali tidak memilikki ikatan apapun. Hanya sebatas saling tau juga satu sekolah, tidak lebih. Namun sejak pertengahan Oktober tahun lalu, lelaki ini seakan mengubah semuanya. Saat gadis ini pertama kali bertemu dengannya dengan cara yang berbeda. Ia melihat lelaki ini lebih dekat, bukan hanya sekedar lewat ataupun tampak sebentar di hadapan matanya. Senyumnya yang tipis mampu menyisakan segaris rasa pada gadis ini, rasa yang aneh dan sulit untuk hilang. Tangan lelaki itu menyingkirkan daun yang berada di pucuk kepalanya. Hanya sentuhan telapak tangan yang menyentuh ujung rambutnya, kemudian lelaki itu tersenyum dan pergi. Gadis itu mengerjapkan matanya tidak percaya, sentuhan hangat tangan lelaki itu bahkan masih terasa di pucuk kepalanya. Berlebihan memang, tapi memang itu yang dirasakannya. Rasa yang tidak biasa, yang mengubah gadis ini nyaris habis – habisan.  
Tubuhnya bergerak untuk beranjak dari tempat tidur, kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

~~~
Langit biru dan beberapa potongan awan
Aku menggambar apapun yang aku mau di tempat itu
Aku berpikir jika suatu saat kita akan bertemu lagi
Akankah kau datang kepadaku lagi?

~Last Fantasy~

Jemari mungil itu menyusuri helai demi helai rambutnya, merapikan posisi rambut yang sebelumnya sedikit acak – acakan. Setelah mandi dan sarapan, gadis itu kembali ke kamarnya. Memandang kamarnya yang memang sedari tadi belum ia rapihkan. Tangannya tergerak untuk merapikan tempat tidur, mengatur letak selimutnya menjadi lebih nyaman untuk dipandang. Beberapa potongan awan terlihat melalui jendela kamar itu, bergerak perlahan sesuai angin yang bertiup. Ia mendudukan tubuhnya diatas kursi dekat jendela, memandang awan itu lebih lekat. Bibirnya mengulas senyuman tipis, sudah lama sekali ia tidak melakukan ini, memandang awan setenang ini. Namun kali ini berbeda, ia memandang awan ini sendirian. Biasanya ada yang menemaninya. Bukan, bukan menemaninya. Hanya merebahkan tubuhnya diatas rumput yang terpaut cukup jauh dari tempat gadis itu. Posisi mereka sama, hanya jarak yang cukup jauh memisahkan mereka. Mata gadis itu sesekali melirik sembunyi – sembunyi, mencoba melihat laki - laki yang berbaring jauh disana. Berkhayal bahwa laki – laki itu melakukan hal yang sama dengannya, memandang awan itu bersamanya. Tapi mau bagaimana? Bukankah ia hanya berkhayal? Ia tak tau laki – laki itu memandang awan bersamanya atau tidak.

~~~

Hal – hal yang jauh selalu terlihat lebih indah
Aku membayangkan sedekat apa dunia akan menunjukkan dirimu padaku
Aku masih belia dan penuh dengan rasa takut
Jika itu adalah dirimu, bisakah aku bersandar podamu?
Akankah kau membuka hatimu sedikit lagi?
Tidakkah kau membutuhkan seseorang?
Seperti aku?

~Last Fantasy~

Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat – kuat, menepis semua khayalan yang terbersit di benaknya. Ia tak mau berkhayal lagi, ia tak mau terjatuh lagi. Ia tidak ingin merasakan sakit lagi, sakit yang teramat sangat karena ia terlalu berharap lebih. Jatuh cinta memang indah. Namun berbeda bila rasanya kau lebih merasakan ‘jatuh’ nya dibanding ‘cinta’ yang katanya sangat manis itu. Hatinya kembali berdebat dengan pikirannya sendiri. Gadis ini merindukannya, jauh di dalam hatinya. Otaknya diam – diam mengutuk kejadian apapun yang kembali mengingatkannya pada laki – laki itu. Sekecil apapun hal itu, pasti ada sangkut pautnya. Pagi harinya seperti berubah menjadi gelap seperti malam. Dalam sebuah kebenaran, ia sendiri tidak tau mengapa ia bisa sedih seperti ini. Seperti ada celah di hatinya setiap ia mengingat alasan laki – laki itu pergi. Meninggalkannya. Meninggalkan semua khayalan yang tak akan jadi nyata lagi, tanpa laki – laki itu. Meninggalkan semua perasaan yang terlanjur menyelinap memasukki relung hatinya. Sial. Bahkan parfum laki – laki itu seakan masih melekat kuat pada indra penciumannya. Gadis ini merasa sudah gila. Ia tak bisa menahan perasaan ini lagi.
Jemarinya meraih pegangan laci berwarna coklat tua, mengambil beberapa peralatan tulis dan kertas kosong. Sesuatu yang telah jarang dilakukannya setelah laki – laki itu pergi. Pergi untuk meraih cita – citanya sendirian, tanpa bantuan siapapun kecuali kemampuan dan keinginannya sendiri. Tak ada yang salah dengan kepergiannya. Bahkan kalau tidak mengucapkan selamat tinggal pun tidak apa – apa. Gadis ini tidak memilikki hubungan apapun dengannya. Kenapa harus mengucapkan selamat tinggal? Bahkan mungkin, laki – laki ini tidak memikirkan gadis itu sama sekali. Sedikit pun. Lagi – lagi. Alasannya tentu saja karena mereka tidak mempunyai hubungan khusus. Siapa gadis ini? Siapa laki – laki ini? Mungkin hanya gadis ini yang salah mencintainya dan laki – laki ini yang tidak peka karena tidak menyadari perasaan itu sama sekali.
Tanpa sadar tangannya menggoreskan sesuatu sejak tadi. Sesuatu yang sebenarnya sudah melanggar janji yang dibuat gadis itu sendiri. Berkhayal lagi. Mengkhayalkan sesuatu yang tentu saja nyaris tidak akan pernah terjadi. Membayangkan laki – laki itu datang dengan mawar berwarna biru sapphire favoritnya, kemudian berkata bahwa ia kembali untuknya. Gadis itu menteskan air matanya, tangannya menepis aliran kecil dipipinya itu dengan kasar. Kembali membuat janji dan bersumpah bahwa ini khayalan terakhirnya. Tak akan ada lagi khayalan – khayalan lainnya yang bisa membuat gadis itu tertawa atau menangis sekalipun.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, membuat jemari mungil itu tergerak untuk merapikan rambut dan pakaiannya. Tubuhnya bergerak menuju pintu utama. Ketukan kembali terdengar tepat sebelum gadis itu hendak mengintip melalui jendela. Karena terburu ia langsung membuka pintu. Matanya terbelalak, jantungnya berdebar hebat. Ia benar – benar tak percaya. Kemeja abu – abu dan celana panjang hitam membungkus tubuhnya dengan sempurna. Bibirnya tersenyum lebar dengan khas. Tangannya menyodorkan sekumpulan bunga berwarna biru sapphire.

“Aku kembali, untukmu.”

~~~~~~~~~~~~~~~~~THE END~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

0 komentar:

Posting Komentar