THE BOOK ABOUT YOU AND I
Cast :
- Kim Hee Chul
- Kim Ri Yuan
- OC
Genre : Teen Romance, Fantasy
Annyeonghaseyo readersku tercintah :* Ada yang kangen sama saya? *ga ada*
Oke ini pertama kalinya saya bikin ff dengan genre Fantasy, dan hasilnya pasti jelek *biasanya juga jelek*
Draft nya udah lama banget dan baru tadi bisa diselesaikan, jadi maaf kalau typo atau apalah hehehehehe
Jujur maluuuuu banget ini nge-share nya gatau kenapa hehehehe
Okedeh selamat membaca ^^
Author Miranti Rizkika a.k.a Kim Ri Yuan! NO COPAS! :D
Author P.O.V
00.50am KST
Chunan, December 24th 2011
Seorang yeoja duduk termenung didepan layar laptop kesayangannya. Matanya berusaha untuk tidak berkedip, mencoba melihat siapa saja yang memperhatikannya. Maksudnya, yang peduli pada dirinya.
Jari tengahnya tampak sedang memutar scroll pada touchpad, berusaha menghilangkan rasa bosannya. Ia kembali membuka satu persatu tab dari sebuah jendela internet, memeriksa akun pribadinya satu persatu. Berharap ada setidaknya satu pemberitahuan yang bisa membuatnya bahagia, membuat rasa lelahnya hilang, atau harapannya sejak lama yang mungkin akan terwujud.
“Ah!” Matanya terbelalak ketika melihat sebuah tanda merah pada ujung kanan jendela akun pribadinya. Gadis ini menautkan semua jemari pada kedua tangan kanannya, dengan kedua sikunya yang bertumpu pada meja. Matanya terpejam, seolah sedang membuat harapan yang sangat besar. Ia menghela nafasnya, kemudian membuka kedua kelopak matanya sebelum jarinya kembali menggerakan kursor.
“Ah...sudah kuduga.” Ia mendesah kecewa, kemudian membalas sebuah ucapan selamat ulang tahun yang ternyata dari orang tak dikenal. Jemarinya mengetik sebuah balasan, kalimat yang ia ketik tampak sangat ceria namun berbeda dengan ekspresi datar yang terpancar dari wajahnya.
Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam saat gadis itu mematikan laptopnya cepat, berharap hari ulang tahunnya segera berlalu begitu saja. Berharap ia terbangun pagi nanti dengan biasa, melupakkan kejadian malam ini, tak perlu ada yang istimewa. Takut hatinya akan lebih sakit jika berharap terlalu tinggi.
06.12am KST
Chunan, December 24th 2011
Udara lembut pagi hari sudah menyapa, diiringi beberapa tetesan air diujung dedaunan. Matahari mulai menampakkan sinarnya, menembus celah – celah tirai kamar seorang yeoja. Sinar itu seharusnya bisa mengusik mimpi yeoja itu, tapi buktinya, suara alarm dari ponselnya bahkan seakan tak mampu mencapai gendang telinganya.
“Yak! Kim Ri Yuan!” suara lembut nan merdu menyapa telinganya. Ah, sebentar. Suara lembut nan merdu?
“Kyaaaaaaa!!” Yeoja itu lantas menendang namja yang lebih tua darinya sekitar dua tahun itu. Namun seperti biasanya, namja itu berhasil menghindar dari gerakan kaki dongsaengnya yang terkesan tiba – tiba.
“Sampai kapan kau mau tidur terus?”
“Aissh, ini kan hari Minggu oppa.”
“Ya! Mana ada hari Minggu ada dua kali dalam seminggu?” Namja itu lantas menjitak kepala dihadapannya tanpa ampun. Ia tak habis pikir, dosa apa dia mempunyai dongsaeng yang ‘agak’ pemalas macam ini.
“Aigoo...ne ne.” Yeoja itu bangun dari posisi berbaringnya lantas mengambil handuknya yang tergantung indah di samping lemari. Sesekali meregangkan tubuhnya sebelum mencapai pintu kamar mandi. Jongwoon –namja-itu- hanya bisa menggelengkan kepalanya, lantas melenggang keluar.
“10 menit, atau kau kutinggalkan.”
“Arraseo.”
Yeoja itu masuk ke kamar mandi memulai aktifitas rutinnya di pagi hari. Berusaha menepati waktu yang ditentukan oppanya tadi.
“Aissh aku benar – benar ditinggalkan.” Yeoja itu mendecak kesal kemudian mengambil sepotong roti yang tersisa tinggal satu, seharusnya masih banyak potongan roti disana. Ya, kalau saja ia lebih cepat lima menit.
“Ige mwoya??? Kim Jongwoon kau benar – benar.” Secarik kertas berbentuk memo tertempel dengan gagah di depan pintu garasinya.
‘KAU PAKAI SAJA SEPEDAKU. JANGAN PROTES!’
P.S : SAENGIL CHUKKAE HAMNIDA! ^^ KKK~
Menghela nafasnya pelan kemudian membuka pintu garasi dihadapannya. Sepeda berwarna biru tua itu masih kelihatan bagus, padahal sudah lama tidak digunakan. Mau bagaimana lagi? Satu – satunya cara untuk sampai ke sekolah dengan selamat dari hukuman, ya dengan sepeda itu. Seandainya ia tidak terlambat, ia pasti sudah berangkat menggunakkan mobil bersama oppanya.
Yuan Ri lantas menaiki kendaraan beroda dua itu dengan hati – hati. Kemudian meluncur keluar pagar rumahnya, dan menyusuri jalan perumahan yang sepi. Ia mulai mengayuh sepedanya lebih cepat, meminimalisir waktu untuk sampai ke sekolah.
“Kyaaaaaaa!!!”
BRUUUUKK
“Awwww!!!”
Seorang namja terpekik kesakitan setelah menerima sentuhan halus dan menyakitkan dari ban sepeda yang dikendarai Yuan Ri. Yeoja ceroboh itu lantas turun dan menghampiri namja tersebut. Awalnya ia hanya menghindari seekor kucing yang melintas, tapi namja ini tiba – tiba muncul dari sebuah gang kecil dari sisi kanan dan terjadilah kecelakaan bodoh ini.
“Omonaa. Gwenchanayo?”
Namja itu tidak menjawab. Hanya melirik Yuan Ri sekilas, kemudian kembali fokus pada memar di kakinya. Kakinya tidak berdarah, tapi rasanya pasti sakit sekali.
“Ah...jeongsohamnida.”
Yuan Ri membungkuk dan meminta maaf berkali – kali, namja itu masih tidak merespon. Namja ini bisu? Atau memar di kakinya membuat syaraf namja itu rusak sehingga ia tak bisa berbicara ataupun merespon ucapannya? Yeoja ini terlalu berlebihan sehingga memikirkan hal – hal seperti itu.
“Aissh..”
Namja itu hanya merespon dengan meringis, tanpa tertarik untuk menoleh ke arah yeoja itu sekalipun. Yuan Ri menggigit jarinya, ia tak tau apa yang harus ia lakukan. Matanya menangkap sesuatu, seragam namja itu sama dengan yang dipakai olehnya. Tanpa sengaja ia melihat tulisan yang tertera pada name tag yang terletak di sebelah kanan saku seragam namja itu. Ia hampir saja pingsan atau terkena serangan jantung saat melihatnya. Tidak mungkin, tidak mungkin namja itu. Namja yang ia kagumi sejak setahun yang lalu, namja yang ia putuskan untuk dilupakan sejak hari ulang tahunnya.
“Mmm...sepertinya kau satu sekolah denganku Heechul-ssi. Bagaimana kalau kau kuantar ke sekolah sebagai permintaan maafku?”
Namja itu akhirnya mengangkat kepalanya, menampakkan wajahnya yang sedari tadi tidak terlihat oleh Yuan Ri. Yeoja itu membulatkan matanya, hazelnya menangkap sebuah pesona yang tidak terelakan. Lututnya melemas, jantungnya berdebar dengan kecepatan yang tidak normal.
“B..bagaimana?”
Yuan Ri bertanya dengan hati – hati, takut ia salah berucap dan kembali membuat peristiwa bodoh hari ini. Namja itu mengangguk, kemudian mencoba untuk berdiri sambil tetap memegang kakinya. Yuan Ri mengulurkan tangannya dan disambut namja itu. Tiba – tiba menjalar sebuah rasa hangat dari tangan namja tersebut, membuatnya semakin gugup.
“Kajja...”
Ia kembali ke balik kemudi sepedanya, dan menunggu namja itu untuk naik di kursi tambahan di bagian belakang. Setelah merasa ada beban di bagian belakang sepedanya, yeoja itu kembali mengayuh. Yuan Ri nyaris tidak bisa berkonsentrasi sepanjang jalan. Ia tak habis pikir semua peristiwa bodoh ini menimpa orang sepertinya. Ah bukan! Bukan karena itu ia tak bisa berkonsentrasi. Tapi karena namja yang berada dibelakangnya. Namja yang terus membuat jantungnya berpacu tak terkendali.
10.00am KST
Chungwoon High School, December 26th 2011
“Annyeonghaseyo Ri~ah.” Sapa yeoja bernama Sie Na pada chingunya, namun sapaannya tak kunjung mendapat balasan.
“Ya! Yuan Ri~ya!” Siena menepuk bahu yeoja itu pelan, membuat yang ditepuk terkesiap dan memasang wajah terkejut yang alami. Dia benar – benar melamun.
“Aissh, kau ini.” Yuan Ri hanya membalas sapaan Sie Na dengan jawaban sesingkat itu.
“Apa yang kau pikirkan eoh? Tumben sekali kau melamun.” Sie Na bertanya langsung pada inti masalah, sambil menunjuk Yuan Ri tepat di depan hidungnya. Yeoja di depannya hanya memandang telunjuk Sie Na dengan tatapan ngeri.
“Aniya.” Kembali memalingkan wajahnya ke arah jendela, menghindar dari pertanyaan sahabatnya yang lebih mirip pertanyaan introgasi itu. Sesaat wajah namja yang ditemuinya dua hari lalu kembali membayang, menyelipkan sebuah rasa aneh memasukki relung hatinya. Bibirnya melengkungkan senyuman tipis, entah apa artinya.
“Kau, memikirkan seorang namja!” ucap Sie Na nyaris berteriak, membuat beberapa orang di kelas menoleh ke arahnya. Sepasang tangan menutup mulut Sie Na, membuat yeoja dengan suara melengking itu akhirnya diam dan menyadari suaranya terlalu keras.
“Aissh, aku tidak memikirkan apapun.” Yuan Ri menatap Sie Na sadis, sahabatnya ini kenapa berisik sekali sih. Sie Na segera mengerti maksud Yuan Ri, kemudian mengalihkan pembicaraan.
“Ne ne, sekarang kita ke kantin bagaimana? Aku lapar.” Rajuk Sie Na sambil menarik tangan Yuan Ri untuk berdiri dan mengikutinya keluar kelas. Yuan Ri hanya pasrah dan mengikuti kemana Sie Na menariknya. Otaknya masih meracau, memikirkan sesuatu yang harusnya tidak terjadi. Yeoja ini mengutuk siapa saja yang telah membuatnya begini, membuatnya bertemu dengan namja itu. Namja yang sangat ingin ia lupakan. Namja yang sudah membuatnya jatuh berkali – kali, jatuh cinta tepatnya.
Yuan Ri menahan nafasnya mendadak, tercekat dengan pemandangan yang tersaji di hadapannya, dan langsung menyembunyikan diri dibalik punggung Sie Na.
“Yuan Ri-ya! Wae geurae?” Sie Na mendesis kesal, merasa dikejutkan dengan pergerakan sahabatnya yang seperti melihat hewan buas lewat dihadapannya. Jantung Yuan Ri berdetak cepat, keringat dingin pun membasahi dahinya. Matanya terpejam, seakan yeoja itu akan mati kalau melihat langsung namja itu.
“Jebal, sebentar saja.” Yuan Ri berbisik, namun masih mencuri pandang dari balik tubuh sahabatnya ini. Namja itu lewat begitu saja dihadapan Sie Na, tentu saja sekaligus dihadapan Yuan Ri juga jika ia tidak bersembunyi. Setelah memastikan namja itu cukup jauh darinya, yeoja itu menghela nafas lega dan berhenti menyembunyikan diri.
“Waeyo?” Ucap Sie Na gusar, chingunya ini seperti melihat hantu saja.
“Ah, aniyo.” Jawab Yuan Ri dengan ekspresi yang dibuat sebiasa mungkin. Memasang senyum lebar agar sahabatnya tidak berniat bertanya lebih jauh. Sie Na mengedikkan bahunya tidak perduli, lantas kembali fokus pada rasa laparnya dan kembali mencari makanan. Sementara Yuan Ri disampingnya fokus pada rasa aneh di dalam hatinya, sesuatu yang seakan membuatnya kehilangan kendali atas apapun. Hanya melihat namja ini dari jauh saja sudah membuatnya seperti ini.
“Kau tidak membeli apapun?”
“Eh aku mau beli...”
KRIIIIIING
“Bel masuk berbunyi!” Sie Na segera menarik tangan Yuan Ri untuk keluar Kantin, dan berlari menuju kelas, diikuti ekspresi cemberut dari wajah sahabatnya.
“Aissh -_-“
15.00pm KST
Hangang City Library, December 27th 2011
Rambutnya yang diikat menjadi dua bagian dan berpita merah muda ikut bergerak seiring langkahnya menelusuri lorong perpustakaan, mencari sesuatu yang menarik untuk dibaca. Tangannya menarik satu persatu buku dari rak, namun masih belum ada yang menarik hatinya. Kini ia menelurusuri rak dengan berbagai buku dengan ukuran cukup besar, berharap kali ini ada buku bagus yang bisa ia pinjam untuk dibaca dirumah.
“Hmm?”
Matanya menangkap sesuatu berbentuk persegi panjang dan berwarna merah marun. Yang menarik adalah karena buku tersebut memilikki ukuran yang berbeda, karena rak ini seharusnya diisi oleh buku – buku besar. Jemarinya menarik buku tersebut keluar dari rak, menampakkan sebuah buku dengan sampul tebal nan polos tanpa tulisan sedikit pun, bahannya tak seperti sampul buku pada umumnya. Membuat gadis ini semakin penasaran akan isinya. Tangannya membuka lembaran buku tersebut secara acak, sekilas matanya menangkap banyak tanggal yang tertera di hampir setiap halaman buku bersampul merah itu.
‘Seperti diary’ pikirnya.
“Mungkin ini novel, tulisannya rapi sekali. Sepertinya menarik.”
Ia berjalan menuju tempat petugas perpustakaan untuk menandai kartu miliknya karena ia memutuskan untuk membaca buku tersebut di rumah.
“Jeongsohamnida nona, sepertinya buku ini bukan milik perpustakaan kami.”
“Mwo?” gadis itu terkejut.
“Biar saya periksa sekali lagi.” Petugas perpustakaan berkacamata itu kembali memeriksa daftar bukunya, mencari spesifikasi buku tersebut. Namun nihil. Buku itu memang bukan milik perpustakaan, tapi mungkin milik seseorang. Ya, seseorang.
17.23pm KST
Bus Station - Hangang, December 27th 2011
Karena buku tersebut tidak ditemukan pemiliknya, Yuan Ri memutuskan untuk membawanya pulang saja. Entah mengapa buku itu seperti menarik hatinya. Membuat ia semakin penasaran dan memutuskan untuk segera pulang dan membacanya sendiri.
Gadis itu melangkahkan kakinya, sesekali membenarkan tas yang ia selendangkan di bahu kanannya. Sebuah plastik putih berisi kimchi titipan oppanya dijinjing di tangan kanannya. Beberapa jam yang lalu Ia berniat untuk membeli eskrim coklat kesukaannya saja, tapi saat ia melangkahkan kakinya masuk kedalam minimarket, namja bermata sipit bernama Kim Jong Woon itu mengiriminya pesan untuk membeli kimchi karena ia sangat lapar. Karena uang yang digunakan adalah uang Yuan Ri sendiri untuk membeli titipan oppanya, tentu sajaJatah eskrim yang bisa dibelinya berkurang.
“Ck, aku harusnya bisa membeli empat cup! Tapi yang bisa kubeli hanya satu.”
Langkah kakinya terhenti di sebuah halte bus yang sepi, kemudian duduk pada kursi panjang yang berada disana. Bus yang ia tunggu tak kunjung datang, Yuan Ri kemudian melirik plastik belanjaan yang sekarang berada diatas pahanya. Matanya langsung menangkap cup berwarna coklat di dalamnya, berpikir untuk menyantap eskrim itu sekarang juga. Ia memandang objek itu beberapa menit, menimbang – nimbang keputusannya. Baru saja ia akan membuka plastik itu, sebuah bus lewat begitu saja di hadapannya.
“Aaaa tunggu!!!” teriak seorang namja tak jauh dari tempatnya duduk. Yeoja itu terlalu fokus pada eskrim coklatnya sehingga lupa akan bis yang ia tunggu sejak tadi. Yuan Ri hanya membulatkan matanya tak percaya. Bukan, bukan karena bis yang lewat tanpa permisi dihadapannya. Tapi namja yang berteriak di hadapannya barusan.
“Aissh.”
Namja itu duduk di kursi itu dengan wajah kesal, sementara yeoja disebelahnya merasakan gugup yang luar biasa. Namun kali ini ada yang berbeda dari yeoja itu. Biasanya ia akan menghindar namun, matanya seolah terkunci pada namja itu. Merasa dipandangi, namja itu akhirnya menengok ke sebelahnya. Yuan Ri langsung menunduk dan merutuki kelakuan bodohnya karena terus menatapnya tanpa berkedip barusan. Namja itu memperhatikan wajah Yuan Ri yang tertunduk malu lantas menggeser posisi duduknya ke sebelah yeoja tersebut. Bibirnya berusaha menahan senyum saat melihat yeoja itu kelihatan sangat gugup dan ketakutan. Niat jahilnya muncul saat menyadari yeoja itu adalah yang menabraknya beberapa waktu lalu. Jari telunjuknya terulur untuk mencolek pipi yeoja tersebut.
“Neo...”
“Aaaa, iya iya ini aku. Kau masih belum memaafkanku ya? Jeongmal mianhae.”
Yeoja itu tiba – tiba memotong kalimat Heechul dengan ekspresi terkejut sekaligus takut, membuatnya semakin berniat usil kepada yeoja itu. Ia mati – matian berusaha menahan tawanya, sementara yeoja itu masih menundukan kepalanya tanpa berniat sedikitpun untuk menatap mata Heechul. Ia membuang wajahnya dari yeoja tersebut sesaat, kemudian tertawa tanpa suara. Yuan Ri mengangkat kepalanya perlahan dan mencoba menoleh kearah namja itu. Namun baru saja Yuan Ri menengokkan kepalanya sekitar satu detik, ia langsung kembali menunduk. Tatapan mereka bertabrakan. Berbeda dengan Yuan Ri yang kembali menunduk ketakutan, Heechul malah semakin merapatkan posisi duduknya dengan Yuan Ri.
“I..ige.” Tangan Yuan Ri tiba – tiba terulur dengan sebuah eskrim cup berwarna coklat di telapak tangannya. Heechul terkesiap dan menatap benda dihadapannya dengan perasaan bingung.
“Ige...mwoya?”
“Untukmu, sebagai permohonan maafku.” Yeoja itu masih menunduk, tak berani menatap sosok dihadapannya.
“Kau berusaha menyuap aku dengan ini agar aku memaafkanmu, begitu?” Balas Heechul berpura – pura serius.
“Bu...bu...bukan begitu...ak..aku...”
“Tatap mata lawan bicaramu kalau sedang berbicara.” Ucap Heechul sambil menggerakan tangannya ke bawah dagu yeoja itu dan menariknya keatas. Membuat Yuan Ri memandang langsung mata namja itu tanpa halangan ataupun jarak yang cukup jauh. Yeoja itu, tidak pernah menatapnya sedekat ini. Heechul menyunggingkan senyum manisnya, membuat yeoja dihadapannya semakin merasa tidak karuan.
“Sekarang begini. Kau makan saja eskrim milikmu itu, aku tidak membutuhkannya.” Lanjut Heechul sambil membuang pandangan kearah jalan, ekspresinya tenang sekali.
“Tapi kau...sudah memaafkanku kan?” tanya Yuan Ri polos.
Heechul tertawa kecil ‘Gadis ini polos sekali’ namja itu berkata dalam hatinya. Jemarinya menurunkan tangan yeoja itu dari posisinya semula, kemudian kembali menatap Yuan Ri tanpa melepas senyuman itu dari wajahnya.
“Aku sudah memaafkanmu Kim Ri Yuan.”
“Mwo? Darimana kau tau namaku?”
“Kau benar – benar ingin tau darimana?”
Yuan Ri menjawab dengan anggukan kepalanya, menunggu jawaban dari namja itu.
“Aku mengetahuinya dari...”
“Ah! Bis nya!” Yuan Ri tiba – tiba berdiri kemudian menarik tangan Heechul untuk masuk kedalam bis. Namja itu terkesiap, merasakan rasa hangat yang tiba – tiba menjalar dari tangan yang menariknya dan tanpa sadar ikut masuk kedalam bus bersama yeoja itu. Matanya masih memandang lekat Yuan Ri yang sedang mencari bangku kosong untuk duduk.
“Ah...penuh sekali.” Ucap Yuan Ri nyaris berbisik namun tetap terdengar oleh namja di belakangnya.
“Tidak ada yang kosong?” tanya Heechul yang membuat darah yeoja itu tiba – tiba berdesir, merasakan suara yang barusan di dengarnya dekat sekali.
“Ah eottohke.” Yeoja itu masih mencari bangku sampai Heechul menarik tangannya keatas dan memposisikan jemari Yuan Ri untuk tertaut pada pegangan yang tergantung pada langit – langit bus.
“Kalau tidak pegangan, kau bisa jatuh.” Jelas Heechul sambil tersenyum, membuat yeoja itu mengeluarkan semburat merah muda di pipinya. Yuan Ri menatap lurus ke depan, berusaha menyembunyikan rasa malunya akibat perlakuan namja itu. Sedangkan Heechul hanya tertawa kecil sambil terus menatap Yuan Ri hingga bis tersebut melaju cukup kencang.
“Waaa...” pekik Heechul terkejut dan menautkan tangannya pada pegangan diatasnya dengan terburu.
“Kalau tidak berpegangan kau bisa jatuh anak muda.” Ucap seorang ahjumma yang duduk bersebelahan dengan Heechul sambil tersenyum penuh arti. Heechul hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum kikuk, sedangkan Yuan Ri hanya tertawa kecil mendengarnya.
20.21pm KST
Chunan, December 27th 2011
Yuan Ri meletakkan kimchinya di dapur dengan tergesa, kemudian segera menaiki anak tangga berwarna putih pucat itu menuju kamarnya.
“Kau tidak makan?”
“Aku tidak lapar oppa.”
Gadis itu langsung memasuki kamarnya tanpa sabar, kemudian menutup pintu kamarnya rapat – rapat. Ia lantas duduk diatas kasur dengan seprai berwarna biru langit dan bermotif beruang miliknya, kemudian mengaduk – ngaduk isi tasnya. Matanya berbinar saat buku yang ia bawa pulang tadi berada pada genggaman tangannya.
“Issh! Kenapa halaman sebelumnya tidak bisa dibuka?” Gadis itu mendengus kesal, beberapa halaman yang terdapat pada bagian depan seperti sudah dilem. Saling terekat sehingga sangat sulit untuk terbuka, padahal saat ia diperpustakaan jelas sekali ia bisa membukanya. Yuan Ri hanya pasrah dan membuka halaman yang satu – satunya terdapat sebait tulisan.
December 27th 2012
Sejujurnya aku tak tau saat pertama kali aku melihatmu lagi.
Saat ditempat itu aku kembali bertemu denganmu
Hingga sekarang aku merasakan rasa yang lebih dari sebuah ‘bahagia’
Semoga ini tak berarti aku juga akan mengalami rasa yang lebih dari rasa ‘sakit’
Gadis itu mendadak tersenyum sendirian setelah membaca tulisan itu. Tulisan yang tertera disana benar – benar apa yang sedang dirasakannya saat ini. Ia kembali memikirkan peristiwa yang terjadi padanya tadi siang. Saat ia kembali bertemu Heechul, saat Heechul tak menatapnya dingin seperti saat – saat sebelumnya, Heechul yang seperti sudah kenal sangat akrab dengannya. Tapi matanya membaca sesuatu yang salah, sesuatu yang aneh.
“27 Desember 2011, itu kan...hari ini.” Ujar Yuan Ri lirih seraya membaca tulisan yang tertera pada bagian atas halaman yang baru saja ia baca. Jemarinya kembali tergerak cepat untuk membuka halaman selanjutnya.
Kedua matanya membulat tak percaya, semua halaman yang ia buka ternyata kosong. Sedangkan halaman sebelumnya tetap saja tertutup rapat. Aneh.
“Ini buku yang aneh.” Gadis itu membolak balik sampul bukunya, namun ia tak menemukan apapun sebagai petunjuk akan semua kejadian aneh ini. Ia mengacak rambutnya frustasi, bagaimana semuanya bisa terjadi? Buku apa itu? Kenapa bisa sama? Gadis itu hanya menyimpan bukunya diatas meja, kemudian kembali duduk dikasur. Merenung, berpikir, melamun, bahkan mengetuk – ngetuk kepala dengan kepalan tangannya sendiri. Semuanya karena buku itu. Buku aneh. Gara – gara buku itu.
09.10am
Chungwoon High School, December 28th 2011
“Ri~ah.” Sie Na menyapa gadis itu dengan ceria seperti biasanya, berbeda dengan orang yang ia sapa. Tampak seperti sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya pusing, sesuatu yang sepertinya akan membuat kepala gadis itu meledak segera.
“Sie Na, aku...”
“Ada apa?”
Sie Na sudah dibuat penasaran dengan ekspresi gadis itu lang sung memotong ucapan Yuan Ri, membuat Yuan Ri langsung mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Ya, benda bersampul merah itu.
“Ige mwoya?” Sie Na berusaha membuka halaman bagian depan buku itu, namun seperti yang terjadi seharusnya. Buku itu tidak terbuka, hanya bisa terbuka pada satu halaman.
“Cuma ada satu halaman yang ada tulisannya, sisanya kosong.”
“Iya aku tau, cuma halaman yang pada tanggal 27 kan?”
“Kenangan yang kau ingat sec...”
“Mwoo?”
Yuan Ri langsung merebut buku itu dengan tangan kanannya, memotong ucapan sahabatnya barusan. Bacaan yang dibaca Sie Na sama sekali berbeda dengan apa yang ia baca kemarin.
December 28th 2011
Kenangan yang kau ingat secara acak
Membuatmu tidak bisa berhenti untuk tersenyum
Dan kali ini kau merasakannya.
Rasa yang kau dapatkan saat memeluk seseorang dan tak ingin melepasnya lagi.
“Sekarang?” Yuan Ri kembali terkejut dengan tanggal yang tertera. Tanggal itu hari ini, persis seperti kemarin. Namun kemarin tulisan yang ada ia baca setelah ia mengalaminya, tidak seperti sekarang. Jadi kalau kejadiannya seperti ini, berarti seharusnya...
“Tapi aku tidak memeluk siapapun.” Lirih Yuan Ri.
“Peluk? Siapa yang memeluk? Siapa yang dipeluk?” Sie Na bertanya dengan perasaan bingung dan penasaran. Yuan Ri hanya menjawabnya dengan gelengan kepala, setidaknya ia lebih bingung dibandingkan Sie Na.
“Gwenchana?” Sie Na meletakkan punggung tangan pada bagian kening sahabatnya itu, wajah Yuan Ri tampak pucat. Seperti baru saja melihat hantu.
KRIIIIIIIIIIIING
Suara bel pulang sekolah kembali membawa Yuan Ri pada alam sadarnya, membuyarkan semua lamunannya akibat buku itu. Sie Na hanya menghela nafasnya kemudian membereskan peralatan tulisnya kedalam tas. Yuan Ri sendiri masih belum bisa berbicara, tangannya juga ikut tergerak untuk membereskan barangnya.
“Mau kuantar pulang? Sepertinya kau sakit Ri~ah.” Sie Na menyentuh pundak sahabatnya lembut, dijawab anggukan lemah dari Yuan Ri. Kedua siswi itu akhirnya berjalan keluar dari kelas sambil bergandengan tangan, kemudian memutuskan untuk pulang bersama menggunakan bus kota. Setelah sampai di halte pinggir sekolah, mereka tak kunjung menemukan satupun bus yang lewat. Sebenarnya ada yang lewat, hanya saja terlalu penuh untuk dimasukki.
“Bagaimana kalau kita berjalan kaki sebentar? Yaa setidaknya sambil menunggu bus lewat.” Ujar Sie Na sambil memandang sekelilingnya, masih mencari bus yang mungkin bisa dinaikki.
“Ide bagus.” Ucap Yuan Ri sambil tersenyum dan menggenggam tangan sahabatnya itu. Sie Na kemudian berjalan kaki menuju arah pulang, dengan tangan kiri Yuan Ri pada genggaman tangannya.
“Aku mau eskrim!” Yuan Ri menunjuk gerobak eskrim keliling yang sedang berhenti di seberang jalan, beserta penjualnya yang sedang beristirahat.
“Kita beli!” Mereka berlari menyebrangi jalan menuju gerobak eskrim tersebut.
“2 eskrim coklat.” Ucap Sie Na yang dijawab oleh anggukan penjual eskrim kemudian mulai mengambil eskrim pesanan mereka. Yuan Ri tiba – tiba kembali teringat tulisan pada buku tersebut, membuat ia tidak sadar kalau eskrim sudah berada pada genggaman tangannya juga Sie Na yang sudah menyebrangi jalan. Meninggalkan Yuan Ri yang masih mematung.
“Kau melamun lagi Ri~ah!” teriak Sie Na.
“Eh? Aku segera kesana.” Yuan Ri berlari kesebrang jalan tanpa menengok ke kanan ataupun kiri. Sebuah kendaraan roda empat melaju dengan kecepatan tinggi, menuju ke arah Yuan Ri yang sedang menyebrang.
TIIIIIIIIIN
Suara klakson berbunyi tepat sebelum Yuan Ri berakhir di pelukan seorang namja yang menyelamatkannya. Gadis itu mengerjapkan matanya yang tadi sempat tertutup karena takut, membiarkan cahanya menembus hazel matanya.
“Gwenchana?”
“Nan gwen..cha...nayo.” Yuan Ri masih tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya saat ini, dihadapan orang yang saat ini memeluknya. Orang yang barusan menyelamatkannya.
‘Dan kali ini kau merasakannya.
Rasa yang kau dapatkan saat memeluk seseorang dan tak ingin melepasnya lagi.’
Yuan Ri masih tidak percaya saat Heechul –namja itu- menggandengnya ke sebrang jalan menghampiri Sie Na. Senyum terkembang begitu saja diwajahnya begitu menyadari siapa namja itu. Ia benar benar merasakan apa yang dikatakan buku itu, ia sangat ingin untuk tidak melepaskan pelukan namja itu.
“Ah! Eskrimnya!” Yuan Ri terpekik melihat seragam Heechul juga eskrim yang seharusnya ada dalam genggaman tangannya kini tinggal bagian bawahnya saja.
“Mianhae Heechul-ssi.”
“Gwenchanayo.” Heechul tersenyum manis
“Ehemm mau beli eskrim lagi atau jadi pulang?” ujar Sie Na menengahi sambil memasang senyuman jahil. Membuat Yuan Ri melepas genggaman tangannya dari Heechul. Sie Na tertawa keras tanpa beban, diikuti juga oleh tawa Yuan Ri. Tawa yang mungkin akan merubah hidupnya segera. Tawa yang mungkin akan dihitung sebagai tiap tetes air mata nantinya.
School Library - Chungwoon High School, July 9th 2012
Seorang namja terlihat sedang memandang tepat ke barisan belakang bangku pembaca. Langkahnya sedikit mengendap – endap untuk mendekati seseorang. Tangannya menutup sepasang mata seorang yeoja yang serius dengan buku kimia yang dipegangnya, eh maksudnya komik serial Conan ditutupi buku Termokimia yang menjadi sampulnya.
“Kyaaa!!!”
Namja itu malah terkejut mendengar teriakan yeoja itu, membuatnya terpaksa membekap mulut yeoja itu.
“Aissh jangan berisik cerewet!” bisik namja itu nyaris tak terdengar setelah terdengar hampir separuh warga perpustakaan mendesis dan menempelkan terlunjuk tepat di depan mulutnya.
“Kau mau apa babo! Menggangguku saja.” Yeoja yang bernama Sie Na itu langsung kembali mengalihkan pandangan pada buku yang berada ditangannya. Namja itu pun duduk tepat disebelah Sie Na, kemudian memasang wajah aegyo.
“Ck, kau menjijikan.”
“Ya! Aku ini imut.” Sie Na dengan enggan melirik namja itu kemudian bergidik ngeri. Namja ini kenapa? Keracunan obat serangga atau apa?
“Aissh berhenti memasang tampang menjijikan seperti itu tuan Cho. Katakan apa maumu.” Kyuhyun tersenyum senang melihat Sie Na menutup bukunya dan mulai menganggap keberadaannya.
“Begini, aku ingin kita damai saja.”
“Damai? Kau kemasukan apa sih?” Sie Na semakin heran dengan tingkah laku musuh abadinya ini, tiba – tiba mengejutkannya kemudian mengajak untuk berdamai. Aneh.
“Begi...”
“Jangan bilang begini, begini terus! Langsung ke inti masalah saja!”
“Aku kan mau mengatakan inti masalahnya cerewet! Dengarkan aku dulu!” Namja itu menjitak kepala Sie Na sekilas, lembut namun menyakitkan.
“Ya! Jangan menjitak kepalaku namja babo!” Sie Na menggigit tangan Kyuhyun yang sedang indah bertengger di kursinya tanpa ampun.
“Ya! Choi Sie Na kau gila!” Kyuhyun mengambil tangannya terburu, masih untung tangannya sekarang masih utuh meskipun ada bekas gigitan.
PLETAK
“Ya!” Kyuhyun dan Sie Na memekik kesakitan bersamaan dan bersiap untuk mengeluarkan umpatan kepada siapapun yang menjitak mereka barusan. Namun mereka langsung menelan ludahnya dan mengurungkan niatnya.
“P..Park Seongsanim.” Kyuhyun berbisik ketakutan.
“SEKARANG JUGA SAPU LAPANGAN! JANGAN SAMPAI ADA SAMPAH TERSISA SEDIKITPUN!”
“T...tapi kk..kenapa?” Sie Na memberanikan diri untuk bertanya.
“KARENA KALIAN SUDAH BERISIK DI PERPUSTAKAAN!”
“Tapi seongsanim.”
“PALLI!”
“Kyaaaaaa...ne seongsanim.” Kedua murid itu pun lantas berlari meninggalkan perpustakaan dan menuju lapangan. Takut hukuman mereka akan bertambah berat apabila membantah. Pria paruh baya itu melirik sesuatu yang tidak biasa berada diatas meja perpustakaan. Tangannya mengambil buku yang ditinggalkan Sie Na kemudian menemukan kejanggalan pada bagian tengah buku Termokimia tersebut. Matanya mendadak berbinar, menemukan sesuatu yang sepertinya membuat ia bahagia setengah mati.
“Aigo! Komik Conan!”
“Sssstt...”
“Mmm...ehem. Kenapa bisa ada komik disini.” Pria itu pun berdehem sebelum keluar perpustakaan untuk menjaga wibawanya, namun komik itu tetap berada dalam genggaman tangannya.
Chungwoon High School, July 9th 2012
July 9th 2012
Tak sabar untuk menemuimu kembali kali ini.
Sesuatu sudah berada dalam genggamanku, berharap kau akan datang dan menyambutnya.
Berharap kau akan datang.
Yuan Ri tersenyum sendiri saat membaca bukunya, buku apa lagi kalau bukan buku bersampul merah itu.
“Datang, kemana?” ujarnya sambil tersenyum manis, kemudian menutup bukunya. Ia masih duduk dibwah pohon, dimana Heechul mengatakan untuk menunggunya. Angin sesekali bertiup ringan, menerbangkan helaian rambut gadis itu perlahan. Gadis itu menggenggam erat buku yang kini sangat dicintainya itu. Buku yang ia temukan beberapa bulan lalu, buku yang menuliskan apa yang akan terjadi di hidupnya setiap hari. Bahkan kini Yuan Ri sudah mengetahui bahwa setiap tulisan – tulisan misterius itu muncul saat tengah malam, tepat ketika sebuah hari baru dimulai. Sehingga kini gadis itu rajin bangun tengah malam untuk melihat isi buku tersebut. Bodoh memang. Tapi apakah salah? Ia hanya ingin tau apa yang akan terjadi kan? Walaupun hidup memang seharusnya selalu menjadi sebuah kejutan.
“Paa!”
“Aku sudah tau.” Yuan Ri tertawa kecil tanpa berniat untuk melihat siapa yang mengejutkannya barusan.
“Cih, kau selalu sudah tau.” Heechul mengerucutkan bibirnya sebal, seharusnya gadis ini pura – pura tidak tau. Namja itu duduk disebelah Yuan Ri kemudian bersandar pada batang pohon.
“Ada apa?”
“Ige.” Namja itu menyerahkan selembar undangan berwana merah, dihiasi dengan pita berwarna emas. Yuan Ri menatap undangan itu sambil tersenyum kemudian mengambilnya dari tangan Heechul.
“Ige mwoya?”
“Ulang tahunku besok, kau...datang kan?”
Yuan Ri menganggukan kepalanya tanpa ragu sambil tersenyum manis. Kedua ujung bibir namja itu tertarik keatas, membentuk sebuah senyuman bahagia yang tak terlukiskan. Tangannya menarik gadis itu kedalam sebuah dekapan hangat kemudian mencium pucuk kepalanya.
“Gomawo.”
Yuan Ri hanya mengangguk dalam pelukan Heechul, merasakan sebuah dekapan yang selalu ia nikmati. Dekapan dari namja yang ia cintai. Dekapan yang mungkin jadi dekapan terakhir yang ia rasakan. Mungkin.
Chunan, July 9th 2012
“Kim Ri Yuan, chankkaman.” Sie Na berlari mengejar chingunya itu, namun yang dipanggil hanya terus berjalan tanpa mengiraukan. Memang sejak Yuan Ri memilikki buku itu, Sie Na menjadi sedikit khawatir. Bagaimana bisa sahabatnya itu percaya pada sebuah buku yang ia bilang menuliskan takdirnya yang belum terjadi. Ia sudah berkali – kali mengingatkan padanya kalau itu tidak baik, tidak boleh mendahului apa yang sudah ditakdirkan.Tak ada yang boleh tau, manusia manapun.
“Ada apa lagi?”
“Kumohon percaya padaku, jangan baca buku itu lagi.” Sie Na mengatur nafasnya terengah, matanya berusaha meyakinkan Yuan Ri.
“Kau tidak boleh begitu Ri~ah.” Seorang namja berjalan di belakang Sie Na, menghampiri mereka yang kini menoleh ke arahnya.
“Apa urusanmu Cho Kyuhyun?” ujar Yuan Ri meremehkan, semua ucapan kedua orang ini dimatanya hanya sebuah kata – kata kosong tidak berarti. Toh selama ini dia baik – baik saja kan? Berbulan – bulan ia memilikki dan membaca buku itu, ia masih baik – baik saja.
“Kau akan lebih sakit kalau mengetahui sesuatu yang akan terjadi. Itu bukan hak mu Ri~ah.” Kyuhyun berujar dengan nada dingin dan tajam, menatap Yuan Ri dengan tatapan yang sulit dimengerti.
“Apa maksudmu?”
“Kau akan mengetahuinya Ri~ah. Kumohon jangan pernah baca buku itu lagi. Kau akan terluka, cepat atau lambat. Mengetahui takdir yang belum terjadi, bukan kehendak manusia.”
“Aku tidak peduli!” Yuan Ri menahan tangisnya yang akan pecah, kemudian berlari menuju rumahnya, menjauhi Sie Na dan Kyuhyun.
“Ri~ah!!”
“Sudah biarkan saja, kita sudah memperingatkannya.” Kyuhyun menahan tangan Sie Na yang hendak mengejar Yuan Ri. Sie Na yang awalnya membenci Yuan Ri karena chingunya terlalu percaya pada buku itu kini berbalik menjadi kasihan. Ia sangat takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada sahabatnya, setelah mendengarkan penjelasan Kyuhyun waktu itu. Ia hanya bisa berdoa agar Yuan Ri baik – baik saja, agar ia tidak terluka. Terluka karena keputusannya sendiri.
00.00am
Chunan, July 10th 2012
Kini gadis itu sudah bangun, kembali untuk memulai aktifitas yang akhir – akhir ini rutin ia lakukan setiap malam. Menunggu tulisan di buku itu muncul dengan sendirinya, menebak – nebak apa yang akan menjadi kejutannya esok hari. Namun kali ini lebih istimewa karena besok adalah ulang tahun Heechul, namja yang ia cintai.
“Hmm? Kosong?”
Yuan Ri membuka halaman buku tersebut yang ternyata kosong. Seharusnya sekarang sudah ada tulisan tentang apa yang akan terjadi esok hari, seperti biasanya. Kali ini hanya keterangan tanggal yang tertera disana, tanpa tulisan lain. Gadis itu mendecak kesal, kemudian melempar buku tersebut keatas meja belajarnya.
Awalnya ia berniat untuk langsung pergi ke alam mimpi, tapi ia kembali teringat. Ini ulang tahun Heechul. Jemarinya mengetik sebuah pesan singkat, mengirimkan ucapan selamat ulang tahun kepada namja itu. Perasaannya tidak enak, seperti ada yang mengganggu hatinya. Namun gadis itu tidak peduli, dan langsung menaruh ponselnya di meja nakas. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur dan merapatkan selimut. Berharap kegelisahannya malam ini pergi begitu saja.
07.00am
Chungwoon High School, July 10th 2012
Suasana kelas kini cukup berisik, guru yang seharusnya sudah mulai mengajar belum kunjung datang. Gadis itu masih duduk dengan lesu di kursinya, sendirian. Sie Na yang dulu selalu menemaninya kini pindah ke barisan belakang bersama Kyuhyun, jauh meninggalkannya.
Tangannya menggenggam sebuah kotak putih dengan pita merah, berisi sebuah kado untuk Heechul yang harusnya ia berikan hari ini. Ia mengetahui tentu saja lewat ‘buku itu’ kalau Heechul kehilangan pena kesayangannya. Untuk itu Yuan Ri membelikannya sebuah pena baru, berwarna merah seperti warna kesukaan Heechul. Berharap itu menjadi pena kesayangan Heechul nantinya.
Kegaduhan kelas mendadak hilang, seorang pria paruh baya memasukki ruangan dengan raut wajah sedih. Yuan Ri langsung memasukkan hadiahnya kedalam tas.
“Kim Heechul murid kelas 3-3 telah mengalami kecelakaan saat akan menjemput orang tuanya di bandara tadi malam. Diharapkan....”
“K..ke..kecelakaan?” bisik Yuan Ri sangat pelan sehingga hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Detik berikutnya ia hanya menatap dengan tatapan kosong, telinganya seperti mendadak tuli. Kinerja otaknya hanya bekerja untuk membayangkan Heechul. Hatinya sakit, sakit sekali. Kini ia mengetahui kenapa tulisan itu tak ada. Mengapa buku itu kosong.
Chungwoon Hospital, July 10th 2012
Langkah kakinya terlihat sangat tergesa, tak peduli dengan tatapan aneh semua orang yang memandangnya. Ia hanya terfokus pada berita yang diterimanya tadi pagi, berita yang sudah mengoyak hatinya dalam. Tiga orang yang tak dikenal tampak duduk di depan ruangan ICU, menatap Yuan Ri lirih.
“A..annyeonghaseyo.” Yuan Ri membungkuk dan mengucap salam dengan sopan, membuat ketiga orang itu membalas salamnya dan membungkuk juga.
“Nuguseyo?” tanya seorang ahjumma yang berdiri kemudian berjalan mendekati gadis itu.
“Kim Ri Yuan imnida.” Ucap Yuan Ri sambil tersenyum tipis, membuat ahjumma itu membulatkan matanya kemudian tersenyum miris.
“Ah...yeppoda. Tepat seperti yang dikatakan Heenim.” Ahjumma itu memegang pipi Yuan Ri kemudian mengusapnya lembut, membuat gadis itu memandangnya bingung.
“Pantas ia rela menjemput kami malam – malam untuk mengenalkan gadisnya pada kami.”
“Hmm?” Gadis itu menatap ahjumma yang ternyata eomma dari Heechul itu bingung.
“Iya, dia berencana akan mengenalkanmu pada kami. Dia ingin mengenalkan gadis istimewanya ini, tapi ya...sepertinya takdir berkehendak lain.”
Hati gadis itu mendadak seperti tercabik, airmata langsung deras membasahi pipinya. Ahjumma itu membawa Yuan Ri kedalam pelukannya. Yuan Ri membalas pelukannya erat, terisak memilukan siapapun yang mendengarnya. Ia menyesal.
ICU-Chungwoon Hospital, July 10th 2012
Yuan Ri menggenggam sebelah tangan yang tanpa infus itu erat – erat. Selang serta kabel terhubung dengan alat – alat yang tampak angkuh menemani tubuh Heechul yang lemah. Namja itu belum juga sadar sejak tadi malam. Dokter mengatakan kalau benturannya terlalu keras sehingga menyebabkan beberapa tulangnya patah dan sebuah benturan di kepala yang membuat namja itu belum sadar hingga sekarang.
“Kenapa ini harus terjadi? Wae?” Yuan Ri terisak lemah, energinya sudah terkuras habis untuk menangis. Ia menatap wajah namja itu yang kini putih pucat, matanya masih terpejam seperti sedang tidur lelap.
“Buku itu.” Tangannya melepaskan Heechul kemudian mengambil tas sekolahnya, mengambil buku yang kini sangat dibencinya lebih dari apapun.
“Kau akan hancur...” Gadis itu hendak menyobek buku itu hingga ia menangkap sesuatu. Kado yang akan ia berikan untuk Heechul.
Ia merenung sejenak kemudian mengambil kotak berpita merah itu. Tangannya membuka kado tersebut tergesa dan mengambil pena yang berada di dalamnya. Otaknya memikirkan sebuah ide yang mungkin gila dan bodoh. Tapi ia tak peduli, dan tetap membuka buku itu. Tangannya menuliskan seseuatu
July 10th 2012
Aku kembali pada pertama kali aku melihatmu lagi.
Saat ditempat itu aku kembali bertemu denganmu
Hingga sekarang aku merasakan rasa yang lebih dari sebuah ‘bahagia’
Semoga ini tak berarti aku juga akan mengalami rasa yang lebih dari rasa ‘sakit’
“Jebal.” Yuan Ri memohon dalam hatinya, namun tak ada yang terjadi.
“Aku...aku sudah tau. Ini tak akan terjadi.” Ujar Yuan Ri sambil terisak, airmatanya jatuh membasahi kertas yang ditulisinya tadi. Tiba – tiba seisi ruangan seperti berputar, seperti ada cahaya lampu terang yang menyilaukan mata. Bayangan kejadian – kejadian yang ia alami mendadak terlintas di otaknya cepat.
“Aku berhasil.” Gadis itu tersenyum manis hingga sebuah cahaya menjemputnya. Membawanya kepada dunia yang berbeda. Membawanya kepada masa lalu.
15.00pm KST
Hangang City Library, December 27th 2012
Gadis berkuncir dua itu kini menatap sebuah buku merah marun di tangannya. Dengan rasa penasaran ia membuka lembar demi lembar buku tersebut.
“Kosong.” Telapak tangannya menutup buku itu, kemudian mengembalikannya pada rak buku. Ia melangkah keluar perpustakaan kota dengan tangan hampa tanpa membawa apapun. Kakinya melangkah dengan pasti, memutuskan untuk pulang.
17.23pm KST
Bus Station - Hangang, December 27th 2012
“Ck, aku harusnya bisa membeli empat cup! Tapi yang bisa kubeli hanya sa...aiissh sepertinya aku sudah pernah mengatakannya.” Gadis itu mengetuk kepalanya sendiri pelan, merasa kalau yang baru saja diucapkannya seharusnya tidak boleh diucapkan.
Matanya langsung menangkap cup berwarna coklat di dalam plastik diatas pahanya, berpikir untuk menyantap eskrim itu sekarang juga.
“Aniya. Kau tidak boleh memakannya Kim Ri Yuan! Tidak boleh!” Gadis itu membuang pandangan kedepan, entah kenapa hatinya berkata untuk tidak memakan eskrim itu apapun yang terjadi. Sebuah bus kota berhenti dihadapannya, ia lantas menaikki bus yang penuh itu.
“Aaaa tunggu!!!” suara seorang namja diluar bus membuat pintu bus kembali terbuka dan membiarkan namja itu dapat naik. Ia berdiri tepat di belakang Yuan Ri, namja itu pun memandangnya dengan tatapan sedikit heran.
“Ah eottohke.” Yeoja itu masih mencari bangku sampai Heechul menarik tangannya keatas dan memposisikan jemari Yuan Ri untuk tertaut pada pegangan yang tergantung pada langit – langit bus.
“Kalau tidak pegangan, kau bisa jatuh.” Jelas Heechul sambil tersenyum, membuat yeoja itu mengeluarkan semburat merah muda di pipinya. Yuan Ri menatap lurus ke depan, berusaha menyembunyikan rasa malunya akibat perlakuan namja itu.
“Aku sepertinya pernah bertemu denganmu.” Ucap Heechul dengan nada heran.
“Aku juga. Waktu aku menabrakmu itu bukan?”
“Ah ani. Sepertinya disini juga.”
“Mungkin hanya pikiranmu saja.”
Heechul hanya tertawa kecil sambil terus menatap Yuan Ri hingga bis tersebut melaju cukup kencang.
“Waaa...” pekik Heechul terkejut dan menautkan tangannya pada pegangan diatasnya dengan terburu.
“Kalau tidak berpegangan kau bisa jatuh anak muda.” Ucap seorang ahjumma yang duduk bersebelahan dengan Heechul sambil tersenyum penuh arti. Heechul hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum kikuk, sedangkan Yuan Ri hanya tertawa kecil mendengarnya.
Jangan melihat terlalu lama ke masa lalu. Ini akan membuatmu kehilangan peluang baru untuk masa depan.
Jangan melihat terlalu jauh ke masa depan. Kau akan kehilangan kesempatan untuk menikmati masa lalumu.
Kau dan aku, kita masih mempunyai waktu.
Aku tak tau kapan dan hari apa.
Hanya saja aku berharap dimasa depan kau adalah sebuah kejutan.
Sebuah hadiah yang tak pernah kuduga.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~THE END~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~